Ini benar-benar canggung. Kami duduk bertiga di satu meja untuk pertama kalinya. Dulu memang pernah, tapi waktu itu ada teman-teman yang lain.
Kecanggungan dan kesunyian membuatku bisa mendengar suara jangkrik yang berasal dari luar rumah makan ini. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran mereka.
Malam ini mereka terlihat seperti musuh yang perang dingin. Padahal seingatku dulu mereka cukup akrab.
"Ehem..aku ke toilet sebentar!", Ucapku dan mereka hanya mengangguk.
Suasan ini tidak bisa aku mengerti dan sangat tidak menyenangkan.
"Apa lebih baik aku pulang diam-diam?", Gumamku
Ide itu terlintas di kepalaku secara tiba-tiba. Dan setelah aku pikirkan lagi, mungkin mereka perlu waktu berdua untuk menghilangkan kecanggungan dan ketegangan diantara mereka. Aku tidak tahu alasan merek seperti itu, tapi sikap mereka satu sama lain sangat kentara.
Akhirnya aku putuskan diam-diam pulang. Aku menuju parkir sepeda motor setelah keluar rumah makan tanpa mereka sadari.
Hari ini aku janji akan menginap di rumah sepupu yang tidak jauh dari sini. Sudah lama kami tidak ngobrol bersama.
Sesampainya di rumah Sisi, dia membukakan pintu dan menyambutku dengan gembira.
"Lama gak ketemu yah Mey", sapanya setelah memeluk
"Iya, kangen cerita-cerita sama kamu Si", sahutku gak kalah senangnya.
Sisi mempersilahkan aku masuk. Dia langsung menarikku masuk ke kamar.
"Besok kamu libur kan Mey?",tanyanya sambil membuka lemari.
"Iya", jawabku sambil melihat sekeliling isi kamar sepupu itu yang serba pink. Aku lalu duduk di kasurnya yang empuk.
"Kali gitu, kita besok jalan-jalan gimana? Udah lama kan gak jalan-jalan bareng?", Tanyanya masih sibuk dengan lemari.
"Dengan senang hati", jawabku.
"Nah.. nih.. baju masih aku simpan dan sudah aku cuci". Sisi menyodorkan baju tidurku yang tertinggal di rumahnya sebulan yang lalu.
Aku tersenyum menerimanya.
"Kamu selalu tahu apa yang aku butuhkan Si", kataku pada Sisi yang sudah aku anggap sebagai saudara kandung. Terlebih kami sama-sama satu-satunya anak perempuan di keluarga kami.
"Kamu sudah makan belum Mey?", Tanya sambil menuju ke dapur.
"Belum, kamu akan memasakkan sesuatu untukku kan?", Sahutku sambil mengganti pakaianku di kamar.
"Tenang tuan putri, kau raja di rumahku. Ups.. makasudnya ratu", lanjutnya sambil menengokkan kepala di depan pintu kamar dan tersenyum.
Aku menggeleng dan tersenyum melihatnya.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian. Aku menghampiri Sisi untuk membantunya.
"Ada yang bisa aku bantu Cinderella?", Godaku.
"Cinderella? Trus kamu siapa, ibu tiri?", Balasnya sambil mengaduk sayur sop yang hampir Mateng.
"Memangnya aku terlihat seperti ibu tiri?", Tanyaku lalu menuju meja makan.
"Gak sih.. lebih mirip nenek lampir", jawabnya sambil tertawa.
Akupun ikut tertawa.
"Oh ya Mey, bagaimana kelanjutannya sama Dirga?", Tanya Sisi mulai serius.
"Kelanjutan apa? Gama ada kelanjutannya", jawabku mulai badmood.
"Kamu marah?", Godanya menghampiriku sambil mengangkat panci berisi sayur shop untuk di letakkan di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Heart
Teen FictionTentang sebuah penantian panjang. Karena cinta itu bukan sekedar perasaan yang sesaat, tapi sebuah perasaan yang mendalam yang mungkin bertahan dengan waktu yang lama. Cerita ini adalah cerita cinta dengan 3 tokoh utama yaitu Meysa, Dirga dan Rey. S...