Broken Heart

10 2 0
                                    

Dia mengatakan dengan serius. Dirga. Tapi itu tidak membuatku ragu untuk maju. Karena aku yakin aku bisa membahagiakan Meysa melebihi dirinya.

Saat tersadar, Meysa tidak jua kembali bergabung dengan kami setelah berkata ingin ke toilet tadi. Aku mencoba menelponnya dan mengirimkan pesan padanya tapi tidak mendapat respon. Saat aku melihat ke arah Dirga. Dan diapun mengalami hal sama.

"Aku akan menyusulnya ke toilet!", Ucapnya

"Aku ikut", aku juga khawatir.

Sesampainya kami di toilet dan bertanya pada beberapa perempuan yang keluar, mereka tidak melihat Meysa. Kami bergegas keluar rumah makan setelah membayar bill.

"Aku akan lewat sini!", Kataku pada Dirga.

"Kalau begitu aku akan ke sana", sahutnya.

Kali ini tujuan kami sama, ingin menemukan dan memastikan Meysa baik-baik saja.

Aku tidak menemukannya di sekitar rumah makan. Jadi aku putuskan mencarinya ke kantor. Tapi hasilnya tetap nihil. Hpnya juga tidak ada jawaban dan balasan.

Terlalu banyak pikiran tidak enak yang bermunculan di kepalaku karena khawatir. Dulu juga pernah seperti ini.

Waktu itu dia sedang bertengkar dengan Zahara. Aku mencarinya kemana-mana. Dan setelah menemukannya, dia sedang menangis di pojok perpustakaan. Saat itu aku juga sangat khawatir tapi aku masih tidak menyadari perasaanku akan begitu dalam padanya.

Hampir 3 jam berlalu, aku sudah mencarinya kemana-mana, tapi tidak menemukannya. Lalu tiba-tiba sebuah pesan chat masuk. Aku memarkirkan mobilku ke pinggir jalan. Itu pesan chat dari Meysa. Pesan yang akhirnya bisa membuatku tenang.

"Maaf aku baru bisa menghubungi. Maaf juga aku tadi pulang duluan. Sekarang aku sedang di rumah Sisi. Kalian baik-baik saja kan?"

Dia ini. Aku begitu mengkhawatirkannya, tapi dia malah mengkhawatirkan kami.

Aku menundukkan kepalaku dan bersandar pada setir mobil. Aku benar-benar kelelahan karena rasa khawatir. Tapi sekarang aku bisa lega.

Keesokan paginya.
Saat akan berangkat untuk mengunjungi ibuku. Aku pertama-tama menggambil Hpku dan menghubungi Meysa.

"Assalamualaikum..", sapaku

"Wa'alaikumssalam.. ada apa Rey?", Sahutnya.

"Hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja."

"Oh. Maaf soal yang tadi malam. Tapi aku baik-baik saja", jawabnya

"Apa rencanamu hari ini?", Tanyaku ingin bertemu dengannya seandainya dia tidak punya acara.

"Hari ini aku punya rencana untuk jalan-jalan ke pantai", jawabnya

"Ke pantai? Sama siapa?", Aku penasaran dan gugup jangan-jangan dengan Dirga.

"Oh.. aku pergi sama Sisi. Kami sudah lama gak jalan-jalan bareng. Kenapa Rey?"

"Gak apa-apa, hanya bertanya apa aku boleh menyusulmu nanti saat urusanku selesai?", Tanyaku gugup.

Dia tidak segara menjawab.

"Iya, boleh. Nanti aku sharelock tempatnya", jawabnya kemudian.

Jawaban yang membuat aku bersemangat untuk menjalani hari ini dan ingin segara menemuinya.

Aku lalu memasukkan hpku ke dalam saku celana setelah memutuskan panggilan dengan Meysa. Aku langsung menuju garasi mobil dan berangkat untuk menemui ibuku yang sejak tadi malam menghubungiku untuk mengajak sarapan pagi bersama. Awalnya aku menolak, tapi ibu mengungkit masalah kepergian ayah, sehingga ibu tidak lagi punya teman untuk sarapan. Padahal aku bilang ibu bisa mengajak Rina. Tapi kata ibu Rina hari ini ada jadwal Konsul di kampus.

This HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang