Tentang Malam, Yang Dipeluk Hujan
/pada redup cahaya atap bumi, hujan datang tanpa permisi; membasahi tanah menepis gundah.
ditengah derasnya hujan yang khidmat berjatuhan, kau menumpah isi hati pada puisi. ku baca dan telusuri dengan perasaan yang merekah, pada setiap kata yang tercipta; setiap itu pula pada bibir seulas senyum lahir.
ketika sedang nikmatnya merayakan kebahagiaan, kau memintaku untuk membalas puisimu dengan persyaratan yang kau bentuk sedemikian rupa.aku tidak pandai menulis kalimat indah dan romantis, tapi kalau ku tolak amarahmu pasti memuncak.
baiklah, ku tuang segala bentuk bahagiaku kedalam tulisan. semoga saja tidak mengecewakan.
tapi maaf jika hasilnya tidak memenuhi syarat, karena aku terlalu bersemangat menulis kata yang seluruhnya tentangmu.
ah, malam dan hujan hari ini terasa lebih manis ketika kau menutupnya dengan ucapan selamat malam yang romantis.perlu kau tau, hujan dan percakapan denganmu malam ini adalah awal hati dan kaki ku memulai. memulai cerita yang akan ku tulis tanpa titik.
tepat sejak saat itu, hujan menjadi salah satu hal yang membahagiakan. dan puisi menjadi media kita untuk saling bertukar perasaan.
hujan datang tanpa permintaan, entah desirnya, entah suaranya, entah dinginnya atau mungkin basahnya. selalu. menjadi hal yang dirindukan.
/bersamaan dengan malam yang datang berbalut sepi, hujan yang turun dengan rintik sunyi. memori tentangmu lagi-lagi memutar dalam kepala. mengembang tawa dimenit pertama, lalu diakhiri dengan lagu duka.
bagaimana tidak, kau yang begitu ku cinta memutuskan untuk pergi dengan lain pria. kau yang ku damba telah direnggut malam dengan paksa.dalam puisimu, kau berkata;
"kamu adalah cerita yang selalu menitihkan hujan rindu yang deras, rasa syukur selalu hadir saat memutar
memori bersamamu."
lantas, mengapa kau memilih pergi dengan orang yang bukan aku? tidak bisa kah kita bersama? menikmati malam dibawah rintik hujan berdua?kini, semua tak sama.
hujan turun hanya membawa kisah pada setiap jatuhnya. bukan kisah mereka yang berakhir bahagia, melainkan kau dan aku yang tidak pernah direstui semesta.
ketika hujan dan malam datang bersamaan; sepi dan sunyi begitu erat mendekap tubuhku.
hujan tidak lagi meneduhkan, malam kembali gelap dan mencekam, dan puisi hanyalah percakapan kita dalam diam.pada malam yang dipeluk hujan, cerita yang ku tulis telah menemui titiknya.
pada malam yang dipeluk hujan, aku tersadar. ternyata ku keliru, aku bukanlah tempatmu pulang, melainkan hanya tempat untukmu berteduh.
kau tenggelam diujung malam.
kau menghilang diakhir rintik air hujan.
kau telah mati; tapi tidak dengan puisi./
***