Enjoy.
.
.
Hari demi hari terus berlalu, sudah hari kamis padahal seperti baru kemarin hari senin, sesuai perjanjian setiap malam senin dan malam Jumat Jeno akan menginap di rumah Renjun, saat malam itu datang Jeno akan bercerita tentang si XX dan Renjun akan menuliskan surat untuknya.
Orang tua Renjun tidak pernah mengeluh dengan kedatangan Jeno setiap malam Senin dan kamis itu, mereka menyambut anak itu dengan penuh keterbukaan, malah Renjun kesal, habisnya mama selalu menyiapkan sesuatu yang berlebihan untuk Jeno, Baba juga malah lebih senang mengajak Jeno melakukan sesuatu hal ketimbang sama anaknya sendiri.
Lihat sekarang, kamar Renjun seperti kamar milik Jeno, cowok itu sedang tiduran di atas kasur dengan komik di tangan, sementara Renjun duduk di meja belajar membuatkan surat untuk orang yang Jeno sukai.
" mau sampai kapan sih buat surat beginian, kalau Cuma buat beginian mah mana peka, kenapa gak kamu deketin aja, apa susahnya sih basa basi ngajak kenalan dulu"
Jeno menangkup wajahnya " semuanya tuh butuh proses ya"
" kelas apa sih dia, kali aja kan aku bisa bantu"
Cowok satunya menggeleng lalu meletakan komiknya " gak perlu, aku bisa usaha sendiri, mending ya kamu urusin aja kesayangan mu itu"
Ngomong-ngomong Renjun sudah membuat surat hampir satu bulan, tapi tidak ada tanda-tanda keduanya sudah dekat, Jeno benar-benar memakan perasaannya sendiri, sampai detik ini pun Renjun tidak tau siapa orang yang Jeno suka, dia benar-benar menutup itu dari Renjun dan dia selalu bilang kamu akan tau kalau kita udah deket nanti
Kita lihat saja kapan mereka akan dekat.
" udah jadi nih" Renjun melempar kertas yang sudah ia tulisi. Dengan sigap Jeno memungutnya tak lupa membaca. Sedangkan Renjun mulai berkutat untuk pelajaran esok hari.
" semoga aja surat ke 8 ini akan ada yang berubah" doa Jeno.
Renjun melirik sekilas, ingin mencaci maki, tapi takaran berjuang setiap orang pasti berbeda, mungkin ini cara berjuang nya Jeno.
" iya deh iya, malam ini aku tidur di sofa"
Renjun kembali melirik, memang menyebalkan. Saat Jeno menginap. Renjun harus tidur di sofa, cowok itu selalu menolak dengan dalih tamu adalah raja bangke sekali dan Renjun yang harus mengalah, dia juga ogah kan kalau harus berbagi ranjang.
" siapa juga yang mau menolak"
**
Pagi-pagi sekali dua remaja ini baru saja keluar dari area loker, Jeno bergegas ke kantin sedangkan Renjun beranjak ke ruang osis, ada beberapa berkas yang harus di selesaikan katanya, jadi dia membiarkan Jeno di kantin sendirian.
Hanya warung Bu Muji yang sudah buka, tanpa basa basi Jeno memesan susu coklat dan roti bakar, butuh 10 menit sampai pesanannya datang, kantin yang semula sepi mulai kedatangan para penghuni, warung yang sebelumnya hanya Bu Muji yang buka, kini sudah beberapa warung buka.
Jeno menyesap susu coklat pesanan, kadang memotong roti bakar lalu memasukan kedalam mulut, nikmat sekali bisa menikmati waktu paginya dengan tenang, hanya beberapa saat sampai beberapa orang dengan seragam olahraga memasuki kantin, bercanda gurau bersama teman-teman.
Cowok ini melirik kerumunan itu, hanya penasaran tapi siapa tau jika ada satu orang yang menariknya untuk melihat lebih lama lagi, pemilik rambut pink itu tertawa lebar bersama teman-temanya, pertanyaan menyangkut apakah suratnya di baca atau tidak, mengenai apakah dia menyukainya atau tidak, rasanya Jeno ingin menanyakan itu secepat mungkin.
Sayangnya ia tidak punya keberanian, perasaan itu membuat mood Jeno menurun drastis, menghilang dari kelas setelah ijin ke kamar mandi dan tidak kunjung kembali.
Haechan berlari pelan, menghampiri Jeno yang ternyata malah asik berdiri bersandar pilar, pandanganya tertuju pada anak kelas lain yang sedang berolahraga di lapangan utama.
Pandangan Haechan mengikuti arah pandang Jeno, ada orang berambut pink di sana, rambut itu sangat Haechan kenal, ingat kan? Haechan pernah memergoki Renjun di taman bersama dia, tidak hanya itu saja, Haechan sering melihat keduanya jalan bersama sepulang sekolah dan setau Haechan cowok pink itu yang sering mengantar Renjun pulang akhir-akhir ini. Bohong kalau tidak ada hubungan apa-apa antara cowok itu dan Renjun.
" menurut mu bagaimana cowok rambut pink itu?"
Pertanyaan dari Jeno itu sukses membuat mata Haechan melotot, ini tidak seperti yang ia pikirkan kan?
" maksud mu?" tanya Haechan seolah tidak mengerti apa yang dimaksud cowok di sebelahnya.
Jeno tersenyum tipis " aku nyuruh Renjun menulis surat untuk dia, surat tentang perasaan ku, kamu boleh mencibir, kamu boleh meledek ku, aku tidak perduli itu tapi asal kamu tau aku menyukainya"
Refleks Haechan menutup mulutnya, kenapa takdir harus sejahat ini?, kenapa tuhan harus menciptakan si pink dengan sejuta kesempurnaan yang berhasil membuat dua temanya harus mencintai dia yang sempurna itu.
" jangan main-main Jeno"
" aku tidak pernah main-main, bahkan hanya kamu yang tau ini, aku tidak pernah mengatakan siapa orang yang aku suka pada siapapun termasuk Renjun"
Haechan menggeleng kepalanya pelan " Renjun tidak tau kalau kamu suka sama dia"
Kekehan itu mendominasi, Jeno mengangguk pelan.
Jadi, Jeno juga tidak tau kalau Renjun dan si Pink dekat, begitupun dengan Renjun yang tidak tau kalau Jeno menyukai si pink.
Hey Lelucon macam apa ini huh!
TBC
Maaf typo dan kawan kawannya
KAMU SEDANG MEMBACA
From Whom To Whom [Jaemren]✅
Fiksi Penggemar[Complete] Bxb Renjun menerima tawaran Jeno untuk membantunya membuat kan surat yang sejatinya akan Jeno tujukan khusus untuk orang yang dia suka. Tapi apa jadinya kalau surat itu ternyata untuk orang yang selama ini Renjun campakkan? Dan Haechan ti...