3rd

651 79 11
                                    

Sehun tersenyum tipis melihat Luhan yang sedang sibuk kesana-kemari dan tertawa bersama teman-temannya. Luhan terlihat begitu bahagia. Bahkan orang tuanya pun kini juga ikut tertawa memperhatikan tingkah laku Luhan, ah! Tidak hanya kedua orang tuanya, kakek dan nenek nya pun juga ikut tertawa. Bahagia sekali bukan? Ingin sekali ia berada diantara mereka, bergurau bersama, hanya saja menurutnya menjauh adalah yang terbaik.

Ia menghilangkan senyum nya saat Luhan berjalan ke arahnya dengan langkah riang. Ia menatap Luhan dengan datar, lalu pandangannya melirik sekilas ke arah orang tua dan kakek neneknya yang menatap malas ke arahnya.

"Sedang apa?" Tanya Luhan.

"Duduk."

Luhan berdecak kesal, sepertinya ia salah memberikan pertanyaan. "Berbaurlah, kau tidak bosan hanya duduk terus sepanjang pesta? Kau tidak ingin bersenang-senang dengan yang lain?"

"Tidak, malas." Jawab Sehun sambil menegak soda yang tersisa setengah ditangan kanan nya.

"Kau membuatku sedih jika seperti itu." Ujar Luhan memasang wajah menyedihkan.

"Nikmati pesta mu, tidak ada waktu untuk bersedih."

Luhan mengelus surai Sehun lembut. Ia tau apa yang membuat adiknya itu berdiam diri dan menjauh dari keramaian. Ia tau akan hal itu, hanya saja ia tak bisa melakukan apapun untuknya. Ia memang pecundang.

"Aku menyayangimu." Ucap Luhan tiba-tiba.

Sehun mendongak menatap manik mata Luhan yang meredup. "Apa kau lelah?" Tanya Sehun khawatir.

Luhan menggeleng. "Aku baik-baik saja."

Sehun mengangguk paham, "Pergilah."

Luhan membolakan matanya, lalu mengerucutkan bibirnya. "Kau mengusirku?!" Tanya Luhan merajuk.

"Iya, karena kau harus menyapa teman mu yang lain disana." Ucap Sehun sambil menunjuk beberapa teman Luhan yang baru saja datang dengan dagunya yang runcing.

Luhan mengikuti arah dagu Sehun, lalu ia melihat beberapa temannya melambai ke arahnya. "Baiklah, sampai nanti." Ucap Luhan meninggalkan Sehun yang hanya menatapnya datar.

Plak!

"Argh!" Ringis Sehun tertahan ketika merasa perih dibagian tengkuknya yang di tampar oleh seseorang.

Ia menoleh ke belakang melihat Chanyeol dan Kai yang sedang terkikik. Bajingan!

"Sakit bodoh!" Geram Sehun.

Chanyeol dan Kai malah ber-highfive-ria tanpa memperdulikan tatapan membunuh dari Sehun. Sehun menarik kedua sahabatnya menjauh dari sana menuju taman rumahnya yang berada di lantai 3. Lalu menampar tengkuk mereka satu persatu.

Plak!

Plak!

"Sialan kau!" Pekik Kai sambil mengelus tengkuknya yang terasa panas.

"Yang memukulmu itu Kai, kenapa aku ikut dipukul?!" Tanya Chanyeol tak terima.

"Peduli setan." Jawab Sehun acuh.

Sehun memilih untuk merebahkan dirinya dengan beralaskan rumput sambil menatap langit malam yang terlihat begitu cerah ditemani beberapa bintang disana.

"Kenapa kau malah mengajak kami kesini?" Tanya Kai yang juga ikut merebahkan tubuhnya disamping kanan Sehun, sedangkan Chanyeol disamping kiri Sehun.

"Padahal aku belum mencoba makanan nya." Lanjut Chanyeol dengan jujur.

"Pergilah."

Chanyeol menoleh ke kanan sambil menampilkan cengiran khas nya. "Hehe tidak-tidak, aku hanya bercanda."

BORDERLINE • OSH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang