7th

647 69 27
                                        

Sehun melewati lorong rumah sakit dengan tangan kanan yang membawa kantung berisi berbagai macam buah kesukaan Luhan yang ia beli setelah pulang sekolah. Tentu dia tidak sendirian, ada Kai dan Chanyeol yang setia mengikutinya walaupun dengan wajah tak enak dipandang. Sehun menyadari itu, tapi ia tak perduli.

Setelah menghabiskan beberapa menit, akhirnya mereka sampai di depan ruangan VIP—tempat Luhan dirawat. Ia menarik napas sejenak, lalu melirik kedua sahabat nya yang masih memasang wajah jengkel.

Ia membuka perlahan pintu berwarna putih yang terasa dingin di telapak tangannya. Bunyi decitan pintu terdengar membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu menoleh.

Sehun bisa mendengar detak jantungnya sendiri yang kini berdegub cepat dan kencang. Bersyukur ia bisa mengontrol ekspresi wajahnya.

"Sehun?" panggil Luhan dengan senang. "Kai? Chanyeol? Woah! Kalian datang!" pekik Luhan, sangking senangnya ia hendak mendudukan tubuhnya tapi langsung ditahan oleh Victoria.

"Pelan-pelan sayang." ucap Victoria dengan lembut lalu membantu Luhan untuk duduk.

Sehun diam-diam merasa iri, waktu ia sakit bahkan kedua orang tuanya enggan menjenguknya atau sekedar bertanya keadaannya.

Chanyeol dan Kai maju terlebih dahulu menyalami kedua orang tua Sehun. Lalu memanggil Sehun untuk mendekat.

"Kalian baru pulang?" tanya Luhan saat melihat ketiga pemuda yang masih memakai baju seragam sekolah khas hari Senin.

Mereka bertiga mengangguk.

"Buah kesukaanmu." ucap Sehun sambil menyerahkan sebuah kantung. Luhan tersenyum kecut.

"Kau seperti sedang menjenguk seorang teman." keluh Luhan.

Sehun melirik sekilas kedua orang tuanya yang memandanganya malas. "Aku—"

"Kenapa kau baru menjengukku sekarang?" potong Luhan.

Victoria menatap Sehun tajam, dan Sehun sangat paham apa arti tatapan itu.

"Sehun—"

"Aku tidak sempat, maaf." Sehun memotong ucapan Chanyeol dengan cepat.

Chanyeol menoleh ke arah Sehun yang hanya menatapnya datar, lalu pandangannya teralih pada Victoria yang diam-diam menyeringai.

Luhan menatap sendu Sehun, "Tidak sempat, ya?" tanya nya lagi. "Apa nyawaku tidak lagi penting bagimu?"

Sehun menggeleng cepat, "Aku minta maaf." hanya kata 'maaf' yang mampu Sehun ucapkan. "Sungguh aku minta maaf, Luhan." ucap nya lagi dengan kepala menunduk, ia benar-benar tak mampu menatap Luhan yang menatapnya dengan kecewa.

"Apakah itu yang dinamakan seorang adik?" tanya Victoria sinis. "Luhan hampir kehilangan nyawanya lagi, dan kau malah asik dengan duniamu sendiri?"

Sehun merasa dada nya berdenyut nyeri, sebenarnya ia sudah sering dijadikan kambing hitam, tapi tetap saja ia belum terbiasa dengan hal itu.

"Adik tidak berguna." ujar Victoria.

Ah, kata-kata itu lagi.

"Aku tau."

Kai dan Chanyeol diam-diam mengepalkan tangannya, itulah alasan kenapa mereka enggan berada di tengah-tengah keluarga Alexander. Hidup mereka biasa dikelilingi dengan kasih sayang, dan suasana semacam ini benar-benar mengusik diri mereka. Rasanya mereka ingin mengumpat untuk menyuarakan apa yang ada di hati Sehun kini.

"Kau berlebihan, Mom." tegur Luhan. "Sehun adalah adik terbaikku." lanjutnya.

Sehun menatap Luhan yang tersenyum tipis padanya, walaupun Luhan kecewa kepada Sehun ia tidak pernah dan tidak akan bisa membenci Sehun. Dan itulah alasan kenapa Sehun sangat menyayangi Luhan, kakak nya itu memiliki hati yang lembut.

BORDERLINE • OSH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang