Kepada para emak-emak reader yang cantik, sebelum baca, siapkan dulu kondisi hati dan jantungnya.Kepada para bapak-bapak yang budiman, setelah membaca part ini nanti istri Anda semua tidak akan senyum-senyum seperti biasanya. Semoga mereka segera kembali kepada kesehatan masing-masing. Aaminn.
Part 18
INTERMEZZO (flashback)
"Akhirnya lo bisa menghirup udara bebas, choy," seru Darren malam itu. "Kudu dirayain," lanjutnya lagi.
"Udah, jangan bengong mulu," sahut Ditto sambil menyikut lengan Derri yang sedari tadi hanya terdiam. "Yang udah, biarin udahan aja. Sekarang waktunya kita menata hidup kita untuk menyongsong masa depan yang lebih baik," imbuhnya.
"Jiah, bahasa lo. Sok bijak bener," komentar Andra.
"Hehehe... Gue dapet nyomot dari sinetron yang diliat adek gue sore tadi." Ditto cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Freya datang membawa soft drink di tangan kanan. Disodorkannya minuman itu pada Derri, kemudian segera mengambil duduk di sebelahnya.
"Udah, ayo gih kita kemana," potong Andre tidak sabar.
"Lah, kan udah gue bilang, malam ini kita rayain kebebasan Ewon," sahut Darren cepat. "Kita minum sepuasnya," lanjutnya lagi.
"Gue nggak ikutan ya, langsung pulang aja." Freya berpamitan sambil menatap Derri intens.
"Ah, lo nggak asik! Katanya lo cinta sama Ewon, masa acara buat Ewon lo malah absen," cecar Andra.
"Gue nggak biasa minum, Ndra. Takut gue," tolak Freya.
"Takut mabok?" tanya Andre. "Tenang, khusus buat lo ntar gue pesenin es susu putih aja," lanjutnya yang kemudian disambut dengan tawa lebar seluruh teman Derri disana.
Akhirnya mereka pun bertolak bersama-sama ke salah satu bar, tempat mereka biasa ngumpul dan party.
___"Argh..." Derri melenguh pelan saat dirasa pusing menyerang kepalanya yang masih terbaring lemah di atas tempat tidur. Dipicingkan matanya sekejab, tak ada satu hal pun yang bisa dilihatnya dengan jelas. Kepala dan seluruh badannya terasa berat.
Dipejamkan kembali matanya, menahan serangan-serangan tidak nyaman pada kepala dan seluruh tubuh. Kelopak matanya berkedut. "Pusing," keluh Derri tanpa suara.
Kembali dikerjabkan matanya beberapa kali. Matanya silau, kepalanya pun terasa semakin pusing mana kala sinar matahari yang masuk melalui jendela kaca di sampingnya menyorot langsung ke arah kedua matanya.
Sayup-sayup kedua telinganya menangkap suara isak tangis yang begitu halus dan pelan. Dipaksanya kedua mata untuk terbuka mencari sumber suara. Tampak seorang gadis tengah duduk meringkuk di sudut tempat tidur berbalut selimut di seluruh tubuhnya.
"Freya," disebutnya nama gadis itu dengan suara lirih. Matanya kembali terpejam.
Sesaat kemudian dipaksanya tubuh lemahnya untuk bangun menghampiri gadis yang disayanginya itu, walau dengan kepala yang masih terasa berat dan pusing. Namun sedetik kemudian, tubuhnya mendadak kaku, kala didapati dirinya dalam keadaan di luar akal sehat. Tubuhnya benar-benar polos tanpa sehelai benang pun.
Ditatapnya wajah Freya yang masih sesenggukan dihadapannya. Gadis cantik itu pun juga dalam kondisi yang sama, tertutup selimut tanpa sehelai baju pun yang membalutnya.
"Apakah kita..." Mulut Derri tercekat. Tubuhnya terpaku, tatapan matanya nanar, lidahnya kelu tak tahu harus mengucap apa.
Otaknya mulai berputar, mencoba mengingat apa yang telah terjadi. Kepingan-kepingan ingatannya kembali tersusun. Bagai potongan film yang disusun dan diputar ulang dalam memorinya.
Perlahan diedarkannya pandangan ke seluruh ruangan. Ingin rasanya menyangkal semuanya, namun bayangan itu menunjukkan kebenaran yang tak mungkin bisa ia hindari.
Celana jeans hitam teronggok begitu saja di lantai, sedangkan kaos hitam yang dipakainya semalam entah berada di mana. Sementara dress merah milik Freya tampak tergeletak kusut di sudut tempat tidur.
Teringat jelas bagaimana semalam ia telah menghujam dan menikmati tubuh indah dihadapannya itu tanpa ampun. Freya dengan kaca-kaca di kedua matanya menahan sakit saat miliknya yang belum pernah tersentuh diterobos oleh Derri untuk pertama kalinya. Bahkan tidak hanya sekali, mungkin dua atau tiga kali ia merengkuh kenikmatan dalam satu malam bersama wanita pujaannya.
Rasa bersalah merayap dan menusuk jiwa dan hatinya dengan cepat. Dihampirinya wanita cantik yang kini tampak layu itu, kemudian didekapnya erat dalam rengkuhan dada bidangnya.
"Maafkan aku, Freya."
"Ewon, bagaimana jika aku hamil?" Suara lirih terdengar dari balik dekapan dada bidang Derri.
Dikecupnya puncak kepala Freya untuk menyalurkan ketenangan. Sesekali pundak polos itu bergetar karena isakan tangis. Kedua tangannya mencengkeram erat tepian selimut yang masih menutupi tubuhnya.
Dipeluknya tubuh mungil itu semakin erat. "Aku akan bertanggung jawab, Freya," bisik Derri lemah.
"Kau..."
Freya menatap laki-laki yang dicintainya dengan lebih seksama kemudian dibalasnya pelukan itu dengan perasaan campur aduk.
"Iya, itu pun jika kau mau," sahut Derri cepat. "Aku yakin kau pun tahu bahwa sebenarnya aku menaruh hati padamu. Aku mencintaimu. Aku ingin menjadikanmu milikmu," lanjut Derri.
Freya semakin mempererat pelukannya.
"Namun itu dulu, sebelum semuanya terjadi," papar Derri sambil melepas Freya dari dekapannya.
Freya menatap bingung pada kedua manik mata Derri.
"Kini aku hanya laki-laki hina yang sama sekali tidak pantas untukmu," lanjut Derri sambil menundukkan wajahnya. "Namun perlu kau tahu, rasa cintaku padamu tidak berubah." Dibingkainya wajah cantik di hadapannya itu dengan kedua telapak tangan. "Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu."
Freya menatap ke dalam kedua netra sehitam kelam di hadapannya. Tanpa kata.
"Jika kau meminta dan mau menerima pertanggungjawabanku maka aku akan melakukannya dengan seluruh cinta yang kumiliki," ucap Derri tegas. "Itu pun jika kau mau menghabiskan seluruh sisa hidupmu bersamaku, mantan narapidana."
__________________________Derri: Gue siap dibuli dan dicaci maki.
Andre: Ada gue disamping lo.
Andra: Gue juga selalu siap buat lo.
Kiara: Kiki selalu dukung Om.
Author: Maaf Der, cuma ini yang gue bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU OM
Подростковая литература"Hei, apa kau marah karena aku tidak meyentuhmu?!" teriak Derri tepat saat tangan gadis itu memegang handel pintu hendak membukanya. Tiba-tiba gadis itu berjongkok, mengambil sebelah sepatu kemudian dilemparkannya ke arah Derri yang masih duduk di k...