1. Coming Home

187 10 0
                                    

Beijing, 2034.

Sinar mentari menerobos masuk jendela sebuah kamar di lantai dua sebuah rumah besar yang tirainya tersingkap karena tertiup angin. Semburat sinarnya yang menyilaukan membangunkan sesosok wanita yang terbaring sendirian di atas sebuah ranjang besar di kamar itu.

Wanita itu mengerjap-ngerjapkan matanya sebelum akhirnya bangkit dari posisi tidurnya. Ia mengambil sisir dan duduk di meja rias di samping ranjangnya sembari bercermin. Lalu menyisir rambut kecokelatan panjangnya yang bergelombang. Cantik. Ya, ia tak pernah ragu mengakui bahwa dirinya cantik. Terlihat agak congkak tapi itu memang benar. Usianya sudah menginjak tiga puluh tahunan, namun wajahnya masih seperti seorang gadis belasan tahun.

"Ah, tapi kecantikan juga bukan segalanya," gumam wanita itu pada diri sendiri.

Setelah rambutnya agak rapi, ia pun meninggalkan meja riasnya. Lalu bergegas menuju pintu kamarnya hendak keluar, menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. Namun, baru saja ia memegang kenop pintu, terdengar suara 'PRAAANG' dari kejauhan. Buru-buru wanita itu keluar dari kamarnya dan segera berlari. Ia berlari menuruni tangga dan memburu ruang dapur. Ia yakin suara itu berasal dari dapur. Pasti tikus, atau kucing, batinnya.

"Sial, rumah memang ini terlalu luas. Tapi aku juga tidak sudi kalau hewan-hewan liar turut tinggal disini dan mengacak-acak dapurku!" gerutunya sembari berjalan cepat.

Akan tetapi, apa yang dilihatnya bahkan lebih mengejutkannya daripada sepasukan tikus atau sekeluarga kucing.

Tampak seorang lelaki tinggi kurus dengan rambut berantakan yang panjangnya melewati batas mata sipitnya. Tak lupa kacamata bulat bertengker di hidung mungilnya. Ia tersenyum canggung dengan pecahan keramik berserakan di lantai tempatnya berdiri.

"Xu Minghao?!" pekik wanita itu sembari melotot

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Xu Minghao?!" pekik wanita itu sembari melotot.

"Maaf aku tak sengaja memecahkan cangkirmu," jawab sang lelaki yang dipanggil nama lengkapnya itu gelagapan.

Sang wanita masih saja menatapnya tak percaya.

"A-akan kubereskan. A-ku juga akan membelikanmu yang baru," kata lelaki itu sembari berjongkok dan mulai membereskan pecahan kerimik itu.

Sang wanita mendekati lelaki itu dan turut berjongkok mensejajarkan pandangannya. Ia juga membantu membereskan pecahan beling itu.

"Bukan itu. Aku terkejut melihatmu tiba-tiba berkunj-- maksudku pulang. Kenapa selalu tiba-tiba?" tanya sang wanita, nada bicaranya melembut.

"Memangnya aku harus laporan setiap akan pulang?"

Sang wanita hanya diam tak membalas. Ia pun memalingkan muka lalu berdiri dan membawa pecahan beling yang dipungutnya ke tempat sampah.

"Ck, kau ini tidak pernah masak ya? Lihat, peralatan masak di sini sampai berdebu," Minghao berdecak saat memeriksa panci-panci di dapur itu.

Sang wanita tertawa lantas berkata, "kau berlebihan. Panci memang sedikit berdebu karena jarang kupakai. Tapi aku masih sering menggunakan yang lain seperti penggorengan, spatula, pisau, dan oven microwave."

[REMAKE] Second Home [SVT The8 ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang