Kiara duduk termenung di lantai balkon kamarnya. Dibiarkan rambut hitamnya terurai diterpa angin malam. Ingatannya kembali ke masa dua hari yang lalu. Saat itu Kiara sedang berada di Kafe Biru, menunggu kedatangan ketiga sahabat kentalnya sambil menikmati satu cup es krim favoritnya. Meski sedang gerimis sekalipun, es krim vanila tersebut tetap terasa enak di lidahnya."Suzi mana sih? Katanya sudah on the way dari tadi, kenapa masih belum datang juga." Kiara kembali mengecek jarum di jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Tanpa sengaja ekor matanya menangkap sosok yang dikenalinya baru melewati pintu masuk. Derri melangkah dengan tubuh berbalut jaket putih dan jeans biru sedikit basah akibat menembus gerimis yang sudah turun semenjak satu jam yang lalu.
Kiara langsung menundukkan kepala, berharap agar Derri tidak melihat keberadaannya. Suatu kebetulan, Derri memilih kursi tepat di belakang Kiara.
"Andra, menunggu lama? Sorry." Derri membuka percakapan sambil membetulkan posisi duduknya.
"Tidak masalah," jawab laki-laki yang ternyata bernama Andra tersebut sambil meletakkan kembali cangkir kopinya.
"Perjalanan bisnis?" tanya Derri.
"Tidak, hanya merindukan seseorang saja."
"Sukma?"
"Iya," sahut laki-laki di hadapan Derri. "Kudengar kau akan segera menikah."
"Kata siapa?"
"Aldo."
"Hanya...dijodohkan." Derri menjawab ragu.
"Buahahaha...kau dijodohkan? Apa kau sudah benar-benar kehilangan kemampuan merayu wanita?"
"Memangnya wanita mana yang akan kurayu. Semua bahkan datang tanpa kuminta."
"Termasuk wanita yang dijodohkan denganmu ini?"
"Tidak. Dia berbeda."
"Berbeda?"
"Dia bahkan menolak perjodohan ini."
"Kau sendiri bagaimana?"
"Aku hanya ingin orang tua kami bahagia."
"Ingin menjadi anak berbakti, heh?"
"Begitulah kira-kira." Derri menjawab dengan senyum simpul di bibirnya.
Perlahan hati Kiara terasa menghangat mendengar penuturan laki-laki yang duduk tepat di belakangnya itu. "Aku tidak menyangka, laki-laki songong dan menyebalkan seperti dia ternyata begitu menyayangi kedua orang tuanya. Bahkan dia memikirkan orang tuaku juga," ucapnya dalam hati.
"Jika memang begitu, segera kau tandai saja dia." Terdengar suara laki-laki bernama Andra itu lagi.
"Tidak, Ndra. Kiara gadis baik-baik."
"Bagaimana jika kau terlambat? Dia terlanjur memiliki pilihan yang lain?"
"Aku akan melepaskannya. Dia berhak bahagia."
"Dan jika dia mencintaimu?"
"Maka dia akan menjadi satu-satunya ratu di hatiku. Akan kubahagiakan dia semampuku."
"Sudah dewasa rupanya sekarang. Ah, bukan dewasa lagi, tapi tua. Cepatlah menikah."
"Kita lihat saja nanti."
"Bagaimana dengan Freya?"
Hening untuk beberapa saat, wajah Derri berubah sendu. Hingga beberapa menit kemudian Derri menjawab, "Dia hanya masa lalu."
Ada rasa penasaran yang menjalar dalam pikiran Kiara saat terdengar nama Freya dalam obrolan kedua laki-laki itu. Kiara semakin mempertajam pendengarannya. Namun tiba-tiba ponsel Kiara bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU OM
Genç Kurgu"Hei, apa kau marah karena aku tidak meyentuhmu?!" teriak Derri tepat saat tangan gadis itu memegang handel pintu hendak membukanya. Tiba-tiba gadis itu berjongkok, mengambil sebelah sepatu kemudian dilemparkannya ke arah Derri yang masih duduk di k...