Maap typo bertebaran.
.
.
" akhirnya kita bertemu juga" JAEMIN
Tunggu! Ini gak lucu sama sekali.
" Jaemin " gumam Renjun dan Jeno bersamaan bahkan keduanya saling pandang setelah menggumamkan itu.
Kalau orang yang selama ini Jeno suka adalah Jaemin-otomatis setiap surat yang Renjun tulis itu untuk Jaemin. Sedangkan dia dan Jaemin-.
Bisa dibilang untuk orang yang Renjun cintai (?)
Jaemin menyandarkan punggungnya pada loker di belakang, posisi Renjun masih di tempat yang sama begitu pula dengan Jeno, pemuda itu sedang menstabilkan detak jantung yang semakin menggila.
" Jeno" panggil Jaemin
Atensi itu membuat si rambut blonde menoleh, entah kenapa ia takut sekarang, nyalinya menciut perlahan, dia takut akan ada fakta menyakitkan yang harus dia ketahui.
" aku menghargai perasaanmu itu, terimakasih sudah memiliki perasaan yang ditujukan khusus untuk ku, tapi maaf Jeno aku tidak bisa membalas semua perasaan indah mu itu, karna nyatanya perasaan yang ku miliki juga belum terbalaskan"
Jeno menoleh " apa kamu terganggu dengan semua surat itu?" tanya Jeno.
Bibir Jaemin membentuk lengkungan indah " bagaimana bisa aku terganggu dengan tulisan tangan milik Renjun, orang yang mencampakan aku selama 3 bulan ini"
Dahi Jeno berkerut tipis " tunggu jadi selama ini kalian saling kenal dan kamu Ren kenapa kamu gak pernah bilang sama aku"
Renjun mengacak rambutnya frustasi, kenapa malah dia seperti tersangka disini " Selama ini kamu juga gak pernah ngasih tau siapa orang yang kamu suka, aku bukan peramal yang tau semuanya, aku juga tidak tau kalau semua ini akan jadi"
Jeno menggebrak pintu loker di depanya pelan beberapa kali, sementara Jaemin masih di tempatnya dengan seulas senyum tipis, tanganya terlipat di depan dada.
" Renjun, bagaimana perasaan mu, ternyata surat yang selama ini kamu buat untuk ku, orang yang nyaris setiap minggu bersama mu, orang yang kamu gantung tanpa memberi kepastian, apa kamu akan tetap menggantungku seperti itu, aku punya batas kesabaran juga"
Renjun menoleh cepat " aku mencintaimu Jaemin!!" serunya membuat Jaemin terkekeh, terdengar refleks keluar dari mulutnya begitu saja dan melihat wajah Renjun yang tertekuk menambah kesan imut dan menggemaskan.
" aku menyukaimu bahkan lebih besar dari perasaan mu, bukan maksud ku menggantung dan tidak memberi mu kepastian, aku hanya tidak ingin berpisah dari mu, aku memang egois tapi bukan itu maksud ku, aku selalu bilang kalau aku belum siap karna aku takut hal ini akan terjadi" cowok ini mengusap wajahnya perlahan.
Jeno menendang pintu loker di depanya " fuck, aku tidak mengerti!! Katakan apa yang sebenarnya" seru Jeno.
" aku dan Renjun sangat dekat Jeno, di campakkan sama dia, tidak masalah karna aku juga mencintainya tapi barusan kamu dengar kan dia juga mencintai ku, jadi maaf aku tidak bisa menerima perasaan indah mu pada ku" Jaemin
Jeno menghela nafas kasar berharap semua beban itu keluar dari tubuhnya, sialnya dadanya sakit dan bergemuruh, nyeri bagai ditikam beribu jarum tajam, tiba-tiba saja kedua kakinya lemas membuat ia merosot ke lantai, kedua tangannya refleks mengisap dada, kejadian kejadian beberapa tahun lalu kembali terputar bak roll film yang secara otomatis menayangkan semua kejadian kejadian itu.
" mau sampai kapan kamu duduk seperti itu Renjun" Jaemin mengulurkan tanganya yang langsung Renjun raih.
" Jeno, aku tidak akan menyerah kali ini, aku tidak akan menyerahkanya untuk mu, karna aku mencintainya, siapa tau jika kejadian saat kita Smp akan terulang lagi" kata Renjun sebelum pergi dari tempat itu, tentu saja setelah Jaemin menarik dan membawanya pergi.
.
.
3 tahun yang lalu
Kls 2 SMP
Renjun tersenyum lebar ketika Mark orang yang sudah beberapa bulan ia sukai akhirnya muncul juga, keduanya saling kenal karna sebentar lagi mereka akan mengikuti olimpiade bersama, Renjun matematika sedangkan Mark matpel Fisika, sebenarnya bukan hanya mereka berdua saja yang ikut olimpiade, banyak orang juga dengan matpel yang berbeda.
Tapi entah kenapa Renjun sangat menyukai Mark, cowok itu selalu menunjukan wajah tenang setiap kali belajar, kadang membawakan cemilan untuk Renjun.
Sebenarnya anak-anak olimpiade selalu belajar bersama di ruang multi media, kadang di perpustakaan juga, bangku dan meja yang digunakan sudah tertempel nama masing-masing orang, beruntung untuk Renjun karna tempat duduk Mark tepat di sebelahnya, Fisika dan Matematika tidak ada bedanya sih sama-sama memusingkan.
Karna hal itu keduanya sering menghabiskan waktu bersama, saling menyapa jika berpapasan dan merayakan kemenangan lomba bersama di taman kota.
" ayo lah njun, aku tidak mengerti fisika sama sekali, mintalah cowok yang kamu suka itu untuk membantu ku sebentar saja, kamu mau lihat aku di tampol mama karna nilai ulangan Fisika ku jelek?"
" tapi No, si Mark tuh sibuk"
Jeno meraih tangan Renjun sembari menunjukan wajah memelas, jika sudah begini Renjun tidak bisa menolak.
Besoknya Renjun memperkenalkan Jeno dengan Mark, Renjun kira semuanya akan baik-baik saja ternyata dugaanya salah, Jeno mungkin lupa kalau Renjun lebih dulu menyukai Mark.
Di belakang keduanya menjalin hubungan yang tidak Renjun pahami, sepandai-pandainya bangkai di simpan akan tercium juga, mungkin seperti itu lah.
" aku bisa jelasin Renjun!" seru Jeno
Renjun menoleh " bahagia lah Jeno, jaga dia buat aku, tapi ingat jangan pernah mencari ku lagi setelah ini"
.
.
Jeno mengusak rambutnya kasar, dia pernah jahat, bahkan sangat jahat, kenapa dulu dia lakukan itu pada Renjun, padahal Renjun tidak pernah menjahatinya bahkan dia yang paling sering membantu Jeno dalam segala hal, bukankah Jeno ini bodoh.
Lalu lihat sekarang, apa dia siap kehilangan Renjun untuk yang kedua kalinya?
Jeno meringis di tempatnya, mengingat apa yang pernah ia lakukan dulu, dulu dia menyukai Mark, kakak kelas yang ternyata di sukai oleh Renjun membuat Renjun harus menyimpan perasaaanya, membuat pemuda mungil itu merasakan sakit hati tiada henti, saat itu Jeno tidak perduli tentang perasaan Renjun.
Tapi sekarang ketika fakta di balik, dia sadar! sakitnya lebih sakit dari tusukan sebilah pisau yang menghunus dada, bahkan saat itu ia tidak perduli kalau pertemanan mereka pun berakhir begitu saja, tidak ada yang Jeno sesali.
Tapi kini, dia takut Renjun akan pergi, dia tidak bisa membayangkan bagaimana susahnya meminta Renjun untuk kembali menjadi temanya.
Sesak sekali, sakit bukan karna Jaemin dan Renjun yang akhirnya bersatu, tapi sakit karna dia baru menyadari, rasa sukanya bukan hanya untuk Jaemin tapi untuk Renjun juga.
Benar kata orang, karma itu jauh lebih menyakitkan.
TBC
Uwu sekali kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
From Whom To Whom [Jaemren]✅
Fanfiction[Complete] Bxb Renjun menerima tawaran Jeno untuk membantunya membuat kan surat yang sejatinya akan Jeno tujukan khusus untuk orang yang dia suka. Tapi apa jadinya kalau surat itu ternyata untuk orang yang selama ini Renjun campakkan? Dan Haechan ti...