Eunsang membuka pintu rumah dan menutupnya kembali dengan kencang menghasilkan suara yang cukup keras. Ibu yang sedang membaca buku di sofa dibuat terkejut. Apa lagi Eunsang muncul dengan wajah merah padam karena menahan emosi.
"Sudah pulang?"
"Ibu.." Eunsang duduk di samping ibunya. "Kenapa harus dimajukan? Aku tidak mau pergi secepat itu.. apa lagi hari itu adalah hari kelulusanku."
Ibu menghela nafas. "Kau harus pergi secepatnya karena harus ada yang di urus disana."
Eunsang menghela nafas. Ia bangkit lalu berlari ke kamarnya. Mengabaikan ibu yang terus memanggilnya. Ia membanting pintu kamar lalu melempar tasnya ke lantai.
Eunsang mencoba meredakan emosinya. Ia memejamkan matanya sambil mengatur nafas. Setelah membuka mata, hal yang pertama ia lihat adalah buku diarynya yang keluar dari dalam tasnya.
Tangannya meraih buku itu. Ia berbaring di ranjang lalu membuka bukunya yang sudah lama hilang. Buku itu masih sama. Tak ada yang berbeda. Semua tulisannya dari masa-masa sulit hingga tulisannya tentang Chaerin tak ada yang hilang atau berubah satu halaman pun.
Eunsang meringis membayangkan Chaerin membaca semua kalimat menyedihkan yang ia coretkan di buku ini. Pasti Chaerin sadar ialah gadis yang Eunsang ceritakan dibuku ini.
Memalukan.
Eunsang menutup buku itu. Kini ia kecewa dengan Chaerin karena tak jujur dan mengembalikan bukunya, sekaligus malu karena rahasianya terbongkar oleh Chaerin. Eunsang rasa dua alasan itu sudah cukup untuk tak menatap Chaerin di hari perpisahan nanti.
Ia beranjak dari ranjangnya untuk menaruh bukunya kedalam koper. Tapi tiga lembar kertas terjatuh dari balik sampul buku. Eunsang turun berjongkok untuk mengambil kertas itu.
Ah, kertas itu adalah foto. Foto pertama adalah potret punggung Chaerin yang ia ambil di festival sekolah tahun lalu. Sedangkan dua lembar foto lainnya adalah potret dirinya dan pemandangan laut senja yang sangat indah. Chaerin yang memotret dua foto itu.
Eunsang menatap potret dirinya di foto. Ia tersenyum lebar hingga matanya menyipit dan laut biru sebagai background nya. Ia membalikkan foto itu dan ternyata ada tulisan disana.
Dear, you.
Aku telah mengabulkan keinginanmu. Kuharap aku bisa mengabulkan keinginan lainnya di masa yang akan datang.Eunsang mengigit bibir bawahnya. Menatap lekat-lekat tulisan Chaerin. Ia merabanya dengan jemarinya. "Bahkan tulisannya terlihat menggemaskan." Gumamnya.
Eunsang menggeleng. Menyadarkan dirinya sendiri kalau ia sedang kecewa dengan Chaerin saat ini. Tidak lucu kalau Eunsang luluh hanya karena tulisan menggemaskan Chaerin.
Maka Eunsang menaruh kembali foto itu ke dalam buku lalu memasukkan bukunya ke koper. Ia menepuk-nepuk koper hitamnya. Da hari lagi Eunsang dan koper ini akan terbang ke negeri matahari terbit.
**
"Tersenyumlah." Dongpyo berbisik. Ia menarik dua suduh bibir Chaerin dengan jarinya. "Ayo senyum! Ini hari kelulusan, kau akan di potret. Aku tidak mau kau terlihat murung di foto kelulusan ini." Omel Dongpyo.
Chaerin tersenyum kecil. Sahabat mungilnya ini dari pagi terus memarahinya karena ia terlihat murung. Ia bahkan menyuruh Yujin untuk menambahkan make up disekitar kantung mata Chaerin yang sedikit bengkak karena semalaman menangisi Eunsang.
Lalu dimana lelaki itu? Chaerin belum melihat batang hidung Eunsang sejak datang ke aula sekolah tempat upacara kelulusan berlangsung.
"Mencari Eunsang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, you | lee eunsang
FanfictionChaerin tidak sengaja menemukan rahasia terbesar Eunsang, teman sekelasnya yang sangat pendiam. Semua rahasia itu tertulis di buku diary milik Eunsang. Yang mengejutkan adalah rahasia itu ternyata berhubungan dengan Chaerin. Haruskah Chaerin mengemb...