~7~

3.3K 470 14
                                    

Enjoy.

.

.

Renjun memasuki area sekolah dengan wajah malas, sesekali mengusap matanya, beberapa kali menutup mulut karna menguap, dia masih ngantuk sebenarnya, dia masih ingin bersenang-senang di atas kasur, dia masih ingin memeluk boneka moomin yang akhir-akhir ini diambil alih oleh Jeno, ini semua karna Jeno, cowok Sialan titisan planet Mars, cowok bucin yang mengenaskan, sial!

Dan kenapa juga di pagi hari ini dia harus bertemu dengan cowok itu.

Tersenyum seperti orang bodoh. Cih!! dia kira senyumnya indah apa.

Jeno tersenyum melihat wajah sayu milik Renjun, bahkan hanya melihat sekilas Jeno sudah tau jika cowok di depannya ini masih ngantuk, lihatlah mata sipit dan bibirnya yang maju beberapa senti itu, cukup menggemaskan.

" mana suratnya?" tanyanya.

Helaan nafas malah terdengar, Renjun merotasi kan matanya, kesal sekali rasanya, bukan langsung memberikan surat, dia malah asik melipat tanganya di depan dada.

Semalam setelah Jeno mengatakan apa isi hatinya, dia buru-buru pulang dan seenaknya nyuruh Renjun menghias amplop pembungkus supaya lebih keren dan sialnya lagi amplop kesukaan Renjun yang berwarna pink pastel itu harus melayang, maksudnya akan berpindah tangan untuk orang yang Jeno sukai (?).

Kepulangan Jeno yang nyaris tengah malam itu berdampak bagi Renjun, Baba mengomelinya panjang lebar, menghawatirkan terjadi sesuatu dengan pemuda itu, mengingat akhir-akhir ini banyak terjadi tindak kejahatan. Kadang Renjun berfikir, sebenarnya anak kandung Baba itu dia apa Jeno. Kesal sekali.

" tau gak sih,! semalem aku kena omel Baba gara-gara kamu pergi tengah malem, kamu tau gak sih gara-gara kamu aku Cuma tidur berapa jam doang, udah gitu nyuruh berangkat pagi pula, kamu kira aku gak kesel apa, aissh"

Jeno menghindar saat Renjun melayangkan tanganya siap memukul, nasib baik masih berpihak pada Jeno rupanya, pukulan itu meleset tapi muka Renjun berubah semakin seram, ngeri lah pokoknya.

" ntar ku traktis es cream deh" kata Jeno hati-hati, tak lupa memasang wajah meringis, Renjun benar-benar menyeramkan.

Renjun kembali menghela nafas lalu memberikan surat pertama Jeno, wajah Jeno yang kaku langsung berseri, menghirup aroma amplop sekilas lalu membacanya.

Jeno mengusak rambut Renjun pelan " wah gila, keren banget sih"

Renjun ber smirk ria " yaudah buruan, keburu banyak orang nih"

" Siap!" seru Jeno kemudian mendorong punggung Renjun melewati panjangnya koridor, lingkungan sekolah masih sangat sepi, lapangan yang biasanya ramai pun belum berpenghuni. Saking sepinya bangunan yang di sebut sekolah ini terasa horror.

Keduanya sampai di area loker, hanya mereka berdua jam di dinding masih menunjukan pukul 06.10, pintu area loker sebenarnya baru di buka setelah mereka oh Jeno yang meminta Pak Burhan membukakan. Males banget Renjun yang gerak, mau dateng ke sekolah nemenin Jeno aja males banget.

" buruan yang mana?" tanya Renjun sembari mengamati sekeliling.

Jeno berdecih " bentar, sabar napa" jawabnya sembari meneliti satu persatu nomor di pintu

" keburu ada orang, ngaco banget deh"

Jeno terpekik senang " ini dia!"

" kamu yakin yang ini?" tanya Renjun memastikan.

Jeno memasukan suratnya melewati sela kecil di bawah loker, beruntung sekali Jeno, loker milik orang yang dia sukai ada sedikit celah di bawah bisa digunakan untuk menyelipkan surat " yakin lah, nah selesai"

From Whom To Whom [Jaemren]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang