12. I Trust You

85 6 0
                                    

Beijing, 6 Mei 2033.

Hari telah beranjak senja. Nampak seorang pria berkemeja hitam yang masih menenteng jas putih ber-name tag 'Xu Minghao'di tangannya berdiri di depan pintu sebuah toko bunga yang sepertinya akan tutup. Tanpa berpikir lebih lama lagi lelaki itu pun masuk ke toko itu.

"Tolong, satu buket bunga lili putih," ucap Minghao pada pelayan.

Tak lama kemudian pelayan lain datang dan memberikan pesanannya.

"Oh iya, kartu ucapannya juga. Tolong tuliskan sekalian dengan tulisan tangan yang bagus," kata Minghao lagi.

"Apa tulisan yang harus ditulis pak?" tanya sang pelayan ramah.

Setelah pelayan menuliskan sesuatu yang dimintanya, Minghao pun membayar dan langsung pergi dari toko itu menuju mobilnya di tempat parkir. Lelaki itu masuk ke dalam dan meletakkan bunganya di jok belakang. Kemudian mobilnya pun melaju, jauh meninggalkan toko bunga itu.

Bukan rumah sakit, rumah ibunya, atau rumah tempat ia biasa tinggal yang Minghao tuju. Tapi rumah keduanya, rumah Xiao .

Setelah menelepon Xiao berkali-kali tidak diangkat, hingga untuk yang entah keberapa kalinya malah dijawab suara operator yang mengatakan nomor Xiao sedang tidak aktif, maka Minghao pun memutuskan untuk pulang ke rumah Xiao . Setelah menitipkan Jiayu pada neneknya tentu saja.

Wajar jika Xiao tidak menjawab panggilannya bahkan sampai mematikan ponselnya, Minghao sudah sangat keterlaluan. Minghao pun merasa sangat menyesal, ia harus meminta maaf pada wanita itu. Bahkan Minghao membelikan sebuket bunga lili putih, bunga kesukaan wanita itu sebagai permohonan maafnya. Selain itu, memang ada hal lain yang harus Minghao lakukan di rumah Xiao .

Setelah menempuh perjalanan yang agak panjang, akhirnya mobil Minghao sampai di tempat tujuan. Di sebuah rumah yang cukup besar, yang terisolasi dari rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Hanya ada pepohonan dan rerumputan di sekitar rumah itu.

Minghao memarkirkan mobil di pinggir jalan dan segera turun dari mobilnya dengan membawa serta buket bunganya. Ia pun langsung berjalan ke gerbang rumah itu dan membukanya sepelan mungkin. Setelah gerbang dibuka Minghao menutupnya kembali dan segera menuju pintu.

"Dikunci. Sudah kuduga," kata Minghao saat mencoba membuka pintu.

Tanpa ambil pusing Minghao merogoh saku celananya dan mendapat kunci cadangan rumah ini.

"Xiao ... " panggil Minghao setelah berhasil membuka pintu.

Tak ada sahutan. Rumah yang cukup luas itu tampak sepi. Minghao melangkah masuk setelah menutup pintu. Minghao melangkah pelan melewati ruang tamu, hingga sampai di ruang tengah. Tampak sebuah sofa putih dan lemari televisi di hadapan sofa itu. Minghao lalu duduk di sofa itu sembari menaruh buket bunga Xiao nya di sana.

"Dingin," gumam lelaki itu saat meraba permukaan dudukan sofa.

Dingin, itu artinya sudah agak lama sejak sofa itu terakhir diduduki. Minghao lalu bangkit dan berjalan ke meja kerja Xiao yang tak jauh dari situ. Kursinya juga dingin. Ah, lalu kemana saja wanita itu jika tak duduk di sofa maupun meja kerjanya? Minghao pun akhirnya duduk di kursi itu. Kemudian berputar, menghadap ke tempat televisi berada. Hingga perhatiannya tertuju hanya pada salah satu laci di lemari televisi itu. Minghao kemudian teringat sesuatu dan melompat turun memburu laci tersebut.

SRAAAK! Laci terbuka dan nampak sebuah map berwarna hijau di sana. Minghao segera mengambil map itu dan membukanya. Ada dua lembar kertas di sana.Kertas itu tak lain adalah surat perjanjian yang ditandatangani dan diberi materai.

Jadi begini. Saat Jiayu lahir, Xiao , Minghao, dan Jieqiong sepakat untuk membuat sebuah surat perjanjian yang isinya menyatakan bahwa Xiao menyerahkan anak kandungnya pada Minghao dan Jieqiong dan tidak akan menuntutnya untuk mengambilnya kembali suatu hari nanti. Itu yang pertama.

[REMAKE] Second Home [SVT The8 ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang