Senyum untuk Nara

885 59 8
                                        

Sesampainya di PIM, Kana mulai menjelajah ke beberapa store untuk mencari Tas yang dia mau. Keadaan mall saat itu juga untungnya tidak terlalu ramai, hanya beberapa orang yang terlihat berlalu lalang. Mungkin karena mereka datang tepat diwaktu orang kerja. 

"Untung sepi nih Mall" Gumam Nara seraya berjalan sebelahan dengan Abhi. Cowok itu menoleh ke arahnya dan tersenyum tipis. (tipiiiis banget ya Bhi) Entah apa alasan Abhi tiba-tiba tersenyum seperti itu. Padahal Nara hanya berkata hal yang 'biasa' aja. Selang sejam mereka berkeliling dan mendapatkan barang yang Kana mau, kini saatnya Nara untuk mencari Kanvas. 

"Guys kalo kalian mau duluan cari makan gapapa duluan aja, nanti gw nyusul. lagian gw belom laper banget kok." ujar Nara tak tega melihat Kana dan Abhi yang terlihat kelelahan. 

"Ngga Ra, udah gapapa sekalian aja. abis itu baru makan bareng-bareng." Sanggah Abhi yang di iyakan Kana setengah hati. Nara hanya tertawa kecil melihat mimik muka Kana yang sudah tidak kuasa menahan lapar. 

"hahaha Bhi, i know her so well. Dia udah kelaperan banget itu mukanya. udah gapapa duluan aja. Gw cuma sebentar doang kok."

"Atau Ra, Abhi ikut nemenin lo aja biar gw yang cari tempat makan. Abis itu kalian susul gw kalo udah selesai. Asli gw laper banget huhu" usul Kana. 

"Nih liat Ra, modelan kaya begini lo jadiin sahabat dari SMP? ckckck" 

"Yaelah Bhi. Nara mah udah khatam ama tingkah gw. Udah sana buruan temenin Nara. tar gw kabarin makan dimana jadinya. bye---" Kana auto membalikkan badan dan berjalan menjauh mencari tempat makan yang berada di lantai atas. Sedangkan Nara dan Abhi kembali berjalan menuju Art store yang sudah menjadi langganan Nara dan ibunya. Nara berjalan sedikit mendahului Abhi. Namun setelah Abhi tersadar akan hal itu, ia langsung menarik lembut lengan Nara.

"Jangan cepet-cepet jalannya, tar kesandung."

"Eh iyaa.. abis kasian Kana kalo kita kelamaan. Kalo udah dapet kanvasnya, langsung cus susul dia aja ya." ujarnya kikuk. Bukan tanpa sebab, sebenarnya Nara bukan anak yang pandai untuk dekat dengan orang baru. Apalagi Abhi, Orang yang selama ini ia taksir membuatnya makin tidak bisa mengontrol rasa gugupnya.

"Haha.. Nara, sahabat lo itu juga tanpa disuruh pasti udah makan duluan. Udah tenang aja lo gausah keburu-buru milih kanvasnya." canda Abhi dengan suara lembutnya yang khas. 

"Duh Ra, sabar.. sabar.. jangan meleleh.. Abhi juga manusia Ra.. bukan Bidadara.."  ucap Nara dalam hati sambil memejamkan matanya. 

"Are you okay? sakit lagi lambung nya?" tanya Abhi cemas ala-ala. Ia tahu Nara pasti sedang melakukan kebiasaan uniknya ngomong dalam hati tanpa sadar. Kana lah yang membocorkan hal itu kemarin. 

"Hah? aah ngga kok Bhi. Udah yuk buruan ah." Ujarnya malu dan langsung meninggalkan Abhi yang masih tertawa gemes melihat tingkahnya. 

Senyum manis itu kembali muncul di wajah si anak bungsu yang lahir di Lombok itu. Dan kali ini Nara lah alasan dibalik senyum itu. 

********

"Suka ngelukis dari kapan Ra?"

"Dari jaman masih dikandungan, Bhi." Jawab Nara yang terlihat sibuk dengan dunianya.

"Oh jadi pas lahir udah bawa-bawa kanvas ya Ra?" Lanjut Abhi menanggapi candaan Nara. Sesaat Nara berhenti melihat-lihat cat acrylic dan memutar badannya menghadap Abhi yang berdiri tepat dibelakangnya. Kali ini Abhi yang terdiam dan sedikit gugup saat ditatap Nara lekat. 

"Abhi.."

"I..i..iya Ra?"

"Perut gw keroncongan lagi masa" ujarnya dengan mimik muka sedih. 

"Hah ???"

"Udahan yuk, langsung susul Kana aja. Coba telepon dia tanya dimana, gw mau ke kasir dulu." Nara ngeloyor pergi meninggalkan Abhi yang masih mencoba untuk mengatur nafas. Dia menghela nafas lega setelah mendengar perkataan Nara yang tanpa berdosa seperti tadi. Jantungnya berdegup tak seperti biasanya saat Nara, yang untuk pertama kalinya berani menatap matanya dalam. 

"kok gw deg-degan yah? fuh..fuh.. ga mungkin kan kalo gw.....? ah ngga ngga.. ngga mungkin" kali ini Abhi yang kena sindrom ngomong sendiri sambil memegang dadanya. 

"Abhi, are you okay?"  



Abhi NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang