Back

4 1 0
                                    

Ini adalah hari yang aku janjikan dengan Rey. Aku tidak bisa terus menghindari yang berpura-pura tidak mengetahuinya. Aku ingin mengatakan yang sejujurnya kepada Rey, meski itu akan menyakitinya. Karena aku selama 3 hari belakangan aku menyadari kalau tindakanku, tidak membuat keadaan menjadi baik. Tanpa sadar aku sudah menyakiti banyak orang terutama Dirga. Dan hari ini mungkin Rey dan juga aku.

Setelah jam kerja berakhir. Aku menemui Rey di parkiran mobilnya seperti yang kami janjikan. Disana aku sudah melihat Rey menungguku di dalam mobil. Akupun masuk ke dalam mobilnya, lalu dia segera menyalakan mesin mobilnya dan membawaku ke suatu tempat.

"Kita akan kemana?",tanyaku penasaran

"Nanti kamu juga akan tahu", jawabnya sambil tersenyum.

hampir 45 menit kami di perjalanan, kami tiba di sebuah gerbang yang tidak asing bagiku.

"Ini kan?", tanyaku memandang Rey.

"Iya. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu disini, di kampus kita dulu", jawabnya sambil mengemudikan mobilnya memasuki parkiran kampus yang tidak terlalu ramai, karena ini sudah terlalu sore.

Rey mengajakku keluar dari mobil dan memintanya mengikutinya. Sambil menusuri jalanan kampus, banyak kenangan-kenangan 4-7 tahun yang lalu bermunculan di kepalaku.

Aku melihat lapangan olahraga, tempat dulu aku mendapat hukuman lari mengelilingi karena meninggalkan kelas saat sedang midle test, dan ketahuan sedang kumpul bareng teman-temanku, Lilia, Vina, Frans, Wildan, Rey dan juga Dirga. Saat itu meski Jianpun ikut, tapi karena jurusan kami berbeda dan saat ini memang dia tidak ada kelas, dia tidak ikut di hukum bersama kami. Dia hanya memberi kami semangat dan membawakan kami minuman dingin.

Aku juga melewati kursi yang ada di taman, tempat pertama kali Dirga bicara padaku di tahun pertama kami. Saat itu aku sedang melukis pemandangan bunga yang ada di taman, dia menghampiriku dan melihat lukisanku.

Dia berkata, "Gambar yang bagus"

Sejak itu sesekali dia menghampiriku saat aku sedang duduk di kursi itu. Dan kami semakin akrab sejak menjadi satu kelompok. Dia lebih sering lagi menghampiriku bahkan menemaniku melukis. Dia sering membawakanku jus melon untukku. Kenangan itu rasanya mengingatkanku kembali pada luka itu.

Setelah berjalan menusuri lorong kelas, kami tiba di depan pintu ruang kelas tempat dulu kami mendapatkan ilmu. Rey membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk lebih dulu. Aku melakah masuk dan mengedarkan padanganku pada seisi kelas. 

"Tidak banyak berubah", gumamku.

Aku lalu melangkah mendekati salah satu tempat duduk di sebelah kanan barisan ke tiga, tempat biasanya aku duduk. Akupun duduk di kursi yang sudah lama tidak aku jumpai.

"Tunggulah disini, aku akan pergi membelikan minuman dulu", ucap Rey lalu meninggalkanku sendiri di ruangan sepi itu.

Biasanya aku akan takut berada sendirian di ruangan seperti sekarang. Tapi yang aku rasakan sekarang bukanlah rasa takut, tapi lebih kepada rasa sakit dan sesak. Aku melihat ke tempat duduk yang ada di depanku. Itu adalah tempat duduk Dirga. Hampir setiap hari aku melihat punggung dan belakang kepalanya saat di kelas. Aku tidak tahu seperti apa ekspresinya setiap hari, tapi dari gerak geriknya yang aku lihat dari belakang, kadang aku merasa bisa menebak bagaimana ekspresinya atau perasaannya saat itu.

Sesekali dia menoleh dan menemukan aku sedang menatap ke arahnya.

Lalu dia akan berkata, "Apa pelajarannya tertulis jelas di punggungku?"

atau dia akan berkata, "Jawaban kuis gak akan muncul di punggungku"

Saat air mataku hampir keluar karena kenangan itu mulai bermunculan. Rey muncul dengan tangan yang keduanya di sembunyikan di belakangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang