Tiga putra Ruangroj tengah berbaring, masih terlelap dalam tidurnya saat terdengar sebuah ketukan di pintu kamar.
Tok! Tok! Tok! Entah ketukan keberapa saat Tae mulai merasa jika tidurnya tengah terganggu.
"Yaaa..." Tae melihat ke kanan dan kekiri dimana dua saudaranya masih nyaman dengan tidurnya, Godt dengan bantal yang sudah menutupi wajah, Singto yang menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
"Aaiiihhh...." Tae merangkak turun dari ranjang, karena Godt maupun Singto tidak menunjukkan keinginan untuk turun dari ranjang.
"Ya?" Tae membuka pintu, menunjukkan seorang wanita cantik berdiri di hadapannya.
"Tuan dan nyonya sudah menunggu di ruang makan untuk sarapan..." ujar wanita cantik yang ternyata seorang maid itu setelah membungkukkan tubuhnya dengan hormat.
"Katakan jika kami tengah bersiap..." Jawab Tae, sebelah tangannya masih menyisir rambut ke belakang, membuat ia lebih tampan.
"Baik tuan..." Maid itu membungkuk untuk berpamitan sebelum pergi meninggalkan Tae dengan muka bantalnya.
Tae menutup pintu kamar sebelum beralih menuju kamar mandi, ia mandi lebih dulu. Setelah mandi, ia keluar dengan sehelai handuk menutupi tubuh bagian bawahnya dan handuk kecil di atas bahunya.
"Sing..." Tae menepuk bahu Singto dari luar selimut.
"Hmmmm...." Singto bergumam dari dalam selimut,
"Bangunlah..." Tae kembali menepuk bahu Singto.
"Lima menit lagi..." Singto akhirnya menjawab setelah beberapa kali tepukan oleh Tae,
Tae membiarkan Singto untuk tidur lima menit lagi, selagi dia berganti pakaian. Selesai dengan pakaiannya, Tae kembali membangunkan Singto.
"Sing..." Tae menepuk pelan bahu Singto, si pemilik bahu hanya bergerak gusar.
"Sing, bangunlah..." Tae masih mencoba membangunkan Singto, tapi alih - alih Singto yang bangun, Godt malah terduduk.
"Emmmm.... Lima menit lagi...." Protes Singto,
"Tidak... Bangunlah...." Tae menarik lengan Singto, membuat Godt yang memperhatikan hanya tersenyum, merasa lucu dengan kedua kakaknya.
"Jika Phi Sing tidak bangun, coba panggilkan Krist." Saran Godt membuat Singto langsung duduk, bahkan Tae terkejut.
"Berani kau bilang ke Krist, awas saja!" Singto langsung beralih menuju kamar mandi, meninggalkan Godt yang terkekeh dan Tae yang terheran-heran melihat sang adik.
"Sebegitu besarnya kah pengaruh dari Krist?" Tae sedikit mengangkat sebelah alisnya melihat ke Godt.
"Sangat berpengaruh, seperti raja pada negaranya." Godt memberikan perumpamaan pada Tae, membuat ia terkekeh-kekeh. Perumpamaan yang simple dan mudah di pahami.
Keluar dari kamar mandi, Singto meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Ya!!! Nong Godt! Jangan gunakan Krist untuk menakutiku lagi!" Protesnya, seolah ia baru saja menyadari jika Godt menggunakan nama Krist untuk menakuti dirinya.
"Auw, apa kepalamu terbentur phi?" Tanya Godt seolah menunjukkan wajah khawatirnya, dan entah mengapa dengan polosnya Singto menggelengkan kepala pelan. "Lalu kenapa baru protes setelah selesai mandi? Tidak sedari tadi? Sepertinya kau sangat lelet...." Godt menepuk bahu Singto yang masih memproses kalimatnya, sebelum berlari kecil masuk ke kamar mandi.
Tae yang sudah mengerti dengan ejekan Godt hanya terkekeh kecil sembari menggelengkan kepalanya, merasa lucu mendengar kedua adiknya yang saling menjatuhkan.