~6~

3.4K 471 56
                                    

.

.

Renjun setengah berlari memasuki toilet, bersembunyi di balik bilik untuk menghindari Jeno yang semakin hari-semakin membuatnya jengkel, selain berubah menjadi sosok menjengkelkan dia juga berubah menjadi sosok menjijikan. Renjun bahkan tidak bisa menalar dengan baik mengenai kondisi kejiwaannya.

Terlalu rumit di mengerti, terlalu membuang-buang waktu juga sebenarnya.

Tapi jujur! Jeno semakin membabi buta, 3 hari ini dia seperti hantu yang muncul di mana-mana, setiap kali Renjun sedang memandangi mas Crush Jeno selalu ada di tempat yang sama, entah di lapangan, kantin bahkan di perpustakaan, entah apa yang sedang dia lakukan.

Renjun masih memaafkan untuk itu, kali saja Jeno kebetulan berada di sana bahkan sebelum Crush nya datang, tapi yang semakin membuat Renjun kesal Jeno selalu menerornya dengan berbagai macam hal konyol.

Hari pertama dia mengibarkan tas kebanggan pada tiang bendera, hari kedua dia mengempeskan ban sepeda dan hari ini di hari ke tiga Jeno meninggalkan Renjun padahal sudah janji akan menjemput sebagai permintaan maaf, itu yang bisa Renjun ingat yang tidak Renjun ingat mungkin lebih banyak dan lebih parah lagi, sumpah kesel banget rasanya.

" Ren keluar gak"

Cowok yang di dalam bilik mengeram kesal, ini suara Yuta, jika ada Yuta berarti ada Jeno.

" ayo lah bantuin Jeno, apa susahnya sih buat surat, kamu gak capek apa liat dia begitu" lanjutnya.

Ia baru tau kalau Jeno akan berubah menjadi sosok menjijikan ketika sedang jatuh cinta, mengancam ini itu supaya Renjun mau membuatkan surat.

Tapi bukanya membuat surat itu mudah, tinggal menulis apa yang sedang dirasakan, ah Renjun baru ingat Jeno itu masuk golongan anak ber IQ rendah.

" ayo dong Njun cuma kamu yang bisa bantuin aku" Jeno kembali memohon setelah berulang ulang kali mengucapkan kalimat yang sama, dia lelah Renjun juga sama.

" bilang dulu suka sama siapa, sampe nyuruh-nyuruh segala" jawab Renjun masih di tempatnya. Meringkuk diatas toilet.

" nanti juga kamu tau, bantuin aku sih" Jeno

Yuta mengusap dadanya tak tega, antara tak tega dengan jijik sebenarnya, jijik melihat wajah Jeno yang memelas, kadang membuat Aegyeo bodoh disertai tangan memohon padahal Renjun tidak melihat itu.

" ayo lah Njun, kamu gak mual apa liat dia begitu, kamu gak kasian apa kalau dia jadi depresi" Yuta yang bersuara.

Renjun menghela panjang " yaudah iya, janji ya dua kali lipat dari yang sebelumnya, awas aja kalo gak bayar" jawab Renjun setengah berteriak.

Jeno mengangguk antusias, sekali lagi percumah Renjun tidak melihat itu.

Ceklek /suara pintu terbuka.

Renjun berdiri di depanya dengan pandangan lurus hendak keluar tapi malah mendapat pelukan hangat dari Jeno, cowok itu memeluk Renjun penuh-penuh, tidak ada jeda sejengkalpun, mulutnya tidak berhanti mengatakan terimakasih.

Kenapa pula dia harus sebahagia ini.

.

.

Cowok satunya yang sebelumnya duduk di bangku panjang terlihat mengerutkan dahi ketika pemuda yang sejak 10 menit ia tunggu datang juga, ia menggeser posisi duduk, memberi ruang supaya dia bisa duduk di sebelahnya.

" maaf lama" ucapnya sembari mengatur nafas

" minum?"

Renjun menerima uluran botol minum itu lalu menenggaknya beberapa teguk.

" ada masalah?" tanya si rambut Pink penasaran, pandanganya tak pernah lepas dari wajah lelah pemuda di sebelahnya, tersenyum sebagai respon di setiap gerakan kecilnya.

Renjun malah menghela nafas "ada anak kelas ngeselin banget sumpah!"

" oh ya"

" dia yang jatuh cinta malah aku yang direpotin, minta di buatin surat, padahal kan tinggal nulis aja, apa susahnya coba"

Si Pink terkekeh pelan, lalu menggapai kepala Renjun supaya bersandar pada bahunya " mungkin tulisan dia jelek, udah istirahat dulu sebentar" di raihnya tangan mungil milik Renjun, mengusapnya perlahan. Dia paling suka memainkan tanda lahir milik Renjun, cukup menyenangkan.

Entah apa maksud tanda lahir di punggung tangan kanan milik Renjun ini, tapi dengan adanya ini Renjun semakin terlihat menarik, dia terlihat semakin menggemaskan dan Jaemin sangat menyukainya, sudah sejak awal semester yang lalu, seribu langkah sudah Jaemin lakukan untuk menggapai hati dan menarik perhatian Renjun.

Sayangnya penolakan itu harus ia terima, 3 kali di tolak dan untuk yang ke-4 kalinya hanya di gantung tanpa kepastian yang jelas, Jaemin tidak pernah protes dengan itu, dia tidak pernah bertanya kenapa ? dia malah takut jawaban yang Renjun beri akan menyakiti hati, dia memutuskan untuk bersabar, mungkin sebentar lagi Renjun akan menerimanya.

Renjun memejamkan mata, menikmati setiap debaran yang tercipta, menikmati aroma lembut parfumnya, menikmati sentuhan-sentuhan kecil pada tanganya, rasanya Renjun tidak ingin apapun lagi selain perlakuan manis yang Jaemin berikan kepadanya.

Mungkin dia jahat sudah memperlakukan Jaemin seperti itu, menolak dan menggantungnya, padahal Renjun menyukai semua hal ini, Renjun hanya belum bisa, dia belum bisa menerima perpisahan yang mungkin akan terjadi selanjutnya, dia hanya ingin terus bersama Jaemin.

Kedengeranya egois kan, iya Renjun memang egois, dia tidak mengerti bagaimana perasaan Jaemin, tapi Sungguh! Renjun tidak ingin ada perpisahan atau permusuhan setelah mereka putus, dia ingin seperti ini saja, tak kurang dan tak lebih.

" nanti sore jadi kan, aku tunggu di tempat biasa"

Pemuda mungil itu mengangguk " jadi kok"

"Yeah" dengus Jaemin saat bel masuk akhirnya berdenting kuat. Ada raut kekecewaan juga pada wajah Renjun, dia segera meluruskan tubuhnya lalu bangkit dari posisinya semula.

" sampai jumpa nanti, aku pergi ke kelas dulu"

Pemilik rambut pink mengangguk sebagai jawaban, pandanganya masih mengekor sampai tubuh mungilnya menghilang dari pandangan, bahkan Jaemin tidak ingin melihat tubuhnya yang kian menjauh.

Semoga saja dia cepat memberinya jawaban atas semua penantianya selama ini.

**

Pemuda berambut brown ini terpekik melihat sosok yang tidak asing tertidur di atas kasurnya sembari memeluk moomin kesayangan, sial!

" Le Jeno bangun, sialan! apa yang kamu lakukan di kamar ku, seenaknya memeluk moomin kesayanganku huh, tidak sopan sekali" makinya sembari memukul tubuh Jeno dengan tas ranselnya.

Jelas lah Jeno langsung terbangun dari tidur mengusap wajah lalu kedua mata " apa sih Ren"

Renjun kembali memukuli Jeno, kali ini dengan bantal guling " gak sopan banget ya, udah tau pemilik kamar gak ada dirumah, tapi malah enak-enakan tidur disini, pulang sana sialan!"

Jeno mendengus " aelah, pelit banget, ya kamu dari mana sih pulang sampe malem gini"

Pemilik tubuh mungil merotasikan matanya " bukan urusan kamu, satu lagi, jangan mentang-mentang aku mau bantuin kamu terus kamu punya kuasa dateng ke rumah seenak jidat"

Pemilik rambut blonde hanya mendengus " lagian tante juga ngebolohin"

" ini kamar aku Jeno, bukan kamar Mama Baba"

Terlalu berisik menurut Jeno, suara Renjun seperti kenalpot bocor kalau sudah begini, ngalahin ketawa lumba-lumbanya Chenle.

" iya maaf deh" Jeno menyerah, pasti bakal panjang nih urusan.

Renjun duduk di depan meja belajar lalu mengeluarkan semua isi dari dalam tas " terus ngapain dateng?"

Wajah Jeno berubah antusias " surat pertama"

" tentang apa?"

" intinya tu tentang blab la blab la bla"

Dasar bucin

TBC

From Whom To Whom [Jaemren]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang