11th

739 81 53
                                    

Sudah tiga hari setelah kejadian menegangkan itu, Sehun masih belum juga membuka matanya, dokter bilang kondisi Sehun sudah cukup stabil bahkan Sehun sudah di pindahkan ke ruangan VVIP, seharusnya ia sudah siuman, tapi sampai sekarang Sehun belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun.

Ngomong-ngomong soal Luhan, anak itu sudah siuman dua hari yang lalu, anak itu juga sempat tidak sadarkan diri bersamaan dengan Sehun. Sehari setelah ia siuman, anak itu langsung melihat sendiri kondisi Sehun, ia menangis tersedu-sedu, menyalahkan dirinya yang terlalu lemah hingga tak bisa menjaga adik nya.

Alex dan Vic? Ku yakin kalian pasti sudah mengetahui jawabannya. Mereka ..., ah tidak maksud ku Vic, perempuan itu terlalu malas bahkan untuk menginjakkan kaki di ruangan Sehun. Sedangkan Alex ia hanya menuruti semua ucapan Vic, ia tidak bisa membantah ucapan Vic.

Cih, laki-laki tidak berguna. Bajingan. Keparat. Pengecut. Lemah. Bangsat.

Gabriel dan Stevens, di hari dimana mereka mengungkapkan kebenaran kepada anak-anak nya yang di sambut amukan kedua pemuda itu, mereka langsung menenangkan kedua anak nya, mereka juga menerima semua amukan dari keduanya, karena mereka tau mereka salah.

Mereka memilih untuk memaksa kedua anak nya pulang dengan istri mereka daripada menjelaskan hal itu, bukan tanpa alasan mereka melakukan itu, Gabriel dan Stevens sangat yakin bahwa kebenaran hari itu cukup menguras dan mengguncang emosi dan pikiran mereka, dengan memaksa anak-anak nya pulang bersama istri mereka setidaknya bisa memenangkan emosi dan pikiran mereka walau setitik. Sedangkan mereka tetap menjaga Sehun di sana. Dan beruntung karena mereka tidak memiliki jadwal rapat penting seminggu ini yang mengharuskan mereka untuk hadir.

Hmm, ada yang cukup menarik beberapa hari belakangan ini, di pagi hari nya Alex mendatangi Gabriel dan Stevens, ia meminta maaf kepada Gabriel dan Stevens tepat setelah istri dan anak mereka pulang. Tentu saja mereka tidak memaafkannya, saat itu juga Stevens langsung menghabisi Alex, dan kebetulan di lorong itu sangat sepi sehingga Stevens sangat puas menghabisi orang itu. Sedangkan Gabriel hanya menatap kedua nya malas, bahkan ia tak menunjukkan ekspresi iba sama sekali terhadap Alex yang wajah nya benar-benar penuh lebam. Memang sudah sepantas nya Alex mendapatkan itu, bukan?

Sudah tiga hari setelah kejadian itu, kini Kai dan Chanyeol sudah kembali ke Rumah Sakit pagi-pagi sekali dengan keadaan yang cukup membaik, tidak seperti hari-hari kemarin yang terlihat kusut. Mereka datang bersama Helen dan Maria.

"Bagaimana kondisi Sehun? Apakah belum ada tanda-tanda akan siuman?" tanya anak tunggal dari keluarga Stevens.

"Belum, tapi dokter bilang kondisi Sehun semakin membaik." jawab Stevens.

Chanyeol dan Kai menghela napas lega. "Dad, pulanglah, biar Sehun kami yang menjaga nya." ucap Chanyeol merasa iba melihat raut wajah lelah dari kedua laki-laki hampir paruh baya itu.

Gabriel dan Stevens mengangguk. Sejujurnya mereka juga merindukan kasur hangat dan juga istri mereka.

"Tapi kalian harus janji untuk tidak membuat kegaduhan selama kami tinggal!" titah Gabriel sambil menunjuk mereka.

Kai memutar kedua bola matanya, "Come on Dad, kami bukan anak-anak lagi."

Gabriel tersenyum, merasa senang bahwa anak-anaknya sudah membaik. "Baiklah kami pulang dulu, good bye brats." dan dibalas kekehan Chanyeol dan Kai.

*

Perlahan tapi pasti, kedua pemuda tampan itu berjalan memasuki ruangan Sehun. Chanyeol menutup pelan-pelan pintu ruangan itu agar tidak membuat kegaduhan. Terlalu berlebihan memang.

Kai lebih dulu mendudukan tubuhnya di samping brankar Sehun yang tidak terhalang selang infus, di susul Chanyeol yang kini sudah berdiri di sisi Kai.

BORDERLINE • OSH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang