Pagi ini aku lebih bersemangat dari hari biasanya, bukan karena hari ini adalah hari Minggu. Tapi ini adalah hari janjian aku dengan Meysa untuk menghadiri pernikahan Wildan dan Lilia bersama.
Meysa awalnya melarang aku untuk ikut, karena aku baru keluar rumah sakit kemarin. Menurutnya Lilia dan Wildan akan mengerti keadaanku. Tapi aku tetap memaksa dan mengatakan kalau aku baik-baik za.
Selain mempersiapkan diri untuk menghadiri acara hari ini. Aku juga sudah mempersiapkan sesuatu yang seharusnya aku lakukan di hari aku kecelakaan itu.
Mengingat kejadian hari itu, membuatku juga ingat kejadian sebelumya saat Meysa meninggalkan aku dan Rey berdua. Aku tahu dia memang sengaja meninggalkan kami, karena suasana diantara kami.
"Wildan sudah menceritakan semuanya padaku", ucapku.
"Maksudnya?", Tanya tidak mengerti arah pembicaraanku.
"Dia cerita kalau Kamu dan Meysa tidak memiliki hubungan lebih dari seorang sahabat", jawabku. Dan dia hanya diam memandang cangkir minuman di depannya.
"Apa maksudmu mengatakan hal ini?", Tanyanya kemudian menatapku tajam.
"Aku ingin memulainya. Memulai sesuatu yang sudah terlalu lama aku tunda", jawabku dan dia tampak sedikit terkejut.
"Itu adalah urusanmu, bukan urusanku", ucapnya.
"Aku mengatakan ini secara langsung kepadamu karena kejadian 2 tahun lalu masih teringat jelas olehku. Kamu memintaku berhenti menghubunginya karena kamu bilang kalian sudah memiliki hubungan yang serius. Walaupun ternyata itu bohong. Tapi aku dari situ aku tahu kalau perasaanmu padanya bukanlah kebohongan", jelasku.
"Kalau kamu memang sudah tahu kebenaran, aku juga tidak akan segan-segan lagi padamu. Benar.. aku menyukai Meysa, jauh sebelum kau mengenalnya dan memiliki perasaan padanya", tegasnya berterus terang padaku.
Meski aku sudah menyadari hal itu, aku tetap merasa cukup terkejut dengan pernyataannya langsung.
"Kamu benar. Kamu lebih dulu mengenalnya dan menyukainya. Itulah yang membuatku sangat iri padamu saat itu. Tapi saat ini, akupun tidak punya keinginan untuk mundur karena aku yakin perasaan yang aku miliki juga tidak kalah denganmu", tegasku.
"Ok. Aku juga bisa menerima pernyataan darimu. Tapi akupun tidak akan mundur dari hal ini. Biarkan Meysa yang menentukan pilihannya", ucapnya.
"Kamu benar. Dan aku setuju", sahutku.
Aku memang merasa tidak enak pada Rey. Tapi perasaanku tidak bisa dibohongi dan tidak bisa disembunyikan lagi. Aku sudah menunda hal ini terlalu lama.
Ting..
1 pesan chat masuk ke WAku. Dari Meysa."Kamu sudah berangkat?"
Dia mungkin khawatir padaku. Aku tidak membalas chatnya tapi langsung menekan tombol panggil untuk bicara langsung.
"Assalamualaikum..", salahku
"Wa'alaikumssalam.. kamu dimana?", Tanyanya terdengar khawatir.
"Aku masih di rumah. Ini baru mau berangkat", jawabku sambil menuju ruang tengah.
"Kamu yakin sanggup untuk pergi. Apa lebih baik, kamu istirahat aja di rumah? Aku bisa berangkat sendiri.. aku.."
"Mey?", Aku memotong kata-katanya dan mencoba menenangkannya dengan berkata , " aku baik-baik saja. Kamu percaya padaku kan?"
"Iya", jawabannya patuh.
"Alhamdulillah.. baiklah sekarang aku berangkat, mungkin sekitar 30 menit lagi aku tiba di rumahmu", ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Heart
Teen FictionTentang sebuah penantian panjang. Karena cinta itu bukan sekedar perasaan yang sesaat, tapi sebuah perasaan yang mendalam yang mungkin bertahan dengan waktu yang lama. Cerita ini adalah cerita cinta dengan 3 tokoh utama yaitu Meysa, Dirga dan Rey. S...