~8~

3.3K 433 13
                                    

Enjoy

.

.

Jeno berjalan lebih dulu, masih melewati koridor yang sama, mencuri-curi pandang ke kelas yang sama, walaupun hanya pucuk rambut pink-nya yang terlihat, itu tidak pernah mengurangi takaran kebahagiaan yang dirasa.

Setelah melihat pucuk rambut pink itu, dia langsung berputar, mengelilingi setengah koridor menuju kantin, sesampainya di sana soto Bu Maryam yang di pesan.

Renjun dan Haechaan masih melanjutkan sesi makan siang mereka dengan tenang, area kantin juga lebih tenang kali ini, ada 20 menit lagi sebelum bel istirahat berbunyi, tapi kelas mereka sudah di istirahatkan lebih awal, entah kenapa keberuntungan selalu mendarat di kelas mereka.

" gabung ya"

Ketenangan itu perlahan meluntur saat Renjun buru-buru menggeser posisi duduk, membuat mangkuk isi bakso itu tumpah sedikit ada Haechan yang memandang kedatangan Jeno dengan pandangan tak suka, ia bahkan meletakan kembali cendok yang sudah ia angkat setengah.

" cari tempt lain dah, banyak yang kosong" usir Haechan sembari menunjuk bangku-bangku di sekitar memang masih banyak yang kosong.

" pelit banget" dengus Jeno.

" kalau mau gabung bayarin kita makan ya gak Njun" yang ditanya menoleh lalu mengangguk.

Jeno duduk di sebelah Renjun " gampang lah, soal begituan"

" yosh" Haechan dan Renjun tos ala-ala.

Sebenarnya duduk diantara Haechan dan Renjun bukan tipenya, pertama Haechan itu berisik kalau makan, gak perduli lagi ngunyah apa enggak dia bakal ngomong ngalur ngidul gak jelas.

Anehnya Renjun akan memasang wajah gak perduli, kasian banget sumpah si Haechan ngomong sendirian. Jeno yang Cuma dengerin doang aja ngerasa haus apalagi dia yang ngomong mulu, coba aja temen-temenya ga cabut ke warung belakang sekolah, dia juga gak bakal berurusan sama Haechan dan Renjun begini. Ya dikibulin mulu sih ah.

" yang kemaren sama kamu itu siapa sih Ren" Haechan membuka suara.

Renjun menelan hasil gilingan di mulut lalu menyeruput minuman di sebelahnya " yang mana?"

" di taman kemaren"

Jeno ikut menyimak percakapan kali ini " bukan siapa-siapa ela tapi keren kan?" dengan dalih tak menanggapi pertanyaan cowok itu, dia malah melayangkan pertanyaan aneh itu.

Haechan mengangguk " manis, rambutnya kaya gulali, kenal dari mana?" lanjut Haechan.

Renjun menggigit sedotan plastic di mulut, ingatanya pergi jauh pada saat itu, saat keduanya bertemu di galeri pameran, Renjun mengikuti pameran lukis sedangkan Jaemin mengikuti pameran foto, pertemuan tanpa sengaja itu terjadi sangat cepat, keduanya bahkan terkejut saat berpapasan di koridor, saling pandang sampai beberapa detik, tidak disangka keduanya akan dekat seperti sekarang ini, walaupun tidak ada hubungan apa-apa.

" gak ada, Cuma kenal doang" jawab Renjun bohong.

" kalau kamu?"

Jeno menepuk dadanya setelah Haechan melayangkan pertanyaan mendadak itu, Jeno tidak siap dengan pertanyaan seperti ini, tapi sudah terlanjur, kalau mau bohong pun ada Renjun disini, tapi sumpah deh soal perasaanya sekarang Haechan gak perlu tau.

" rahasia sih, gak perlu tau" Jeno melirik Renjun sekilas, malah Haechan terkekeh lalu mengangguk seolah mengiyakan sesuatu.

" ngapain sih kamu?" heran Renjun.

Haechan menggeleng " aku kira Jeno suka sama kamu Njun"

Mulut Renjun membuka sedikit " enak aja, dia tu lagi suka sama orang, tapi gak berani ngedeketin, sok aja jadi premen sekolah tapi kalau masalah hati cupu"

" diem brengsek"

" oh jadi si Jeno tuh lagi suka sama orang siapa?" Haechan

.

.

Renjun membuka pintu kamar setengah mendobrak, kekesalanya memuncak setelah melihat motor hitam yang tak asing terparkir di depan rumah, kalau sudah begini pasti ada yang tidak beres dengan kamarnya.

Benar saja, cowok itu tidur di atas ranjangnya dengan memeluk guling kesukaan sedangkan boneka moomin kesayangan ia gunakan sebagai bantalan.

" bangooon, banjir neh"

Jeno yang mendengar teriakan itu menerjab-nerjabkan matanya " bisa pelan gak sih" dengusnya.

" kamar siapa ini woy, pulang sono, dicariin emak lu" teriak Renjun sembari melempar tas ranselnya kearah kaki Jeno, tapi dengan mudah tas itu sudah melayang menghantam lantai, untung tidak ada laptop di dalemnya.

Jeno malah semakin meringkuk di posisinya " berisik"

Renjun menarik seragam Jeno, menggunaka kakin untuk mendorong punggung cowok itu supaya lekas bangun, sayangnya usaha Renjun tidak berhasil, menyerah sudah, dia duduk di kursi belajar sembari menyandarkan punggungnya.

" kasihani dikit lah, aku nih anak broken home tau"

" broken home matamu, pulang sana!"

" kasar banget" Jeno berdiri dari posisi rebah menjadi duduk di atas kasur dengan kaki menyilang, tanganya memeluk guling sedangkan bonekanya sudah tidak bisa di tolong. " kita buat perjanjian"

" perjanjian apaan?" tanya Renjun tak mengerti.

Jeno menghela nafas pelan " kamu buatin aku surat seminggu 2 kali dan setiap buat surat aku bakal nginep disini biar paginya kita berangkat sekolah bareng"

Renjun melotot " enak aja, kalau kamu tidur di sini aku tidur dimana dong"

Jeno menunjuk sofa di sudut kamar, benar-benar "bayaran biar aku transfer, aku bukan tipe orang yang suka melanggar perjanjian, dan aku gak bakal gangguin kamu lagi"

" bagus lah kalau begitu"

Renjun terdiam sedangkan Jeno kembali pada posisi rebah, mungkin dia akan kembali tertidur, tapi kira-kira siapa orang yang Jeno sukai, siapa dia yang berhasil membuat Jeno tumbang dengan sejuta perasaan bahagianya, membuat dia rela melakukan apapun, rela membayar Renjun hanya untuk selembar surat yang ia desain khusus untuk orang yang di sukainya.

Beruntung sekali orang yang Jeno sukai, tapi jauh dari pada itu Renjun lebih beruntung, dia punya Jaemin yang setia, dia punya Jaemin yang menyayanginya walaupun ketidak adilan itu harus Jaemin alami.

Renjun bangkit dari posisinya, menghampiri Jeno yang sudah tenggelam di dalam tidurnya, mengamati wajahnya dan mencari-cari kecacatan di wajah tampanya, tapi Renjun tidak menemukan itu.

Kadang saat dia menatap Jeno seperti ini, ada rasa kesal dari masa lalu yang tiba-tiba datang, ada rasa marah yang ingin segera Renjun lampiaskan, sekarang Renjun bisa bersikap baik pada Jeno, tapi entah kenapa dia belum bisa memaafkan cowok di depanya dengan benar, ada dendam yang belum termafkan.

Tapi melihat Jeno bersusah payah mengejar cintanya, itu seperti lelucon untuk Renjun, ada rasa iba tapi ada rasa senang melihat itu, mungkin asalnya dari masa lalu.

Maaf Jeno aku senang melihat mu berjuang seperti ini.

TBC

Happy new year everyone 🎉🎉🎉

From Whom To Whom [Jaemren]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang