"Bukankah kau yang menyembunyikan sesuatu?" Singto membuat Krist mengerutkan keningnya, keduanya masih di dalam ruang rapat perusahaan Singto siang ini.
"Siapa? Aku? Aku menyembunyikan apa?" Krist masih belum mengerti maksud pertanyaan Singto.
"Kenapa kau bertanya kepadaku jika kau yang menyembunyikannya?" Singto masih menjejal Krist dengan pertanyaannya.
"Aku bahkan tidak tau maksudmu, phi!" Krist mulai emosi dengan Singto. "Aku tidak paham dengan yang kau tuduhkan!" Sebelah tangan Krist sudah menggenggam kuat, mencoba meredam emosi.
Singto merogoh saku jasnya, beberapa lembar foto ia keluarkan ke atas meja. Krist tampak mengerutkan keningnya sebelum tertawa, ia tertawa puas melihat foto-foto itu.
"Kenapa tertawa?" Singto tampak menunjukkan ketidaksukaannya melihat tawa Krist kali ini.
"Phi cemburu pada Phi Earth?" Krist memiringkan kepalanya dengan senyuman masih menghiasi wajahnya.
"Menurutmu?" Tanya Singto, kedua tangannya terlipat didepan dada dengan punggung bersandar pada kursinya.
"Maafkan aku naa...." Krist menarik maju kursinya supaya mendekat dengan Singto.
"Memangnya pantas seperti itu?" Singto bertanya tapi sembari mengalihkan wajahnya menatap hal lain di ruangan ini, terdengar nada ketus disana.
"Dia sudah seperti phi ku sendiri, dia juga sudah punya kekasih..." Krist meraih lengan Singto.
"Phi marah?" Krist menggoyangkan lengan kanan Singto dengan kedua tangannya.
"Phi hanya kecewa..." Singto memberikan respon, tapi masih enggan melihat ke arah Krist.
"Lihat aku...." Krist menangkup wajah Singto dengan kedua tangannya, mengarahkan Singto untuk menatapnya. "Aku mencintaimu...." Krist mengucapkannya dengan pelan saat Singto sudah melihat ke arahnya.
"Aku tidak dengar..." Singto kembali mengalihkan pandangannya, membuat kedua tangan Krist terlepas.
Krist bangun dari duduknya dan berpindah duduk ke atas pangkuan Singto. Tentu saja ini membuat Singto terkejut dan reflek memegang kedua sisi pinggang Krist supaya tidak terjatuh. Krist meletakkan kedua tangannya kepada sisi kanan dan kiri bahu Singto.
Krist memajukan tubuhnya untuk mendekat ke dada Singto, lalu membisikkan sesuatu ke telinga Singto "Aku mencintaimu...".
"Aku juga mencintaimu...." Singto menolehkan wajahnya, menarik dagu Krist dengan jarinya untuk mendekat.
Untuk pertama kalinya keduanya berciuman, awalnya kedua bibir itu hanya saling menempel dan saling menekan, hingga Singto menggunakan lidahnya untuk menerobos masuk kedalam mulut Krist.
Krist yang memundurkan kepalanya pertama kali, menyudahi ciuman yang ia rasa akan mulai panas.
"Emmm... Sepertinya kita butuh tempat lain phi..." Krist malu mengatakannya, tapi jika keduanya tetap berciuman di tempat itu, lalu ada seseorang yang masuk, itu akan lebih memalukan lagi.
"Tapi aku masih marah...." Ujar Singto berpura-pura marah.
"Marahnya di tunda dulu naa ~ " Krist memberikan kecupan di bibir Singto sebelum ia beranjak dari posisi awalnya. Sebuah senyuman merekah di wajah Singto begitu mendapatkan kecupan di bibir, "Kita ke ruanganku saja? Aku sudah tidak tahan..." Singto segera menggandeng Krist ke ruangannya, ia sudah tidak peduli jika ada karyawan yang melihat ke arah mereka.
Singto langsung mengunci pintu dari dalam begitu memasuki ruangan, ia menyandarkan punggung Krist ke daun pintu sebelum kembali menciumnya, sebuah ciuman yang tidak sabaran. Singto menyelipkan lidahnya kedalam mulut Krist, menarik lidah Krist untuk bermain. Ia menyesap lidah Krist kuat, melepasnya lalu beralih ke bibir bawah Krist dan menyesapnya.
Ciuman semakin panas saat Singto mulai menarik jas Krist tanpa niat untuk melepaskan ciuman keduanya. Jas Krist sudah terlepas, Singto menggeser tubuh Krist supaya ia dapat menyampirkan jas itu ke sebuah kayu didekat pintu, Singto juga melakukan hal yang sama untuk jasnya tanpa melepaskan kedua bibir yang masih terkait.
"Eenggghhhh...." Sebuah lenguhan baru saja meluncur dari bibir Krist membuat Singto semakin tidak terkendali. Gerakan tangannya semakin cepat untuk melepaskan kemeja keduanya, meletakkan di tempat yang sama dengan kedua jas mereka.
Singto melepaskan ciuman setelah keduanya sudah tanpa pakaian, menelusuri dagu Krist dengan kecupan-kecupan kecilnya, berangsur turun hingga leher putih Krist.
"Phi..... Ssshhhh....." Krist meremas rambut Singto saat merasakan gigitan kecil di bahunya.
"Hhaaahhhh....." Tangan Singto bermain dengan niple Krist saat lidahnya bermain dengan niple yang lain.
"Kakiku phi...." Krist merasakan kakinya mulai melemas.
Singto kembali meraup bibir Krist, kedua tangannya melingkar pada pinggang sembari membawa Krist menuju sofa dalam ruangan.
Singto yang pertama kali duduk, menempatkan Krist kembali ke atas pangkuannya. Masih tetap menciumnya ketika jemarinya bergerak dari bawah ke atas membentuk garis punggung Krist. Kedua tangannya bergerak lembut ke depan, berhenti pada kedua niple Krist, memainkan dua tonjolan pink itu dengan ibu jarinya.
"Eeennnhhh...." Sekali lagi Krist mendesah tertahan membuat Singto semakin tidak terkendali dan membuat sebuah pergerakan, dalam sekali hentakan yang dilakukan Singto, Krist sudah terduduk di sofa.
Singto masih membungkuk didepannya, tanpa melepaskan ciuman keduanya ia mulai membuka celana Krist, menariknya hingga menunjukkan junior Krist yang tengah menegang sempurna.
Singto kembali memundurkan wajahnya, menyudahi ciuman keduanya. Ia mulai mencium, mengecup, menjilat dan memberikan gigitan kecil pada tubuh Krist, menahan Krist untuk tetap tersandar pada kepala sofa. Menyusuri setiap lekuk tubuh Krist dengan lidahnya, memberikan setiap tanda merah keunguan pada dada dan perut Krist, ia mulai turun hingga wajahnya terhenti di depan junior Krist.
Singto mulai memasukkan junior Krist kedalam mulutnya, membuat Krist sedikit tersentak namun dengan cepat ia larut saat Singto mulai bergerak. Menjilati ujung kemaluannya, memberikan hisapan kecil pada kepala juniornya sebelum kembali memasukkan kedalam mulutnya.
"Aaaahhhh...." Krist mendesah kecil ketika Singto memasukkan seluruhnya, membuat ujung junior milik Krist menyentuh ujung rongga mulutnya.
Singto mulai bergerak maju dan mundur, menggunakan kakinya untuk berlutut dihadapan Krist, menggunakan jemarinya untuk bermain dengan bola junior Krist, menggunakan mulutnya untuk memberikan kenikmatan pada junior Krist.
Pergerakan Singto mulai cepat saat ia merasakan jika junior Krist mulai berkedut. Singto mulai menghisap kuat, memaju-mundurkan kepalanya dengan cepat, memberikan tempo yang stabil, membuat Krist semakin menggila.
"Haaaahhh.... Haaaahhhh.... Haaaaah...." akhirnya Krist melepaskan kenikmatannya didalam mulut Singto.
Krist memejamkan matanya, keringat sudah membanjiri tubuhnya, kepalanya menengadah menikmati kelelahan dan kenikmatan dalam waktu yang sama, nafasnya masih memburu karena aktivitas barusan.
Singto tersenyum, mengelap sisa pelepasan Krist di ujung bibirnya, "Aku ke kamar mandi na~"
Krist langsung membuka matanya begitu mendengar Singto mengatakan itu, ia menarik lengan Singto hingga terjatuh di sofa.
"Kenapa phi bisa melakukannya dan aku tidak?" Tanya Krist yang sudah berlutut dihadapan Singto yang terduduk.
"Mungkin aku akan melakukan sedikit kesalahan, aku belum pernah melakukannya, jadi tolong tahan sedikit na~" Krist mengucapkannya dengan senyuman, Singto hanya mengusap rambut Krist, memberikan senyum tampannya untuk Krist.
Krist pun melakukan hal yang sama untuk Singto, hal yang sama dengan mulutnya. Tidak ada seks antara penis dengan lubang hole, hanya ada penis dengan lubang mulutnya.
.
.
.
.
.TEBECEH