4th

692 76 22
                                    

Sehun, Chanyeol dan Kai langsung berlari menuruni tangga dengan cepat. Setelah mereka tertawa bersama tadi, tiba-tiba terdengar kericuhan yang berasal dari lantai bawah tempat berlangsungnya acara ulang tahun Luhan.

"Siapkan mobilku! Cepat!" Pekik Alex menyuruh beberapa pelayan disana, sedangkan Victoria masih saja menangis sambil memangku kepala Luhan yang tergolek lemah dengan hidung dan mulut yang mengeluarkan darah.

Langkah Sehun melemas ketika melihat Luhan yang begitu lemah disana. Jantung nya berdetak sangat kencang hingga terdengar sampai ke telinganya. Terjadi lagi, dan lagi. Ini bukanlah pertama kalinya Luhan mengalami hal ini, ini sudah kesekian kalinya. Tapi tetap saja begitu terasa menyeramkan sampai-sampai membuat jantungnya terasa sesak dan menyakitkan.

"Jangan menutup matamu, sayang! Hey Luhan! Sadarlah!" teriak Victoria sambil menepuk pipi Luhan dengan kencang mencoba menjaga kesadaran Luhan.

Dengan tertatih Sehun berjalan mendekat, ia menjatuhkan tubuhnya dengan lutut sebagai tumpuan, tangannya ia ulurkan untuk menggenggam tangan Luhan yang terasa dingin. Tapi sebelum itu terjadi, Victoria sudah menangkis lebih dulu tangan Sehun.

"Jangan menyentuh nya! Ini semua salahmu!" Teriak Victoria didepan wajah Sehun, Sehun hanya membalasnya dengan menatap kosong ke arah Victoria. "Ini salahmu karena kau tak bisa menjaganya dengan baik!" Teriaknya lagi dengan air mata yang sudah membanjiri kedua pipi wanita paruh baya itu.

Chanyeol dan Kai mengerutkan keningnya tak suka mendengar ucapan Victoria yang begitu tajam, mereka berjalan menghampiri Sehun hingga berada di belakang pemuda itu.

"Kau! Ikut dengan kami!" Titah Alex sambil menatap dingin Sehun. Alex mendorong tubuh Sehun kasar agar pemuda itu memberikan jalan untuknya, lalu membawa Luhan dalam gendongannya dan berjalan dengan cepat menuju mobil yang sudah disiapkan diikuti Victoria. Suasana disana begitu mencekam.

Chanyeol dan Kai membantu Sehun untuk bangkit, saat Sehun ingin beranjak Kai lebih dulu mencengkram tangan seputih susu itu.

"Tidak untuk kali ini, Sehun." Ucap Kai dingin.

Sehun menoleh menatap Kai masih dengan tatapan kosongnya. Ia menggeleng, tidak setuju dengan ucapan Kai.

"Aku harus." Setelah nya Sehun menangkis tangan Kai sehingga cengkraman di tangannya terlepas, lalu berlari memasuki mobil yang juga ditumpangi kedua orang tuanya dan Luhan.

Chanyeol menatap kepergian Sehun dengan sedih, ia menatap sekelilingnya yang mendadak begitu sunyi. Lalu tatapannya beralih ke arah Kai yang masih menatap Sehun dingin. "Kita harus menyusulnya." Ujar Chanyeol sambil menarik lengan Kai.

***

Sehun menatap sayu ke arah langit-langit kamar rumah sakit, tubuhnya begitu terasa lemas. Ia tak memiliki tenaga bahkan untuk berbicara sekalipun. Kejadian tadi terasa begitu cepat hingga ia masih tak mampu memahaminya secara penuh.

'Ini semua salahmu, karena kau tak bisa menjaganya dengan baik!'

Ia memejamkan matanya sejenak, kalimat itu begitu menusuk relung hatinya sangat dalam. Kalimat yang begitu menamparnya. Bukankah ini semakin menunjukkan jika ia adalah adik yang tidak berguna?

Ia menyesal karena gagal untuk menjaga Luhan dengan baik dan membuat pemuda itu hampir meregang nyawa untuk kesekian kali.

Bisakah ia saja yang menanggung semua penderitaan Luhan? Bisakah ia bertukar posisi dengan nya? Melihat Luhan seperti itu justru membuat ia merasakan mati berkali-kali.

Tuhan, ku mohon jangan terus menyiksanya seperti ini.

Ceklek!

"Sehun!" Seru Kai, pemuda itu langsung berlari menuju brangkar Sehun.

Sehun membuka matanya menatap sayu Kai dan Chanyeol.

Pandangan Kai teralih pada punggung tangan kiri Sehun yang terdapat kasa steril yang digunakan untuk menutupi luka hasil tusukan infus.

"Kau. . . Berapa banyak?" Tanya Kai tercekat.

"Dua." Jawab Sehun dengan pelan bahkan terkesan berbisik. Ia masih tak memiliki tenaga untuk mengeluarkan suara.

Kai dan Chanyeol membelalakan matanya. "Kenapa kau memberikan banyak darahmu, Sehun?!" Tanya Chanyeol meninggikan suaranya, ia sudah tak bisa lagi menahan emosinya.

"Ini semua salahku." Jawab Sehun lirih.

Kai menggeram marah. "Tidak! Mereka yang salah!" Bentak Kai dengan berkacak pinggang. "Kenapa kau melakukan hal bodoh lagi?! Ini sudah keterlaluan."

Sehun memejamkan matanya sejenak ketika pening kembali datang.

"Aku hanya ingin dia sembuh, apa itu salah?" Lirih Sehun.

"Anemia aplastik tidak bisa disembuhkan hanya dengan transfusi darah, Sehun." Jelas Chanyeol berusaha mati-matian menahan emosi yang kapan saja siap meledak.

"Setidaknya aku bisa mengurangi rasa sakitnya."

Kai mengigit bibir dalamnya. Sehun adalah orang yang sangat keras kepala jika sudah menyangkut Luhan. Ia bahkan tidak perduli dengan kondisi nya yang juga sama mengenaskan. Ia masih saja memikirkan Luhan, selalu begitu.

"Rumah sakit ini pasti memiliki stok darah, dan kau justru memilih untuk memberikan darahmu. Jika ini terus berlanjut, hidupmu juga bisa terancam, Sehun." Ucap Kai dengan parau. Air mata sudah menggenang di pelupuk mata pemuda berkulit Tan itu. "Kami bersusah payah untuk menjagamu, dan kau justru bersusah payah untuk mencelakai dirimu sendiri. Tak tahu 'kah? Kau sangat berarti bagi kami." Pecah sudah tangisan Kai, ia tidak perduli dengan reputasinya, ia hanya ingin Sehun sadar jika yang ia perbuat selama ini sudah keterlaluan.

Sehun tak ingin membuka matanya barang sebentar, sedari tadi ia juga menahan tangis. Ia hanya tak ingin terlihat semakin lemah di hadapan mereka. Jujur, hal itu juga membuatnya sakit.

Jadi, biarlah malam menjadi saksi betapa hancurnya perasaan mereka saat ini.

TBC

BORDERLINE • OSH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang