~3~

4.7K 628 55
                                    

.

.

Enjoy

.

.

Bel istirahat akhirnya berbunyi, membubarkan kegiatan yang sedang berlangsung di dalam kelas, kebanyakan dari mereka menghela nafas lega, ada yang meregangkan tubuh juga.

" jangan keluar dulu, bayar kas!" teriak Haechan, seperti yang selalu Doyong katakan suaranya mirip knalpot modifikasi, berisik.!

" ya allah, lambe" celetuk Yuta dari bangkunya.

" apa sih, bayar weh, habis ini pelajaran Pak Suho, mau ditendang dari kelas klyan" kata Haechan tak lupa mengerucutkan bibirnya.

Doyong menuju bangku Haechan " Pak Suho gak se galak itu"

" mau taruhan?" Renjun yang bersuara.

" ok, hari ini aku gak bayar kas, kita lihat apa yang akan terjadi" kata Jeno entah muncul dari mana.

Tepat 5 menit setelah bel, Pak Suho masuk kedalam kelas dengan langkah elegan, menunjukan betapa disiplin dan tanggung jawabnya dia. Hal yang selalu dilakukan ketika masuk kelas adalah mengecek kebersihan kelas beserta infrastruktur kelas.

Wajah seriusnya sedang mengecek buku kas, di bangkunya Renjun menatap Pak Suho dan Jeno bergantian, dari raut wajahnya yang datar, mungkin Pak Suho akan memberi hukuman.

" Jeno, besok kamu pergi dengan Renjun membeli perlengkapan kelas"

" hah!" seruan itu nyaris bersamaan, diiringi kikikan pelan dari mulut yang lain, apa ini hukumanya?

" mampus gak kalian"

**

Renjun terus mengumpat di sepanjang jalan, coba saja tidak membuat taruhan aneh mungkin dia tidak akan duduk di boncengan Jeno seperti ini.

Si Jeno tiba-tiba muncul, padahal Renjun bisa kok belanja sendirian.

10 menit berikutnya mereka sudah sampai di salah satu mall. Renjun lumayan kehilangan moodnya hari ini, jelas itu karna Jeno.

" Jeno tunggu" teriak Renjun, kedua tanganya menahan lengan Jeno supaya tidak pergi dari sampingnya, sebenarnya Renjun tidak terlalu suka berada di tempat ramai, apalagi sekarang hari minggu, pengunjung mall meningkat pesat.

Pemuda itu menepis tangan Renjun " paan sih,, masih mending ya aku mau nemenin kamu"

Mulut Renjun terbuka sedikit " heh yang tiba-tiba dateng ke rumah siapa, lagian juga aku gak minta dianterin, aku juga bisa belanja sendirian"

Jeno merotasikan matanya " terserah, terserah tapi bukanya ini karna kamu yang ngajak taruhan"

" Terus kenapa iya in, bodoh sih!" dengus Renjun, kemudian berjalan mendului Jeno.

Masuk ke area time done tanpa minta persetujuan, nyaris semua permainan di coba bahkan melupakan keberadaan Jeno di belakang.

Sebenarnya Jeno ingin menyeret cowok itu dan membawanya pulang, seharusnya dia tidak menjemput Renjun demi melunasi janjinya dengan Pak Suho.

Ini tu ga bisa dibiarin.

Akhirnya Jeno menarik lengan Renjun menjauh dari area bermain, kemudian melepas cekatan tadi kasar "aku tu capek ya lihat kamu main-main kaya gitu" kata Jeno tegas.

" kenapa sih, mumpung hari minggu kan, kenapa gak ikutan juga?"

" aku gak perduli, kamu nikmati hari mu dengan tenang, aku pergi" pamit Jeno, kesabaranya sudah habis, selain malu maluin Renjun juga berhasil membuat telinganya panas.

Hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai di kontrakan Yuta, bahkan Jeno sudah selesai menenggak habis air putih di dalam gelas, di depanya ada Yuta yang sedang asik dengan tontonanya.

" nonton apa sih serius banget?" tanya Jeno kemudian duduk di sebelah Yuta.

Yuta menoleh sekilas " penjahat tu ada ada aja deh, masa nyabuly cowo di kamar mandi, mana di mall lagi, kan kebangetan"

Jeno melebarkan matanya " nyabully cowok di mall?" tanyanya memastikan.

Yuta mengangguk mantap.

Sial, Renjun!

Jeno buru-buru menarik jaket yang sebelumnya ia taruh di sandaran kursi, buru buru keluar, membuat beberapa orang yang ada di kontrakan menoleh heran, butuh 15 menit untuk sampai di mall yang sama, tentunya dengan menaikan kecepatan dan menerobos lampu merah tanpa polisi penjaga, yang ada di kepalanya hanya Renjun.

Cowok ini berdiri di depan pintu masuk beberapa saat, untuk beberapa menit ia hanya diam dan menatap bangunan besar itu, nyari Renjun di lautan manusia itu akan lebih menyusahkan dari pada mencari jarum di tumpukan jerami, impossible.

Pelan tapi pasti. Lantai perlantai dia jelajahi, lantai satu clear, lantai dua clear, lantai tiga clear, lantai empat, cowok ini menyerah, kakinya terasa pegal, perutnya pun terasa bergejolak, nafasnya tak beraturan, ia butuh tempat untuk istirahat.

Jeno duduk di salah satu kursi, apa yang harus ia katakan pada keluarga Renjun jika sesuatu terjadi padanya.

" gak jadi balik?"

" Renjun!" gumam Jeno, cowok itu bangkit dari kursinya kemudian merengkuh tubuh mungil Renjun posesif.

Gerakanya yang tiba-tiba membuat belanjaan di tangan Renjun meluncur ke lantai.

" kamu baik-baik aja kan?" tanya Jeno masih dalam posisi yang sama.

"aku baik-baik aja"

" sukurlah"

" kenapa sih, aneh banget" heran Renjun.

Jeno mendorong tubuh Renjun setelah itu, sial!!! Kenapa tadi dia gak nanya dulu ke Yuta letak mall mana yang ada kasus. Lagian kan gak mungkin kejadiannya langsung saat itu juga.

Bodoh banget

.

.

Bukanya pulang Jeno malah nongkrong di kamar Renjun sampai ketiduran, sementara si pemilik kamar tidak ada niatan untuk membangunkan, tontonan di layar laptop lebih menarik dari pada pemuda bodoh dan gila itu.

Sebenarnya kedua orang ini sudah mengenal sejak lama, tepatnya ketika mereka memasuki sekolah menengah pertama, mereka masuk kelas yang sama, bahkan sering di coupel-coupelkan membuat anak-anak yang lain iri melihat itu.

Tapi tanpa orang lain tau, hubungan yang baik itu mengendur seiring berjalanya hari, seperti dua orang yang tidak pernah dekat sebelumnya, bahkan Renjun sampai lupa pernah mengenal Jeno sebelumnya.

Kemudian disadarkan kembali ketika memasuki kelas 2 Sma, takdir memaksa mereka untuk bertemu dan mendiami kelas yang sama, sedikit mengganggu bagi Renjun sebenarnya. Tapi jauh dari itu ada perasaan bersalah dari Jeno.

Lenguhan itu membuat Renjun menoleh. Jeno terduduk di atas kasur dengan mengucek mata, rambutnya berantakan, mungkin dia kecapean karna Renjun tadi.

" gak balik?" tanya Renjun, cowok itu berdiri di depan Jeno penuh tanya.

Jeno menarik tangan Renjun mendekat, kemudian menyandarkan kepalanya pada perut pemuda berambut coklat itu, tanganya meraih pinggang ramping milik Renjun.

" ngapain sih" Renjun mundur beberapa langkah setelah menepis perlakuan Jeno kepadanya.

Bibir Jeno maju beberapa senti, lalu kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur " jatuh cinta, ya aku sedang jatuh cinta"

Renjun duduk di kursi belajar " sama siapa?"

" yang jelas bukan sama kamu"

" idih! Lagian aku juga udah punya"

Tbc

From Whom To Whom [Jaemren]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang