~2~

6K 671 60
                                    

enjoy!

.

.

Yuta terpekik melihat satu bangku yang biasanya kosong sampai bel masuk, bahkan langganan telat sekarang bangku itu sudah berpenghuni, pemiliknya terlihat menyembunyikan kepalanya pada sela lipatan tangan.

Itu bangku keramat milik Jeno, penuh aura hitam dan semua orang enggan menduduki bangku tersebut.

Senyum pemuda ini menggembang begitu juga dengan teman yang lain, sebersit ide langsung muncul.

Yuta menghampiri Jeno kemudian menepuk punggungnya " siapa ini weh" ucapnya sembari meletakan tasnya.

" kerasukan jin mana lagi ini, tumben tumbenan udah keliatan" Mark berjalan ke bangkunya.

" kayaknya perlu nih ngadain giveaway karna Jeno datengnya rada cepet" Lucas

Yuta menoleh " apa yang perlu di giveawayin"

" temen bangke kaya kamu lah"

" eh lambe tolong ya" celetuk Lucas

Jeno meluruskan tubuhnya " berisik banget sih kalian tuh" dengusnya, wajahnya tampak lelah dengan sedikit semburat abu-abu disana.

Lucas terkekeh melihat wajah Jeno " roma-romanya ada yang gak beres nih" cowok itu merangkul pundak Jeno. Tapi sedetik kemudian langsung di tepisnya.

" hilih sok tau ya, mau ke kamar mandi bye!" Jeno bangkit dari kursinya lalu melangkah pergi.

Menyisakan wajah bodo amat disana.

Jeno berjalan sendirian menyusuri koridor, rasanya lelah sekali hari ini, rasanya tidak ingin sekolah tapi nyatanya dia sudah di sekolah, malah paling awal dari yang lain, sedikit sensitive juga hari ini.

Bagi Jeno sekolah itu Cuma pesinggahan, bodo amat mau ngapain di sekolah yang penting gak terlalu lama di rumah, bisa dibilang Jeno tu gak betah di rumahnya sendiri, gak tau juga ada masalah apa.

Langkahnya ke kamar mandi terhenti saat pandanganya tak sengaja menangkap sosok yang selama ini menarik perhatianya, dia sedang mendrible bola kemudian melempar kearah ring.

Yatta! Bola itu masuk dengan sempurna.

Alhasil Jeno memutuskan duduk di koridor setelah membeli minum, pandanganya terus mengekor kemana si pemilik rambut Pink itu melangkah, tidak biasanya juga dia hanya nonton, biasanya mah bakal ngerebut lapangan buat tanding bareng gitu.

Mood Jeno yang sebelumnya hancur perlahan membaik, senyum orang yang dia sukai benar-benar menyembuhkan, tawa itu terlihat seperti obat tak langsung, perlahan menenangkanya, dan jika di lihat lebih intens wajahnya benar-benar membuat seluruh sel saraf miliknya mengendur, membuat Jeno ingin terus memandanginya.

Cantik sekali, seperti pangeran yang asalnya dari negri antah berantah, siapapun yang melihatnya pasti akan setuju dengan pendapat Jeno, yang gak setuju mungkin orang-orang yang punya masalah sama matanya. Gak ada kekurangan sama sekali, benar-benar cantik, ditambah rambutnya yang berwarna Pink menambah kesan manis dan menyegarkan.

Sayangnya, sampai sekarang Jeno belum tau siapa namanya, tensin aja gitu mau nanya sama yang sekelas sama si Crush, takutnya mulut yang di tanya ember terus buat gossip aneh, apalagi kan Jeno termasuk famous di sekolah ya walaupun terkenal karna kebobrokanya.

" masuk kelas woy!"

Seruan ini membuat Jeno menoleh, " kayak ada yang ngomong tapi dimana gitu ya"

Renjun mengubah ekspresi wajahnya menjadi kesal, ditariknya rambut Jeno pelan, tapi berhasil membuat cowok itu meringis.

" berdiri makanya" ejek Jeno sembari bangkit dari kursinya.

" ngomong sekali lagi coba"

" enggak sih, ih sensian amat dah. Eh Njun bolos kuy" ajak Jeno setengah semangat

" lambe mu cuk!" Renjun melangkah lebih dulu, coba saja koridor sepi mungkin Jeno udah jadi pepes, Renjun tidak mungkin main kasar di tempat umum, pertama karna dia anak osis, jaga image lah, yang kedua Jeno terlalu banyak penggemar, males aja tubir sama penggemarnya Jeno.

" ayolah" rengek Jeno pelan

" bolos sendiri sih, buat dosa kok ngajak-ngajak"

" dari pada berdosa sendiri kan"

Jeno menyeimbangkan langkah Renjun. " terus kamu dari mana?" tanyanya.

Yang ditanya merotasikan bola matanya " ih kepo banget, orang yang iq-nya rendah kaya kamu mana ngerti"

" tau gak sih, orang yang sering me-" ucap Jeno terputus.

" gak usah menggurui, aku udah pinter" kata Renjun lalu melangkah lebih dulu.

Jeno mengerucutkan bibirnya " he badak tunggu!" serunya.

. . .

Untung ada Renjun jadi Jeno gak perlu repot-repot dapet ceramah karna terlambat masuk kelas, dan moodnya hari ini naik sangat tajam, tapi bukanya mendengarkan pelajaran, perhatianya melayang-layang jauh kebawah sana, batinya terus bertanya, dia sedang apa, apa dia sedang tersenyum bersama yang lain, atau sedang apa.

Sampai akhirnya mala petaka datang dan lihat sekarang!. Jeno sedang di depan kelas, entah apa yang harus dilakukan dengan sederet angka angka yang sama sekali tidak ia mengerti.

" hayo loh hayo loh" celetuk Johnny membuat penghuni belakang terkekeh.

Jeno menoleh kebelakang sekilas kemudian lanjut melirik guru yang sedang sibuk di meja kebesaranya

Cowok ini menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sial! Rasanya kicauan burung-burung di luar juga sedang mengejek, kurang ngajar sekali huh!.

sebodoh itukah dia.

" udah bu suruh nyikat Wc aja" celetuk Doyoung

Bangsad

" udah bu kasih tugas aja, biar ga ngalamun lagi di kelas" ini Haechan

Yang lain Cuma nonton sambil cekikikan, temen bangke ya gini, bantuin kagak ngeledek nomer iji.

" ada yang mau bantuin?" tanya Bu Ambar

" ga ada bu" jawab serempak

Anjir lah

" bantuin si, ku traktir bakso pak Bambang deh"

Yuta berdiri dari bangkunya, semoa orang langsung menoleh, kemudian bersorak, wah ternyata ada ada yang mau bantuin Jeno tapi ternyata. " ngapain sih, orang aku mau peregangan"

tawa anak-anak kembali terdengar.

sial!

" wah si Nono mau nyuap dia" Doyoung

Mark menggelengkan kepala " wah calon-calon koruptor"

" paan sih gaje!" seru Jeno dari posisinya.

" Renjun" panggil Bu Ambar.

Yang di panggil maju ogah-ogahan, dari dulu si Jeno emang sukanya bikin masalah mulu, gak pernah bener, kalau udah gini pasti Renjun yang disuruh maju, bantuin dia, gemes banget rasanya, pengen nyekek si Jeno sampai menyusut.

anak-anak bangku belakang kompak menyuruh Renjun tetap di bangkunya, sialnya Renjun terlalu malas membuat hal aneh ini terus berlanjut.

Pandangan Jeno langsung menyapu bangku belakang kemudian menjulurkan lidahnya mengejek Yuta dan kawan-kawan.

Yuta dan yang lain tak mau kalah mereka menunjukan jempol terbalik.

" thanks, ntar deh ku traktir" Jeno menepuk pundak Renjun pelan.

" ga butuh sih"

" pemalu banget" 

" jijik"

TBC

karna banyak yang minta pake aku-kamu, jadi di chap selanjutnya juga pake aku kamu.

makasih yang udah ngasih saran juga.

comment ya

see you.

From Whom To Whom [Jaemren]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang