Nara?

958 60 16
                                    

"Pipuuu.. kayanya ada yang dateng deh itu didepan nak. Ibuk lagi gabisa ninggal nih didapur" Teriak Ibunya Nara dari dapur dan terlihat sibuk menyiapkan sarapan. Selang beberapa menit Nara keluar kamar dengan muka sumringah ga seperti biasanya beberapa waktu lalu. 

"Iyaa buk, sayangnya aku jemput.. hehe biar aku aja yang buka pager" Ucap Nara seraya berjalan menuju pintu depan rumah siap menyambut pujaan hatinya yang sempat beberapa saat menjadi tawanan orang lain. (sampe sekarangpun masih sebenernya, sok ngga tau kenyataan aja udah ya). Mendengar Putri semata wayangnya itu, Ibunya hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum simpul 

"Dasar anak muda.. kemarin aja bisa nangis sesenggukan, eeeeeh pas ditelfon lagi, udah deh berasa lupa ingatan pernah galau..."

Terlihat Abhi sudah berdiri didepan pagar menunggu yang empunya rumah membukakan pintu untuknya. Nara hanya mampu tersenyum malu-malu saat Abhi memberinya lambaian tangan dari balik pagar. Setelah pintu pagar terbuka, Abhi merentangkan kedua tangannya.

"sini dong deketan, gamau aku peluk nih?" Ledek Abhi 

"Iiih nanti diliat Ibu malu ah"

"Ya terus kenapa? kan calon mertuaku ini yang liat, gapapalah"

"ahahaha, emang ibuku mau punya mantu kaya kamu?"

"Maulah pasti, nanti aku bawain martabak keju susu setiap dateng ngapelin anaknya hehe"

"kok tau ibu suka martabak keju susu???"

"Masih ragu aku calon mantu idaman ibu kamu? hahaha ini beneran mau ngebiarin tangan aku begini aja nih jadinya ?" tanya Abhi yang sudah merasa pegal. Nara langsung berjalan kearahnya dan larut dalam pelukan Abhi. Sengaja tidak ada yang berusaha melepas pelukan itu. Mereka masih menumpahkan segala rasa yang selama ini terpaksa ditahan.

Terkadang, kenyataan itu memang lucu. Bisa-bisanya semesta memberi celah dengan mempertemukan dua orang yang tidak mengenal satu sama lain dengan cara yang sulit untuk di bayangkan. Membiarkan rasa itu tumbuh dengan semaunya. Menyelusup tiap rongga hati, bahkan menyembuhkan luka dari kisah yang lalu. Ya.. cinta itu menyembuhkan. Menyembuhkan luka yang juga disebabkan oleh cinta.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

"Bhi, kamu gapapa kekampus bareng aku?" Tanya Nara di perjalanan menuju kampus mereka. Abhi terlihat tak bergeming masih fokus memandang lurus ke arah jalanan.

"Bhi? jawab iiih ngeselin aku dikacangin"
Rungut Nara melengos. Seketika Abhi mulai mengacak-acak rambut Nara gemes.

"Gapapaa sayang.." Jawabnya tersenyum dengan mimik muka yang sulit dijelaskan.

Sesampainya dikampus, Nara langsung menuju ruang kelas nya karna 5 menit lagi mata kuliah pagi ini akan dimulai. Sedangkan Abhi masih harus menunggu setengah jam lagi untuk masuk kelas dan ia memutuskan pergi ke kantin menyusul teman-temannya. Ternyata Danish pun sudah ada disana, merengut.

"Nah ni dia nih yang dicariin daritadi akhirnya dateng juga. Tuh ada yang cemberut daritadi nyariin lo, Bhi." Ujar Bimo, salah satu teman satu jurusan Abhi.

"Kamu abis darimana? Aku chat ga di read, telfon juga ga diangkat. Aku telfon kerumah kata embak kamu udah berangkat dari jam 7 tadi. Segitu sibuknya ampe gabisa baca chat aku?" Cerocos Danish dengan kecepatan cewek pada umumnya kalo lagi bete. Abhi menarik bangku yang ada didepan Danish dan duduk dengan tampang datarnya dan semakin membuat Danish kesel.

"Bhi, jawab !!"

"Udah ngomelnya? udah selesai blm?" jawab Abhi datar.

"Kamu kenapa sih? kok malah jadi jutek? Harusnya aku dong yg marah bukan kamu.." Tanya Danish dengan nada yang semakin tinggi dan membuat beberapa orang di kantin melihat kearah mereka. Abhi terlihat berusaha menahan emosi saat melihat Danish masih tidak juga berubah. Masih dengan sikap tempramennya.

"Aku ke kelas. Jangan ngomong sama aku sebelum kamu bisa kontrol emosi kamu itu." Abhi beranjak dari tempatnya meninggalkan Danish dan Bimo yang masih terpaku dengan sikap dingin Abhi.

"Lah kok malah dia yang kesel, yang ga ngeread chat siapa, yang ga angkat telfon siapa, yang ga izin pergi siapa, kenapa jadi gw yang dijudesin? Udah gila deh tuh orang"

Bimo hanya terkekeh melihat Danish yang masih sibuk ngomel sendirian. Bimo adalah satusatunya orang yang tau masalah perjodohan Abhi dan Danish dikampus. Pastinya sebelum Abhi akhirnya jujur ke Kana dan Nara. Tiba-tiba Danish terdiam sesaat sampai akhirnya ia membalikkan badannya ke arah Bimo yang sibuk menyeruput es teh manis sambil memainkan HPnya.

"Bim.."

"Oit.."

"Lo yang gw tau paling deket sama Abhi dikampus.. gw mau nanya sama lo.." ucap Danish menatap Bimo lekat.

"Nanya apaan?" Jawab Bimo yang masih tak berpaling dari HPnya.

"Lo kenal Nara?"




Abhi NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang