Abhi masih terdiam didalam mobilnya di parkiran kampus. Tangannya daritadi hanya sibuk membuka tutup chatroom yang masih belum berubah statusnya; centang satu. Ada perasaan yang mengganjal. Pikirannya pun tak menentu. Dia cuma mau menemui Nara saat ini juga. Dia sudah menelepon Kana untuk menanyakan keberadaan Nara, namun Kana bilang ga ketemu hari ini dikampus. Abhi yakin Nara pasti marah sekarang. Ini kali pertamanya Nara bersikap kaya gitu. Hal yang wajar sebenarnya kalo Nara bisa semarah ini. Diapun mungkin akan bersikap sama kalo posisinya ditukar.
"Bhi, yuk jalan. maaf lama tadi ketemu dosen aku dulu."
"Kita beneran jadi pergi?" Tanya Abhi ragu. terlihat raut muka bingung dari lawan bicaranya.
"Yah trus?? ini kan udah kita rencanain dari jauh hari. kamu kenapa sih? jadi berubah gini? Coba kamu udah berapa kali ngecancel rencana kita?" Protesnya yang tak disanggah Abhi sedikitpun.
"Bhi, jawab! Oh aku ngerti kenapa kamu kaya gini. pasti ada hubungannya sama yang nelfon tadi, ya kan? Dia siapa? pacar kamu? iya?"
"Bukan, cuma temen." jawab Abhi singkat seraya mulai menyalakan mobilnya dan pergi meninggalkan parkiran kampus.
Danish.
Gadis cantik yang kini sedang duduk disamping Abhi terlihat bete sedari tadi. Mereka hanya terdiam sepanjang perjalanan. Abhi masih sibuk dengan pikirannya sendiri, dan Danish, menunggu penjelasan Abhi.
"Dia siapa, Bhi?" Ucap Danish memecahkan keheningan.
"Temen, Nish. Ga lebih. Gausah over gitu deh" jawab Abhi dengan muka datarnya. Danish menghela nafas panjang.
"Bhi, jangan kaya gini. Aku gamau ya kamu bohongin. Siapa tadi namanya? hm... Zara? eh Nara? iyaah Nara.. Aku baru denger kamu punya temen namanya Nara."
"heem. Bisa ganti topik? ini jadinya kita kemana dulu?"
"Liat Venue nya dulu deh, abis itu baru ke tempat Cincin. Aku udah dapet design buat cincinnya. nanti kamu kasih tau ya bagus atau ngganya."
"Iya.."
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
"Assalamualaikum.. " Nara seraya berjalan masuk kedalam kamarnya sambil menunduk berusaha menyembunyikan mukanya yang udah pasti gatau lagi bentukannya kaya apa. Mata sembab, Hidung merah, Ingus meler.
"Waalaikum sal... laaaaah kok langsung nyelonong kekamar? biasanya salim dulu.." Jawab Ibunya membalikkan badan setelah mendengar anak tunggalnya pulang disela-sela kegiatan memasaknya didapur. Ia pun mematikan kompor dan melepas celemek bunga-bunga berwarna merah yang dihiasi renda bergaya vintage dan menaruhnya di bangku meja makan. Setelahnya langsung bergegas menuju kekamar nara untuk memastikan anaknya baik-baik aja.
"Pip.. kamu kenapa ? siapa yg ngajarin sampe rumah ga salim?" tanya Ibunya menghampiri Nara yang sedang 'sibuk' membuka lagi buku yang tadi ia bawa ke kampus. Nara tidak menjawab. Ibunya mulai mencium hawa hawa yang tidak beres.
"Jadi ibu ga dianggep disini? yaudah kalo gitu. Take your time.. you always know where to find me." Belum berapa langkah ibunya menuju pintu, isak tangis Nara mulai terdengar. Namun ibunya tetap memutuskan untuk pergi. Ia yakin ini pasti masalah hati. Biarlah dia melewati segala fase percintaan yang ada. Karena sesungguhnya cinta bukanlah hanya tentang perkara jatuh hati. justru disaat sudah jatuh hati, jatuh dan patah pasti mengikuti, kita akan dipaksa belajar untuk bangun dan mengobati lukanya sendiri.
"Dasar anak jaman sekarang. Dia gatau aja dulu ibunya punya kisah lebih drama.." gumam ibunya terkekeh menuju dapur untuk meneruskan masaknya karna jam sudah menunjukan pukul 3 sore.
Nara mencari HP nya didalam tas dan mengaktifkannya lagi. Seketika muncul banyak notifikasi chat dan misscall dari Abhi dan Kana. Juga ... Bima. Mantannya jaman SMA.
Dia mulai dengan membuka chat Abhi sesaat, lalu dilanjutkan dengan chat Kana yang menanyakan keberadaan dirinya. setelah membalas chat Kana, hatinya berdegup sedikit lebih cepat saat membaca nama Bima muncul di chatroom whatsappnya. Pikirannya pergi menuju ke beberapa tahun yang lalu saat mereka masih menjalin hubungan. Pacar 'serius' pertama Nara. Cowo yang gemar main basket ini meninggalkan cukup banyak kenangan. Kenangan pahit lebih tepatnya. Sejak mengakhiri hubungannya dengan Bima, Nara jadi lebih berhati-hati dalam memilih pacar. Bahkan bisa dibilang malas untuk memulai satu komitmen dengan orang lain. Ada satu trauma yang masih tinggal dihatinya sampai pada akhirnya Abhi datang tanpa permisi. Membuka semua pintu hati Nara yang sempat terkunci. Memberi warna disetiap sudut ruang rindunya.
Bima
"Ra..Apakabar?""Baik."
"Gimana kuliahnya?"
"Baik."
Incoming call...
Bima
"iiih nih anak ngapain sih pake nelfon? ganggu banget gatau apa orang lagi galau gini" dengus nya kesal tak berniat menjawab panggilan dari Bima. Tak berapa lama panggilannya terputus. Nara menaruh HP nya di meja belajar dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan mukanya yang masi terlihat kucel dan bengep habis menangis hampir sejam. Setelah nya ia berniat untuk meminta maaf ke ibunya yang tadi sudah jadi sasaran kekecewaannya pada Abhi.
"Buuu.." rengeknya memeluk sang ibu dari belakang. Ibunya terperanjat lalu tersenyum sambil tetap memgaduk aduk tumisan jagung dan sawi putih kesukaan Nara.
"Maafin pipu yaa tadi nyuekin ibu.. maafin juga tadi ga salim. Jangan bilang ayah. Janji ga gitu lagi.."
"Iyah engga, tapi janji kalo pulang jangan lgsg ngeloyor ke kamar. Itu ga sopan, Pip. Kan ada ibu didepan mata kamu. Jaman boleh milenial, tapi tata krama harus tetep diterapin. Ngerti?" jelas Ibunya dengan nada yang sedikit tegas. Nara mengangguk dan lgsg mencium pipi ibunya.
"Ibu jawakuu sayang. Skali lagi maafin pipu yaaah"
"udaah ah lepas, ibu gabisa napas nih kamu dekep kaya gini. Geli tauu ih" canda ibunya yang langsung diikuti tawa dari keduanya.
"Jadi tadi kamu kenapa nangis?"
"Aku belum cerita tentang dia sih sebenernya. Jadi aku harus cerita dari awal. Cuma aja aku udah laper, jadi bisa ga kita makan dulu?"
"Siapa suruh ngurung diri dikamar. Ngrasa laper sendiri kan? Yaudah nih makan dulu. Eh iya, tadi si siapa tuh Pip pacar kamu jaman SMA itu?"
Nara terkesiap. Hampir saja piring yang dia pegang terjatuh."Bi..bim..bima ?" ujarnya terbata.
"Aaah iya Bima. Tadi dia kesini nyariin kamu. Tapi kamu belom pulang. Ibu kira kamu pulang telat, makanya ibu bilang aja kamu pulang malem."
"Bu kalo dia kesini bilang aja Nara ga ada ya"
"Lah kenapa? Dia pernah ngapain kamu?"
"ngga ngga.. ngga papa. Ngga pernah ngapa ngapain Pipu kok. Cuma aku udh gamau berhubungan aja sama dia."
"Andai aja ibu tau, mungkin ibu ga akan ngebiarin hidupnya Bima tenang. Pasti."

KAMU SEDANG MEMBACA
Abhi Nara
Romans"Aku juga sayang kamu, Abhi. Bahkan jauh sebelum kamu kenal aku.." Happy reading guys ! 💕