O3

2.8K 474 113
                                    

"Apa kalian melihat bukuku?"

"Buku? Bukumu yang mana?" Tanya Dongpyo.

"Yang kecil—"

"Ooohh buku yang selalu kau bawa itu?" Hyeongjun memotong ucapan Eunsang. "Bukunya hilang?"

Eunsang mengangguk. "Mungkin kalian melihatnya."

"Tidak kok." Jawab Junho.

Eunsang terdiam sejenak lalu menatap mereka satu persatu. Dan yang terakhir Eunsang tatap adalah Chaerin. Sedangkan gadis itu hampir saja terjungkal dari duduknya begitu Eunsang menatapnya. Ia segera menunduk. Tangannya meremas buku yang ada dibalik sweaternya.

Ini bukan waktu yang tepat untuk mengembalikan buku Eunsang.

"Kau curiga kami yang mengambil bukumu?" Ucap Sua karena jengah dengan tatapan Eunsang yang mengintimidasi.

"Tidak. Baiklah jika kalian tak melihat bukuku. Terima kasih." Ucapnya lalu akhirnya pergi.

Chaerin diam-diam bernafas lega begitu lelaki pendiam itu pergi. Sekarang ia semakin bimbang harus mengembalikan buku itu atau tidak.

**

"Aku pulang."

Chaerin melepas sepatunya lalu berjalan gontai menuju ruang tamu. Ia menemukan Dohyon, adiknya yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. "Eoh? Noona sudah pulang?"

"Uhum.." Chaerin menghempaskan bokongnya di sofa sebelah Dohyon. Ia mengehela nafas berat membuat adiknya menoleh.

"Wajahmu kusut sekali, ada apa?"

"Entahlah..." gumam Chaerin.

Seharusnya ia sedang pergi ke karaoke bersama teman-temannya, tapi ia menolak dengan alasan tak enak badan. Sebenarnya Chaerin bukanlah orang yang senang pergi-pergian, tapi demi mendapatkan banyak teman ia rela melakukan hal yang ia tak suka.

Tiba-tiba ia teringat Eunsang. Tentang buku kecil itu dan cara Eunsang menatapnya tadi. Tatapan yang dingin. Apakah benar yang dimaksud Eunsang di buku itu adalah dirinya?

"Dohyon-ah.."

"Hm? Kenapa?"

"Apakah kau percaya kalau ada seseorang yang menyukai noona?"

Dohyon tertawa keras hingga hampir jatuh dari sofa. "Mana ada lelaki yang menyukai perempuan payah sepertimu!"

"Ya!" Chaerin mengunci leher Dohyon dengan lengannya hingga adiknya berhenti tertawa dan berganti dengan rintihan minta ampun. "KAU INGIN AKU MATI?? AKU INI ADIKMU!!"

"KAU SENDIRI MENYEBUTKU PAYAH! AKU INI KAKAKMU!!!"

**

Lelaki itu menghela nafas begitu memasuki rumahnya. Sepi. Itulah satu kata yang tepat untuk mendeskripsikan rumah bagi Eunsang.

Orang tuanya bekerja tak kenal waktu. Menurut mereka Eunsang akan bahagia jika mendapatkan uang. Padahal Eunsang hanya butuh perhatian. Ia bahkan sudah lupa apa itu kasih sayang kedua orang tua.

Ia membaringkan tubuhnya di ranjangnya. Menatap langit-langit kamarnya tanpa ada niat untuk mengganti seragamnya.

Lalu ia teringat bukunya. Bagaimana buku itu bisa hilang? Seingat Eunsang ia sudah membawa buku itu dari ruang seni. "Bisa gawat jika buku itu diambil seseorang.." gumamnya gusar.

Semua keluh kesah dan rahasianya ia tuliskan di buku kecil itu. Termasuk foto seorang gadis yang ia ambil diam-diam saat festival sekolah tahun lalu. Seharusnya foto itu aman, karena ia menyelipkan foto itu di balik sampul buku.

Dear, you | lee eunsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang