To: Kana
Kana..
Oitt knapa Ra?
Kangen Abhi iiih
Idiiih gatel bgt iih.. malu ama bantal yg udah basah kuyup kena airmata lo
Tapi beneran kangen, mau meluk mau disayang-sayang hiks..
Sana gih minta peluk sama ibu cantik, jangan lupa minta disayang-sayang juga. Jd biar ga kangen Abhi lagi.
Nara langsung melempar Hp nya ke kasur dan berjalan kearah meja belajarnya. Matanya menatap pigura kecil berisi foto 2 sejoli yang terlihat tertawa lepas seperti mau menunjukan ke semesta bahwa mereka sedang bahagia karna hati sudah terkait satu sama lain. Nara memang bukanlah anak pendendam yg membawa amarah sampai berlarut tak ada ujung. Dia anak yang mudah melupakan kesalahan oranglain. Demikian sama dengan kasus Abhi ini. Dia hanya butuh meledak-ledak sesaat, udahannya? apalagi kalo bukan kangen minta di usel-usel.
Tak lama berselang ada suara dering panggilan masuk. Nara terkesiap dan langsung bergegas meraih HP nya. Terpampang jelas dan nyata, Tuhan emang lg mendengar kegalauannya malam ini.
"Halo.." Terdengar suara khas dari si pemilik hati yang lagi galau.
"Abhi.." ucapnya manja menuju ke mewek. Airmatanya udah mulai mengumpul kaya udah dikasih aba-aba kapan harus jatuh.
"Iya sayang.. udahan dong ngambeknya. Aku kesiksa tau ga"
"Aku lebih kesiksaa.. huwaaaaa aku minta maaf ya udah marah marah waktu itu kekamu.. tapi kan aku ga salah juga kalo aku marah, ya kaaan ?" tangisnya pecah.
"Iyah kamu ga salah, Ra. Aku yang salah. Pokoknya mau gimana, perempuan emang ga pernah salah. Hehe Tapi serius seharusnya aku jujur dari awal sama kamu. Maafin aku ya. Tapi janji jangan ngediemin aku lagi. Jangan ngejauhin aku lagi." Ujar Abhi tulus dan terdengar masih menyimpan rasa bersalah yang begitu besar terhadap Nara.
"Yaudah aku gamau ngomongin itu dulu. Pokoknya aku kangen. Titik"
"Kangen kok tapi ga bilang? malah ngehindarin aku?" Ledek Abhi diselingi tawa kecilnya.
"Ya kan ceritanya aku lagi marah, Bhi. Iiih kamu tuh ya. Masa iya abis marah trus tiba-tiba chat kamu bilang kangen?" protes Nara yang sibuk memilin milin tali guling saking ga tau harus ngapain lagi.
"Tuhkan aku di judesin lagi. Tadi bilangnya kangen, sekarang diomelin lagi. Yaudahlah aku minggir dulu aja.."
"Abhi iiih jangan.."
"Kenapa jangan?"
"Ngejauhin kamu itu nyiksa, Bhi."
"Besok-besok, kalo ada masalah jangan langsung ninggalin aku ya, Ra. Kita hadepin sama-sama. Cari solusinya sama-sama. Aku gabisa berjuang sendiri. Aku butuh kamu juga disamping aku."
"Iyah Bhi.. maafin aku ya."
Sesimple itu genjatan senjata mereka. Bahkan Nara terlihat tidak lagi peduli siapa itu Danish. Dia lebih memikirkan gimana cara untuk tetap menikmati waktunya bersama Abhi. Nara mau memanfaatkan waktu yang ia punya untuk menciptakan kenangan yang bisa ia kenang, nantinya. Mungkin terdengar naif, tapi siapa yang akan tau besok seperti apa? rencana Tuhan mana lagi yang akan terjadi? sejalankah dengan apa yang sudah kita rencanakan? Jika tidak, bisakah kita berdamai dengan kata "kenapa"?
"Jadinya selama ngejauhin aku, kamu ngapain aja?" tanya Abhi membuka obrolan seperti biasanya. Hal rutin yang dulu pernah mereka lakukan setiap harinya.
"Aku ngjalanin hari biasa aja, kekampus trus pulang. Ngelukis paling atau pergi sama ibu cari alat lukis. Kamu ngapain aja selama ga ada aku?"
"Sama, ga ada yang gimana-gimana. Paling yang beda kuping aku rada sepi. Biasanya tiap hari ada aja yang ngebawelin, yang bikin ribut karna sering ngeyel. Lumayan tenang sih tapi, Ra" Ucap Abhi yang masih senang meledek Nara.
"Oh jadi maunya ga ada aku terus ? yaudah gih sana lanjutin aja jauh jauhan nya. Nyesel aku tadi bilang kangen. Aku tarik lagi kata-katanya. Huuuufh!" Oceh Nara panjang lebar tanpa henti tanpa titik dan tanpa koma. Tawa Abhi pun menyeruak. Hal-hal seperti ini yang justru membuat Abhi terlanjur nyaman. Nara membuatnya bisa menjadi apa adanya Abhi. Nara membuatnya bisa mengekspresikan perasaannya tanpa ada canggung sedikitpun.
"Kamu marah-marah mulu nanti cepet tua loh. Mau? cantiknya nanti hilang."
"Biarin aja, emang aku udah tua. Cantik aku mah permanen, Bhi. Tenang aja ga bakal berubah."
"Tua dasar.."
"Abhiii iiiiih kesel!"
"hahahahaahahahhaaha"
Setelah selesai meluapkan kekangenannya sama Nara, Abhi masih menatap langit-langit kamarnya senyum-senyum.
"Aah.. Nara. Kenapa kamu dateng diwaktu yang ga tepat sih, Ra. Andai setelah kepergian Zanish, aku buru-buru pindah ke jakarta. Mungkin aku ga akan 'segaenak' ini menolak kesediaan hati Danish untuk menggantikan posisi kakaknya. Sampe sekarang pun aku masih bingung sama perasaanku sendiri.."
Seketika ditengah lamunannya itu, Abhi teringat harus memberitahu hasil dari kangen-kangenannya itu ke seseorang. Dia lalu mulai membuat chatroom whatsapp dan mulai mengetik..
To : Kana
Na, Nara udah maafin gw. Sesuai kesepakatan kita, berarti gw masih punya waktu ya buat nerusin hubungan ini sama dia. Please keep masalah pertunangan gw, sampe gw sendiri yang ngomong ke Nara. Gw janji, ini yang terakhir kalinya...
Sent!
KAMU SEDANG MEMBACA
Abhi Nara
Romance"Aku juga sayang kamu, Abhi. Bahkan jauh sebelum kamu kenal aku.." Happy reading guys ! 💕