Suara Abhi

844 55 1
                                    

From : Nara
"Gw balik duluan yaa, lo gausah susul gw"

"Lah  tumben nih anak balik duluan, biasa malesan balik cepet" ucap Kana saat membaca pesan dari Nara siang itu. Abhi menoleh saat mendengar nama Nara.

"Kenapa Nara?"

"Balik duluan katanya" jawabnya kembali fokus melihat ke arah dosen yang sedang menjelaskan mata kuliahnya.

"Lah tumben? alesannya apa? biasanya bukannya selalu nunggu lo selesai kelas?" tanya Abhi ga pake jeda. Kana hanya mengangkat kedua pundaknya.

Abhi masih terlihat bermain dengan fikirannya sendiri. sejak Kana memberitahu chat Nara, ia susah untuk kembali fokus belajar. Sudah genap 3 bulan ia mengenal Nara dan bahkan beberapa kali jalan bareng bertiga dengan Kana. Entah magnet apa yang membuatnya ingin terus terusan bertemu dengan cewek mungil yang selalu terlihat ceria. Abhi memanggilnya dengan si anak kecil dengan 200% power. Bukan tanpa alasan, Abhi hampir jarang melihat Nara murung atau bersedih. Bahkan waktu menceritakan dirinya di labrak sama senior aja, dia masih bisa haha hihi. Berbanding terbalik sama Abhi yang merasa khawatir saat itu. Ada hasrat di dalam dirinya ingin melindungi Nara. Entah sudah berapa lama ia tidak pernah merasakan perasaan aneh seperti ini lagi.

Dan hari ini Nara pulang duluan, adalah hal yang juga aneh menurutnya. Pertama, karna Nara tak pernah sebelumnya seperti ini. Kedua, karena Nara berhasil membuat fikirannya bercabang tak menentu. Abhi mulai memikirkan hal hal yang membuatnya insecure.
"Jangan-jangan ada senior yang ngajak dia jalan. Atau modus aja itu senior minta dia temenin beli buku atau apa kek. Tapi ga mungkin. Nara buka tipe cewek yang gampang diajak pergi gitu, apalagi sama yang ngga dia kenal deket. Tapi gimana kalo ternyata udah ada yang deket sama dia makanya dia pasti mau ? aaarrrggh !!!"

Abhi langsung merogoh tas dan mencari Hp nya mencoba untuk mengatasi kegalauan yang tiba-tiba muncul. Namun ia baru tersadar, selama ini belum pernah sekalipun menanyakan no. Nara. Ia mengutuk dirinya sendiri bagaimana bisa dalam 3 bulan?? Apa segitu cuek dirinya selama ini dalam mengurusi masalah hati?
Abhi kembali teringat ke masa paling terpuruk dalam hidupnya 2 tahun lalu. Masa dimana ia sangat membenci kenyataan. Bahwa tidaklah beralasan untuk percaya akan cinta. Kecewa yang ia rasakan mampu membekukan hatinya hingga saat ini.

"Woy Bhi, lo nglamun? ayok kekantin, gw laper." teriak Kana membuyarkan flashbacknya.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

"Gw gabisa ngumpul ya ntar, Bhi. mau kerumahnya Nara."

"Nara kenapa?"

"Lambungnya kumat kata si ibu tadi pas gw telf ke HP nya yang angkat ibunya. Itu anak lagian ih, susah banget dibilangin. Apa susahnya tinggal taro cemilan gitu di tas nya. Kalo laper tinggal makan. Gilak kali masa gw harus ngerasain sedih kaya wakt...." belum sempat Kana meneruskan ucapannya, Ia tersadar hampir aja keceplosan masalah kesehatannya Nara di depan Abhi. 

"Emang kenapa waktu itu sampe lo sedih? Nara sakit apasih? kok lo kaya aneh gitu? kaya ada yang ditutupin dari gw?" Tanya Abhi yang sudah terlanjur curiga dengan sikap dan gelagat Kana. Ia yakin pasti ada hal yang ditutupi antara Nara dan Kana ke dirinya. Kana langsung memutar otaknya menyiapkan jawaban se masuk akal mungkin karena ia sangat tahu level ke rasionalan sahabatnya itu. 

"Lo tau Bhi, seberapa gw sangat menyayangi Nara udah kaya sodara kembar gw sendiri yakan? paling gabisa gw kalo liat dia harus dirawat pake infusan gitu walau pun sakitnya cuma masalah lambung yang mungkin ga sampe seminggu udah bisa pulang lagi kerumah. tapi kan ya tetep aja gw gatega."  jawabnya secepat kilat berharap Abhi percaya dengan alasannya kali ini. Terlihat mimik muka Abhi yang masih menyerna semua omongan Kana, dan diakhiri dengan helaan nafasnya yang berat. 

"Lo kenapa jadi perhatian gitu ke Nara deh ? jangan bilang lo?" tebak Kana memicingkan matanya dan langsung disanggah Abhi panik. 

"Hah? ngga lah gila kali lo. masa gw mau macarin sahabat sendiri? ga ada dikamus gw yang modelan kaya gitu, Kana" 

"Hih sejak kapan Nara setuju lo jadi sahabatnya ?"

"lah iya juga ya? hahahaha. jam berapa lo kerumah dia ? Salam ya, Na. Cepet sembuh bilang.." 

"Lo ngomong aja sendiri, katanya sahabat. telfon lah sana, jangan kaya fakir pulsa nelf aja gabisa" ledek Kana terkekeh. 

"Kalo ada no nya, gw gabakal pake nyuruh lo buat nyampein doa gw, Oncom!"

"Whattt??? lo ga punya no Nara? gila gila gila.. wah gagal lo tes screening jadi sahabat. fix ini mah udah. Bhi, lo segitu cuek nya sama orang, sampe no HP aja bisa ga ditanya loh. untung waktu awal kita kenal lo inisiatif ya. kalo ngga juga mungkin gw ogah kali sahabat ama manusia macem lo gini ckckck" cerocos Kana ga pake titik gapake koma. Abhi hanya terdiam seakan mengiyakan semua ucapan Kana barusan. Seandainya Ia bisa menceritakan semuanya, penyebab mengapa dirinya seperti saat ini, Mungkin akan ada beban di hati nya yang sedikit terangkat. Namun ia masih belum mau membuka memori itu kepada siapapun. 

"Yaudah mana sini gw bagi dong no Nara. Biar lo yang katanya sahabat gw, ga repot. tar gw sendiri yang telfon" 

"O to the Gah !! tar lo tanya aja sendiri sama Nara. Gw cabut ya.. Byeeeeee "

"Kanaaaaaaa !!!!! awas aja lo ya !!!!"

"You'll be okay, Ra. Get well soon, anak kecil 200% power." Ucap Abhi lirih.








Abhi NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang