Krist dan Bass tengah duduk disebuah sudut sebuah bar, bukan mabuk tujuan mereka malam ini tapi mencari seseorang. Dan saat keduanya tengah mengedarkan sepasang mata indahnya, sepasang lelaki tengah tertawa di ujung mejanya, keduanya tampak menikmati pembicaraan hingga tidak menyadari Krist dan Bass tengah mengawasi.
"Ambil beberapa foto!" Bisik Krist,
Bass hanya mengangguk, kedua tangannya sudah sibuk dengan ponsel sedari tadi, mengambil beberapa gambar dari pasangan itu.
"Dia jahat..." Gumam Bass yang tengah memperhatikan hasil pengambilan gambarnya. Krist mengangguk setuju, "Jangan jadi sepertinya..." Krist menepuk ujung kepala Bass membuat sang empu berdehem.
"Sebaiknya kita pulang..." Krist menyarankan pulang setelah melirik jam tangan di pergelangan kirinya, "Bagaimana jika sebentar lagi?" Tawar Bass, namun Krist langsung menggelengkan kepalanya, seolah tidak setuju dengan tawaran Bass.
Bass hanya mendesah mengalah dengan jawaban kakaknya, lebih baik jika keduanya segera pulang sebelum Tee berteriak lagi.
.
."Dari mana kalian?" Tee tengah duduk di ruang tamu bersama Wayo di pangkuannya, Krist dan Bass baru saja sampai di rumah setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit dengan mobil Krist.
"Bar..." Jawab Bass dengan polos sembari melangkahkan kaki ke dekat Tee duduk. Ia tidak berniat berbohong, karena ia tau jika tubuhnya pasti berbau alkohol. Meskipun disana keduanya tidak sampai mabuk, tapi mereka sempat menyeruput segelas alkohol.
"Bar?" Tee menuntut jawaban dari Krist.
"Hanya untuk mengikuti seseorang. Dan sedikit minuman, tidak sampai mabuk..." Krist memberikan pembelaan sebelum Tee berteriak dengan kemarahannya.
"Sedikit?" Tee mengangkat sebelah alisnya, membuat kedua adiknya merasa sedikit terintimidasi. Krist sudah duduk di sisi lain dari Tee saat ia mendapatkan protesan itu.
"Sedikit, tidak sampai satu gelas penuh. Nong Yo, sudah tidur?" Krist hendak menyentuh pipi gembil si kecil dengan jemarinya, tapi Tee dengan cepat menahan itu.
"Kalian berdua harus mandi jika ingin bersama Yo!" Tee berdiri dari duduknya, "Siapa yang kalian awasi?" Tanya Tee sebelum melangkah pergi.
"Phi New dan..." Krist enggan melanjutkan kalimatnya.
"Phi Tawan..." Lanjut Bass.
"Jangan ikut campur terlalu dalam! Earth bukan anak-anak yang perlu bantuan kalian..." Tee memberikan nasihat sebelum melanjutkan langkahnya menuju kamar.
"Bass, bagaimana jika kau di posisi Phi Earth?" Tanya Krist kepada sang adik yang sudah menggeser tubuhnya, berbaring di atas sofa dengan berbantal kaki Krist.
"Jika Phi Godt seperti Phi New dan aku di posisi Phi Earth, mungkin aku akan pura-pura tidak tau?" Bass menutup kedua matanya, sejujurnya ia tidak mampu membayangkan hal seperti ini terjadi pada dirinya.
"Jika Phi Sing seperti itu, apa yang akan kau lakukan phi?" Tanya Bass selanjutnya, dengan kedua mata tetap terpejam.
"Cukup lama untuk mendapatkannya, meskipun kami sama-sama tidak saling berusaha. Namun, aku tak akan melepaskannya. Tidak akan." Dapat terlihat jika jawaban Krist penuh dengan keyakinan, Bass yang awalnya menutup mata langsung segera membukanya, menatap kedua mata kakaknya yang penuh dengan keyakinan saat mengatakan itu.
"Bahkan jika Phi Sing mengatakan memilih orang lain. Aku akan membuatnya kembali padaku, lagi dan lagi..." Krist tersenyum kecut dengan jawabannya. Entah mengapa ia merasa akan mampu melakukan segala hal untuk mendapatkan kembali Singto jikalau ada hal buruk yang akan terjadi pada keduanya.
"Aku jadi rindu pada Phi Godt, padahal besok mereka sudah sampai di Thailand... Tapi tetap rasanya rindu..." Bass bangun dari acara berebahan rianya, ia memilih meninggalkan Krist yang masih tampak berpikir. Mungkin memikirkan kembali apa yang akan dilakukannya jika yang baru saja mereka bicarakan benar-benar terjadi.
.
.Keesokan harinya....
Krist tengah menyiapkan susu untuk Wayo sebelum tidur. Tee baru saja pulang dan tengah berganti pakaian. Jangan tanyakan Bass malam ini, ia tengah sibuk membuat kue dengan nyonya Sangpotirat serta tuan Sangpotirat yang sibuk memperhatikan sang istri.
"Maaf tuan... Ada tamu didepan..." Seorang maid mengganggu aktivitas anggota Sangpotirat di dapur.
"Tamu?" Tanya tuan Sangpotirat kepada maid, maid mengangguk membenarkan. Tuan Sangpotirat beralih kepada istri dan kedua putranya, namun mereka hanya menggelengkan kepala karena merasa tidak memiliki janji dengan siapapun.
Tuan Sangpotirat berjalan menuju ruang tamu, Krist mengikuti dari belakang punggungnya dengan Wayo didalam gendongannya.
"Phi Sing?!" Krist terkejut saat melihat Singto dan beberapa orang tengah duduk di ruang tamu.
"Selamat malam Tuan Sangpotirat... Selamat malam Krist... Selamat malam Wayo..." Tae yang menyapa, memberikan hormat kepada pemilik rumah.
"Ah, selamat malam... Ayo duduk..." Tuan Sangpotirat mempersilahkan para tamunya untuk duduk, sebelum beralih kepada Krist untuk berbisik, "Krist, tolong panggilkan Mae dan ambilkan minuman..."
Krist mengangguk dan segera berbalik setelah memberikan salam kepada para tamunya.
"Nyonya Ruangroj.... Lama tidak bertemu..." Sapa nyonya Sangpotirat setelah muncul di ruang tamu dengan beberapa gelas minuman di tangannya.
"Mungkin dua tahun yang lalu saat peresmian butik di Jepang bukan?" Nyonya Ruangroj mencoba mengingat dimana keduanya terakhir bertemu.
"Anda benar... Dua tahun yang lalu... Nah, apa yang membuat anda dan putra anda..." Nyonya Sangpotirat terdengar menggantung kalimatnya, membiarkan nyonya Ruangroj menjawab.
"Ah, dua hari yang lalu, ketiga putraku menyusul aku dan suami ke Jepang. Ini hal yang baru, karena selama ini mereka sangat sulit sekali di ajak bertemu kecuali karena kemarahan ayahnya..." Nyonya Ruangroj memberikan senyuman dan kekehan kecil, membuat yang lain mengikuti untuk tersenyum. "Namun, mereka datang bersama-sama dan tiba-tiba, tentu itu sangat mendesak untuk mereka. Itu yang ada dipikiran kami para orang tua. Ternyata, mereka ingin mengatakan jika ketiganya ini, menyukai ketiga putra anda..." Nyonya Ruangroj menunjukkan senyumnya dengan tulus.
"Jadi, maksud kehadiran kami malam ini ingin meminta ijin untuk menikahi ketiga putra anda..." Lanjutnya, membuat nyonya dan tuan Sangpotirat terkejut. Tentu saja keduanya tidak mengira akan secepat ini, pasalnya Krist dan kedua saudaranya hanya mengatakan suka, belum mengatakan hal yang lebih.
"Eee.... Ini..." Nyonya Sangpotirat ragu untuk menjawabnya.
"Maaf nyonya, tapi dimana tuan Ruangroj?" Akhirnya pertanyaan ini muncul dari tuan Sangpotirat.
"Itu..." Nyonya Ruangroj terdengar ragu untuk menjawab.
"Maaf saya datang terlambat..." Sebuah suara yang familiar baru saja muncul dari balik pintu utama, menunjukkan seseorang yang tidak terduga.
"Pho!" Ketiga putra Ruangroj serentak menyebut pho nya.
"Ah, tuan... Silakan duduk..." Tuan Sangpotirat memberikan gestur mempersilahkan untuk duduk.
"Sepertinya istriku sudah memulai percakapan?" Tanya tuan Ruangroj dengan senyuman, setelah duduk di samping sang istri.
"Begitulah, maafkan aku mendahului mu sayang..." Nyonya Ruangroj menunjukkan senyumannya. Tentu ketiga putra Ruangroj tau senyuman apa itu, keduanya tengah beradu akting sepertinya.
"Maka, saya melanjutkan dari pembicaraan istri saya... Saya dan keluarga berniat meminta nong Tee sebagai pasangan Tae, dan nong Krist sebagai pasangan Singto. Untuk Godt dan Bass, kami akan menunggu hingga Bass merampungkan pendidikannya...." Tuan Ruangroj langsung to the point membuat ketiga putranya sedikit terkejut.
"Menikah ya...." Tuan Sangpotirat melirik ke belakang dimana Krist baru saja muncul dengan Tee dan Bass. Ketiganya masih saling menatap karena tidak mengerti apa yang mereka semua bicarakan.
"Saya mohon bantuannya untuk persiapan...." Ucapan tuan Sangpotirat ini tentu saja melegakan semua belah pihak.
.
.
.TEBECEH