12th

647 80 9
                                    

"Amnesia bisa dipicu dengan beberapa hal, salah satu nya cedera kepala. Ketika kepala terbentur sesuatu dengan sangat keras, maka ada kemungkinan dinding otak mengalami cedera berupa retak. Bila pembuluh darah di sekitar otak mengalami kelainan, misalnya otak kecil cedera dan terhimpit akibat tekanan saat benturan keras terjadi, maka seseorang akan mengalami amnesia sementara dengan jangka waktu yang berbeda-beda. Bila benturan hanya mencederai dinding otak, maka amnesia yang terjadi mudah disembuhkan, namun ...," dokter itu mengambil napas sejenak lalu menghembuskannya perlahan.

"Bila cedera sudah cukup parah sampai mengenai bagian otak besar, kecil, dan tengah, maka pengidap amnesia akan membutuhkan waktu lama untuk sembuh." lanjut dokter itu.

Chanyeol menahan napas nya, saraf di wajahnya terlihat menegang. Sedangkan Kai menatap dokter tampan itu dengan tatapan yang tak bisa di baca.

"Kami akan terus memantau perkembangan Sehun, apakah dia mengalami amnesia sementara, atau—"

"Cukup!" potong Kai dengan cepat. Sungguh ia tak ingin mendengar kelanjutan penjelasan dari dokter itu.

Dokter Jeff berdiri dan menepuk bahu ke dua pemuda tampan itu yang masih sibuk dengan pikiran nya masing-masing. "Kuatlah demi Sehun."

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, bantulah kami dengan doa." ujar nya dengan lembut mencoba menenangkan kedua pemuda itu.

"Karena aku juga menyayangi Sehun." lanjut Jeff dengan suara yang terkesan berbisik itu.

*

Chanyeol memegang handle pintu dingin itu dengan erat, diam-diam ia menguatkan hati nya agar tidak terlihat lemah di hadapan Sehun, karena yang Sehun butuhkan adalah dukungan dari mereka.

"Kau yakin?" tanya Chanyeol lagi.

Kai mengangguk tegas, ia sudah memantapkan hatinya.

Ceklek!

Setelah pintu itu terbuka, Kai dan Chanyeol langsung terperanjat kaget. Pasalnya mereka melihat Luhan di sisi Sehun. Dengan langkah ragu mereka memasuki ruangan itu.

Luhan yang mendengar derap langkah kaki mendekat menolehkan wajahnya. Ia tersenyum paksa.

"Hai."

Kedua pemuda itu mengangguk canggung lalu mereka mengambil tempat berhadapan dengan Luhan.

"Sehun, mereka itu sahabatmu." ujar Luhan saat Sehun masih menatap kedua pemuda tinggi itu bingung.

"Dia Kai, pemuda berkulit tan yang sangat terlihat seksi," Luhan mengarahkan jari telunjuknya untuk menunjuk Kai dan Sehun mengikuti arah jari telunjuk Luhan. "Dan pemuda tiang itu bernama Chanyeol. Kalian berteman sejak di bangku Sekolah Dasar."

Sehun memegang kening nya yang sedikit berdenyut nyeri. Kai mendekat lalu mengusap pucuk kepala itu dengan lembut. "Tidak perlu dipaksakan, pelan-pelan saja."

"Aku minta maaf."

"Tidak apa-apa," jawab Chanyeol sambil tersenyum hangat. "Kami akan membantumu agar kau dapat mengingat kami kembali."

"Apa kau ingin memakan sesuatu?" tanya Luhan mencoba mengalihkan topik agar tidak terlalu canggung.

Sehun mengangguk.

Luhan dengan cekatan mengambil mangkuk yang berisikan bubur di samping nakas ranjang pesakitan Sehun. Lalu Chanyeol membantu mendudukan Sehun dan Kai memposisikan bantal di punggung Sehun agar anak itu nyaman.

Sehun meringis sebentar, kepala nya masih terasa sakit. "Pelan-pelan." Kai dan Chanyeol membantu mendudukan tubuh Sehun.

"Nyaman?" Sehun mengangguk.

BORDERLINE • OSH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang