Beijing, 7 Mei 2033.
Di kursi ruang tunggu di depan ruang rawat Jieqiong, tampak seorang anak kecil duduk termangu di sana. Jiayu. Anak itu masih memakai seragam taman kanak-kanak model pelautnya serta masih menggendong tas berbentuk kura-kura. Anak itu tampak murung, memikirkan wanita yang dipanggilnya mama itu yang tak kunjung bangun sejak kemarin.
"Jiayu sendirian di sini?"
Anak itu mendongak tatkala mendengar namanya disebut.
"Bibi Xiao?"
Xiao berjongkok di hadapan Jiayu. Wanita itu menatap Jiayu sembari memaksakan seulas senyum. Agak sakit sebenarnya mendengar anak kandungnya sendiri memanggilnya bibi, bukannya mama. Tapi mau bagaimana lagi, itu sudah jadi keputusannya sebelum Jiayu lahir.
"Papa sedang memeriksa mama di dalam," kata Jiayu lagi.
Xiao pun bangkit dari posisinya, lalu duduk di kursi tepat di samping Jiayu.
"Sudah makan?"
Anak itu menggeleng.
"Jia tidak ingin makan kalau tidak disuapi mama," katanya.
Xiao menghela napas, lalu mengeluarkan kotak bekal berisi roti isi yang dibuatnya.
"Lihat, Bibi membuat roti isi yang lezat. Jiayu tidak mau?"
Jiayu tetap menggeleng.
"Hei, jangan begitu. Kau harus tetap makan. Mamamu sedang sakit, kalau sudah sembuh dia pasti akan menyuapimu lagi," bujuk Xiao .
Jiayu masih tak bergeming. Anak itu diam saja sembari menunduk sedih. Namun ada yang terasa aneh bagi Xiao . Anak kecil itu tampak sedih tapi tidak menangis.
"Kau anak yang pintar sekali. Kau kelihatan sedih tapi kau tak menangis?" tanya Xiao iseng.
"Kata papa anak laki-laki harus kuat, tidak boleh menangis," jawab anak itu.
Untuk sesaat Xiao tercengang. Anaknya dewasa sekali. Minghao dan Jieqiong mendidiknya dengan sangat baik. Kemudian secara refleks wanita itu tersenyum sembari mengelus kepala Jiayu dengan lembut.
"Dan untuk menjadi kuat Jiayu juga butuh makanan. Bibi sudah berjanji pada mamamu untuk memastikan kau makan dan istirahat dengan benar. Kalau waktu bangun nanti mamamu melihatmu sakit karena tidak mau makan bagaimana? Dia akan sedih loh," kata Xiao berusaha membujuk anak itu lagi.
Ekspresi Jiayu berubah seketika. Anak itu menatap Xiao dengan tatapan terkejut.
"Benarkah?"
"Ya. Mama akan sangat sedih kalau tahu ini. Karena itu, Jia harus makan ya?" jawab Xiao mantap.
"Jia tidak ingin mama sedih. Baiklah, berikan roti isinya, akan Jia makan itu," jawab Jiayu mantap.
Xiao tertawa melihat ekspresi anak itu, lalu memberikan sepotong roti isi kepadanya. Xiao harap-harap cemas saat melihat Jiayu mulai menggigit roti isinya. Takut kalau-kalau tidak enak. Namun setelah Xiao terus memerhatikan dan Jiayu memakannya dengan lahap, Xiao bisa bernapas lega.
"Apa roti isinya enak?" tanya Xiao saat Jiayu sudah menghabiskan satu potong.
Anak itu mengangguk.
"Enak. Seperti yang biasa papa buat di rumah," katanya.
Xiao tersenyum lega. Lalu memberi Jiayu satu potong lagi.
Tak lama kemudian, terdengar derit suara pintu terbuka. Tampak Minghao dengan seragam kerjanya keluar dari ruang perawatan Jieqiong. Lelaki itu melotot untuk sesaat tatkala mendapati anaknya yang tak lagi duduk sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REMAKE] Second Home [SVT The8 ✔]
Romance[Sebuah 'remake' dari cerita berjudul sama] . Apapun rela dilakukan demi sesuatu yang disebut 'cinta'. Cheng Xiao rela kebebasan hidupnya dibatasi dan keberadaannya disembunyikan dari semua orang demi cintanya pada Minghao. Minghao rela membuat sebu...