~1~

10K 860 88
                                    

Brengsek

Sakit bego

Pergi sana

Mau mati lo

Penghuni kelas tidak heran mendengar keributan yang sedang terjadi, sudah kenyang dan kebal. Alasan kali ini karna Jeno memainkan bola basket di dalam kelas, membuat atraksi bodoh, sialnya bola itu memantul tak tentu arah dan berhenti ketika menghantam kepala Renjun.

Rasanya memang tidak terlalu sakit, tapi yang membuat Renjun naik pitam, posisinya sedang minum air, kalian pasti tau kejadian selanjutnya.

" lapangan luas, kalau mau gelud ayok lah!, ngajak ribut banget deh" dumel remaja berambut coklat ini, tangan mungilnya merapikan kertas di atas meja, basah karna semburan air membuat becek tempat itu.

Yang dimaki hanya cekikikan dari bangku belakang, ngomong-ngomong soal bola, benda itu sudah menghilang alias di lempar Renjun ke luar.

" ye lagian siapa yang tau bolanya bakal ngenain kepala" jawabnya enteng, merasa tidak bersalah.

" kamu juga sih Jen, bukanya udah dibilangin gak boleh main bola di kelas" si ketua kelas ikut berkomentar, geram sih sebenarnya lihat kelakuan Jeno dan teman-temanya, mecahin jendela kaya bayar spp, minimal sebulan sekali, untungnya mereka mau tanggung jawab jadi uang kas gak berkurang.

" hakimi terosss" celetuk Yuta dengan wajah kesalnya.

Renjun menghela nafas " yaudah pergi sana, ganggu kenyamanan kelas aja"

" bener ya, kita pergi, kalau gak balik jangan di cari, ayo lah" Yuta menarik tangan Jeno dan Doyong supaya lekas keluar, sementara teman-teman yang lain hanya mengekor.

Hih cowok macam apa

.

.

Walaupun Renjun terkenal sebagai siswa teladan di sekolah, tapi menonton anime atau sekedar membaca manga adalah hal wajib dilakukan ketika pulang sekolah.

Renjun mengelilingi rak buku dengan papan anime disudut nya, mencari stok manga One piece keluaran terbaru yang belum sempat dia beli, komiknya memang sangat laku, tak heran jika sulit menemukanya, dan berharap jika komiknya belum habis.

Matanya bersinar ketika benda yang dicarinya tergeletak sendirian, apa sisa satu ini?

Tepat ketika Renjun hendak mengambil Komik yang tinggal satu satunya itu, ada satu tangan lagi yang secara bersamaan memegangnya.

Sungguh! Adegan yang tersaji seperti potongan drama korea, terlalu manis untuk sekedar kisah nyata. Renjun menoleh untuk melihat pemilik tangan yang hendak merampas komik incarannya itu.

"Jeno" pekiknya kecil.

" biasa aja kali, kamu kira aku setan" komentar Jeno dingin tanpa melepaskan tanganya dari komik yang dia pegang.

" lepas gak" perintah Renjun, cowok itu masih keukeh dengan peganganya. Jeno tidak berniat melepaskan komik satu-satunya itu, sejak beberapa hari yang lalu malah, si Jeno sudah sering datang dan selalu kehabisan.

" Aku dulu yang nemu" kata Jeno.

" enak aja, jelas aku duluan" bantah Renjun, bahkan ia mulai menarik komik itu kasar.

" sory nih ya, aku udah keliling dari tadi bahkan udah sering kesini Cuma buat satu komik ini, ngertiin dikit kenapa sih" Jeno menepis tangan Renjun dari komik tadi.

"gak punya hati banget jadi orang" desis Renjun

" emang siapa yang bilang kalau aku punya hati, lagian ngapain juga kamu beli komik One Piece segala"

" komik favorit, kenapa heran?" Renjun memutar bola matanya malas.

" ini terlalu aneh buat cowok sok feminim kaya kamu, jangan-jangan kamu cari tau tentang aku, terus sok soan ngumpulin komik One Piece"

" hah?" Renjun langsung membatu. Mulutnya membentuk huruf O sempurna. Ia membutuhkan beberapa waktu untuk mencerna kata kata Jeno sampai akhirnya matanya melotot. " hah jadi kamu suka One Piece juga, hey jangan ke pd,an deh. kamu kira aku harus pura-pura suka One piece gara-gara aku tau kamu juga suka?"

" secara aku tampan dan memesona siapa sih yang gak mau sama aku, buang-buang waktu aja" kata Jeno sembari melangkah mendahului Renjun yang masih di tempatnya, pemuda berambut coklat ini kehabisan kata kata.

" manusia yang hati dan tubuhnya tidak saling berhubungan tidak bisa disebut manusia" kutip Renjun dari serial One piece yang ia tonton tepatnya chapter 472.

" kamu kan bisa nyari di internet" balas Jeno enteng, langkahnya terhenti ketika suara Renjun kembali terdengar.

Renjun tercengang, jadi Jeno pikir dia susah susah nyari kutipan itu di internet demi dia,? Ini gila bener-bener gila. Jeno terlalu kepedean. Lama berfikir untuk mengembalikan nama baik supaya tidak dikira stalker, lagian siapa juga yang menjadi stalker cowok gila itu, bukankah diluar sana masih banyak manusia tampan dengan sikap hangat.

" kadang keadilan yang terlalu mendalam dapat membuat seseorang menjadi gila"

Jeno berbalik, tak lama kemudian dia angkat bahu " gak nyangka kamu rela nonton One Piece dari episode pertama sampai 400an demi aku"

Renjun mendelik, mulutnya melebar, Gila, ini kelewat Gila, cowok itu gak waras. Renjun tidak bisa berkata kata lagi " terserah"

Tiba tiba Jeno menghampiri Renjun dengan tangan yang terjulur dengan komik One piece di sana " maaf.. maaf aku bercanda, aku tau kamu gak pura-pura"

"gak perduli "

" yakin nih, yah padahal gak jadi beli"

Renjun menyerobot komik dari tangan Jeno kasar "nikmati hari mu Jeno" kata Renjun sinis lalu berjalan menuju kasir, dia masih dongkol. Jeno terlalu gila, dia sulit di tebak dan ini fakta baru jika Jeno jago menggoda, Cowok sialan makinya dalam hati.

Diam-diam cowok itu terkekeh dalam hati, tidak disangka jika cowok bermulut pedas itu akan memberi respon yang terlampau mengerikan.

ternyata lucu juga gumamnya.

TBC

Serius nanya, Bagus pake Aku kamu apa Lo gw.
Kasih sarannya dong.

From Whom To Whom [Jaemren]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang