Manusia Kuat Ialah; Kita
Ketika beranjak dewasa kenyataan pahit yang harus aku telan adalah tidak ada yang bisa menyelamatkanku selain diriku sendiri. Aku akan tetap terkurung kesedihan sekalipun berada ditengah keramaian. Suara gelak tawa tidak mampu menarik kekosongan yang sedang erat memelukku.
Semesta seakan membuat mataku buta. Yang dengan kejamnya membiarkanku bersahabat dengan kegelapan. Sampai-sampai aku melihat kesia-siaan yang menjelma menjadi diriku menggelepar tak berguna. Dan pada akhirnya itu semua menutupi hal-hal yang sepatutnya untuk aku syukuri.
Aku ingin sekali tertawa lepas dan menjadi manusia yang paling bahagia di bumi. Karena apa ? Setiap kali malam datang aku selalu menangis dan memeluk diriku sendiri untuk menahan rasa sakit di dada. Rasa sakit ku tidak terlihat. Tapi tetap saja, ia ada. Sesekali aku berfikir bahwa aku telah sembuh. Namun tetap saja, kenyataannya masih terasa pahit untuk aku telan.
Percayalah, yang bisa menyelamatkan kita adalah diri kita sendiri. Khayal hanya menenangkan sesaat dan bila terlalu lama justru membuat diri kita gila. Manusia di sekitar kita akan memberikan kasih cintanya dan rasa semangat untuk kita bangkit. Namun tetap saja itu semua kembali pada diri kita. Tetap kitalah yang akan memilih. Memercayainya, menerimaya, atau menolaknya.
Satu hal lagi, jika kita terus menggantungkan diri kita dan berharap pada orang lain. Kita hanya akan mati berkali-kali dan menerima luka yang berganti-ganti. Orang-orang akan pergi. Dan kamu tidak punya kekuatan lebih untuk membuat mereka berhenti. Percayalah, sayang. Kamu adalah penyelamat untuk dirimu sendiri. Yang lain hanya membantu menopang tubuhmu untuk bangkit berdiri. Serta mencoba memperbaiki jembatan untuk kamu berjalan.
Tenangkan dulu pikiranmu. Damaikan dulu jiwamu. Ingat-ingatlah hal yang kamu lupa. Ingatlah masih ada manusia yang membutuhkan mu hidup untuk bahagia. Karena meloncat atau terus berjalan, itu ada ditanganmu.
***
