Gausah ketawa boleh ?

864 58 2
                                        

Hari ini terasa cukup membosankan bagi Nara di kampus. Waktu masih menunjukkan pukul 12:05 siang, dan masih tersisa 55 menit lagi untuk bisa bebas dari semua bahasan mengenai grammar. Perutnya pun sudah keroncongan karena pagi ini ia tidak sempat sarapan dirumah. Pikirannya sudah mengawang ke semua jajanan dikantin kampus. Dari mulai indomie goreng telur, nasi ayam bakar, siomay mang kumis, dimsum ci Mona, sop pindang patin, ayam geprek, es kopi susu, es milo, dan semua warga yg ada disitu muter2 ala fashion week di imajinasi Nara.

"Tahan Ra, tahan.. tahan.. ya amplop laper banget ih inimah namanya" bisiknya seraya memegang perutnya.

Tak berapa lama ia melihat dosennya izin keluar kelas sebentar. Tanpa pikir panjang, ia pun langsung membereskan buku catatan dan meraih tasnya bergegas untuk keluar kelas. Nara berjalan cepat menuju kantin tanpa melihat sekelilingnya. Bulir keringat terlihat menetes dari samping kiri dahinya. Ya, Nara mempunyai riwayat sakit maag kronis. Itu mengapa ibunya selalu membawakannya bekal setiap kali ia tidak sempat sarapan dirumah. Namun tidak untuk hari ini. Ibunya ada urusan mendadak dan sudah pamit pergi saat Nara masih terlelap tidur.

"Mbak aya, aku mau nasi ayam bakar dong satu. Paha atas ya, sambelnya pisah. Ama teh manis jangan lupa. Kalo bisa cepet ya cakep, aku udh mau pingsan nih ga kuku beb." pesan Nara kilat.

"Ashiaaap bebebku, nanti Aya anter yah" teriak si Mbak Aya sigap menyiapkan pesanan Nara.

Nara kemudian masih terlihat berkeliling mencari makanan lain yang ingin ia makan siang ini dan memutuskan untuk kembali memesan Dimsum ci Mona, Es kopi susu (wajib) sama siomay mang kumis. Ia pun mencari tempat duduk yang rada ke pinggir kantin dekat taman biar kena angin sepoi-sepoi. Tak menunggu waktu lama, semua pesanannya satu persatu datang dan langsung ia lahap seketika tak bersisa. Begitulah Nara, bisa sangat beringas kalo udah urusan perut.

"Lah, lo bukannya ada kelas sampe jam 1 Ra? kok jam sgini udh disini aja? eh wait, ini pesenan lo semua? Allahuakbar.." cerocos Kana yang tiba-tiba datang diikuti Abhi yang muncul sesudahnya. Nara diam tak berkutik ketika sahabat yang sangat ia sayangi itu tanpa sengaja menjatuhkan harga dirinya didepan Cowo yang lagi ia taksir. Abhi hanya terkekeh melihat ekspresi muka Nara yang terlihat merasa bersalah karena sudah makan diluar batas rata-rata cewek normal kebanyakan.

"Ibu tadi pagi ada urusan mendadak jadi ga bawain gw bekel kaya biasa. Trus tadi ditengah kelas, pas dosen keluar sebentar gw langsung cabut kesini. Gakuat gw mau pingsan rasanya." Jelasnya sambil memonyongkan bibirnya manja. Kana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala gemes.

"Kan gw udh bilang berkali kali lo bawa biskuit kek apa kek gitu ditas. Udah tau punya penyakit masih aja bandel lu."

"Hah? Lo sakit apa Ra ?" tanya Abhi sedikit terkejut mendengar ocehan Kana.

"Eh ngga.. bukan.. bukan sakit serius kok. Kana aja nih lebay ngomongnya. Cuma maag biasa." Jelas Nara gugup lalu melotot sesaat ke arah sahabatnya.

"Iyah Bhi, maag biasa kok. Tapi bikin bolak balik dirawat di rumah sakit." Timpal Kana meraih kopi susu milik Nara dan menyeruputnya.

"Eh Ra, Maag tuh gabisa disepelein loh. Banyak pantangannya yg ga boleh dimakan. Ini juga kopi gaboleh sering sering. Banyakin minum air putih kalo bisa. Sama iya bener kata Kana, siapin biskuit ditas. Jd pas lagi laper bisa di isi dulu pake snack." Jelas Abhi panjang lebar seraya masih menatap Nara lekat. Hal itu membuat Nara tak kuasa menahan kupu-kupu yang bergejolak di perutnya. Iapun segera mengalihkan pandangannya ke Kana. Nara tidak tahu harus merespon apa. Sampai akhirnya Abhi kembali bicara.
"Lo denger gw kan, Ra?"

"Eh iya Bhi. Denger kok gw. Ntar deh balik gw mampir beli cemilan." Jawab Nara manggut-manggut.

"Hmm.. omongan Abhi aja lo denger yaa oncom." Ucap Kana seraya menjitak kepala Nara diikuti tawa Abhi yang terdengar renyah dikuping Nara.

"Ya Allah Abhi.. itu ketawa boleh ga sih gw rekam? buat gw denger tiap malem. Gemes banget ih" gumam Nara dalam hati.

Abhi NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang