Crescent Star

9 2 0
                                    

"Iya, ma. Tenang saja. Dirga baik-baik saja, gak ada cidera yang serius nih", jawabku sambil mengarahkan layar Videocall ke semua arah bagian tubuh yang ditanyakan oleh mamaku

Setelah cukup lama, akhirnya mamaku bisa tenang dan percaya kalau aku baik-baik saja.

"Kamu yakin baik-baik saja Ga?", Tanya Frans yang sudah menemaniku sejak semalam.

"Aku gak baik-baik saja. Ini karena salahmu yang mengabari Melati, akhirnya kabar ini sampai ke telinga mamaku dan membuat beliau khawatir", jawabku kesal.

"Maaf Ga, aku hanya khawatir dan bingung semalam. Kamu tidak sadarkan diri ketika aku tiba di rumah sakit", jelasnya.

Aku memang tidak seharusnya marah atau kesal pada Frans. Dia sudah menemaniku dan menjagaku sepanjang malam.

"Maaf yah Frans aku sedikit emosi. Dan terimakasih sudah menemaniku di sini", ucapku membuat Frans bisa tersenyum lega.

"Gak perlu minta maaf, apalagi mengucapkan terimakasih. Ini bukankah gunanya sahabat?", Tukasnya lalu tertawa.

"Dirga?", tiba-tiba Meysa muncul dari balik pintu ruangan dengan ekspresi sedih dan penuh air mata.

"Hai?", Sapa Sisi pelan di belakang Meysa.

"Apa ini ulahmu lagi Frans?", Gumamku berbisik kepada Fransa.

"Bukan..kali ini bukan aku", jawabannya pelan.

"Wah.. kenapa dengan wajahmu Mey?", Tanyaku agak bercanda.

Dia tidak menjawab tapi tetap menatap sedih ke arahku.

"Aku baik-baik saja. kamu lihat kan?", Lanjutku ingin menenangkannya.

Dia masih tidak merespon dan berbalik melangkah keluar ruangan.

"Mey?", Aku memanggilnya tapi dia mengabaikanku.

Aku berpikir sebentar. Lalu mencari hpku. Aku melihat ada 10 chat dari Mey dan 15 panggilan tak terjawab darinya. Saat itu aku langsung melepaskan jarum infus di tangan kananku, dan beranjak bangkit dari tempat tidur.

"Kamu mau kemana Ga?", Cegah Frans

"Aku harus mengejarnya", jawabku lalu melepaskan diri dari Frans. Aku memaksakan diri untuk berjalan cepat meski kakiku masih terasa sedikit sakit. Aku mencari-cari sosok Meysa di setiap sudut ruam sakit.

Aku mencoba menghubungi hpnya, tadi dia tidak menjawab. Setelah cukup lama aku mencarinya, aku melihatnya sedang duduk di sudut pojok lantai 1.

Aku segera menghampirinya dan berdiri di depannya. Dia melihatku dari kakiku hingga mata kami bertemu. Dan dia langsung berdiri ketika mengetahui bahwa orang yang didahapannya adalah aku.

"Apa yang kamu lakukan disini?", Bentaknya kaget melihatku.

"Kamu sendiri apa yang kamu lakukan disini?", Balasku lalu mengambil tempat duduk di kursi yang ada disampingnya.

"Ini bukan tempat kamu seharusnya berada, ayo kita kembali ke ruangan!", Ajaknya melembut, dan mencoba menarik lenganku.

Reaksinya cukup membuatku kaget, "Ini pertama kalinya kamu memegang lenganku, ya kan?", Ucapku sambil tersenyum.

Dia mencoba melepaskan pegangan tangannya dari lenganku. Aku tidak mau. Akupun segera meraih tangannya. Aku kaget dengan apa yang aku lakukan, begitupun kelihatannya Meysa.

"Temani aku duduk disini sebentar", pintaku lalu melepaskan tangannya.

Meysapun perlahan mengambil tempat dan duduk di sampingku. Mata tidak bisa lepas darinya meski saat ini dia berusaha untuk tidak memandang ke arahku.

This HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang