"Eva, apa kabar?" Tante Mike Syarif, mama Kiara, menyambut pelukan hangat Mama Eva. Mereka benar-benar tampak seperti sepasang merpati yang saling meridukan. Maklumlah, sudah hampir seumur Derri mereka tidak bertemu. Tidak lupa mereka saling cipika-cipiki, begitu kalau menurut bahasa anak muda zaman sekarang, bahasanya Kiara."Baik. Kamu sendiri apa kabar?" Mama Eva balik bertanya.
"Ya seperti ini lah, aku masih tetap cantik seperti dulu." Tante Mike menjawab sambil berpose bak model profesional.
Mama Eva mengamati penampilan teman semasa kuliahnya itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tampak tumpukan lemak berlebih di beberapa tempat yang mencolok mata. Namun begitu, memangnya siapa yang berani mencela? Meski tidak bisa dipungkiri bahwa garis-garis kecantikan duniawi memang masih terpahat jelas di wajah mulusnya itu.
"Iya loh, masih tetap cantik seperti waktu masih jadi model," puji Mama Eva demi keamanan.
"Ngeledek apa ngeledek nih?" sungut Tante Mike sambil mengerucutkan bibirnya yang disambut dengan tawa renyah dari yang lain.
"Sudah, Eva. Jangan diledek terus, bisa-bisa nanti aku yang harus menanggung akibatnya." Om Keanu, papanya Kiara, mencoba menengahi.
"Hei, kalian menggunjingku di depan hidungku?" potong Tante Mike. "Siap-siap saja, nanti malam tidur di sofa." lanjut Tante Mike sambil mencubit pinggang suaminya. Tawa renyah pun kembali pecah di teras rumah keluarga Syarif malam itu.
___Derri pov
"Jadi ini si Derri? Wah, sudah besar ya sekarang?" Tante Mike mengambil duduk disebelah kiriku. Saat ini aku memang sedang asyik bercengkrama dengan dua makhluk Tuhan yang mempunyai hobi julid itu. Sedangkan para laki-laki lebih memilih memisahkan diri dan mengangkat topik pembicaraan seputar bisnis di teras samping.
Baru lima belas menit kami duduk bersama, sudah dapat kusimpulkan bahwa tingkat kekonyolan mereka berdua memang tidak jauh berbeda, bisa dibilang sama. Sama-sama gila.
"Bukan hanya besar, sudah tua malah." Ucapan Mama mengembalikan kesadaranku pada keberadaan mereka berdua.
"Ah, kau ini. Itu namanya dewasa. Pria matang." Tante Mike membelaku, jadi tidak perlu lagi aku menyerang mama dengan kata-kata frontal.
"Terlalu matang." Mama masih berusaha menyudutkanku.
"Dulu kita tinggal satu komplek di Bekasi. Tante sering sekali mengajak Tiara dan Riana bermain ke rumahmu. Mereka betah kalau bermain denganmu. Mereka sangat menyayangimu. Mungkin karena mereka ingin memiliki adik laki-laki. Waktu itu kamu masih kecil. Usiamu kira-kira dua tahun, baru belajar berjalan. Tapi bandelnya minta ampun. Kalau lihat tante bawaannya selalu saja ingin minta gendong, tapi begitu digendong langsung deh ngompolin tante." Tante Mike bercerita panjang lebar dengan antusias.
"Benarkah? Ayolah Tante, jangan rusak imageku di pertemuan pertama kita," protesku yang mendapat tawa hangat dari wanita yang seumuran dengan mama itu.
"Sepertinya kau tumbuh menjadi pria yang menyenangkan. Hah, tidak terasa kau sudah menjadi laki-laki dewasa yang setampan ini," puji Tante Mike. "Tapi bagiku kau tetap lah bayi kesayanganku," lanjutnya lagi sambil mengacak puncak kepalaku dengan gemas.
"Hei, aku ini pria dewasa Tante, sudah tidak pantas lagi untuk diperlakukan layaknya anak kecil seperti itu," sungutku dalam hati. Tapi tidak apa lah, kulihat Tante Mike tulus padaku.
Aku bisa merasakan betapa ia menyayangiku seperti anaknya sendiri. Mungkin memang benar, mereka menginginkan hadirnya anak laki-laki di tengah keluarga mereka.
"Sudah, jangan dipuji-puji terus. Bisa besar kepala dia," ucap Mama Eva sambil mencomot rengginang yang tersusun rapi dalam toples di atas meja.
"Terserah apa kata tante saja, misalkan tante memintaku dari ibu kandungku ini sekalipun, aku juga tidak akan keberatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU OM
Подростковая литература"Hei, apa kau marah karena aku tidak meyentuhmu?!" teriak Derri tepat saat tangan gadis itu memegang handel pintu hendak membukanya. Tiba-tiba gadis itu berjongkok, mengambil sebelah sepatu kemudian dilemparkannya ke arah Derri yang masih duduk di k...