Part 23. MASA LALU AXEL

2.1K 79 0
                                    


Warning!

Buat emak-emak dan adek-adek abege reader ketjeh anggota Kopisember (Komunitas Pecinta Senyum Menawan Bang Derri), siapin tisu dulu sebelum baca. Mungkin satu box cukup. Bisa jadi malah lebih.

Buat bapak-bapak yang sering merasa ditinggal mendua dengan Bang Derri, part ini merupakan kesempatan emas untuk menenangkan dan memenangkan hati istri Anda kembali. Peluk mereka, dekap mereka, dan katakan bahwa semua akan baik-baik saja.
___

INTERMEZZO 3 (flashback)

Axel kecil berlari riang mengejar puluhan kupu-kupu yang terbang di taman belakang rumah. Tak dihiraukannya panas matahari dan peluh yang menetes dari kening dan punggung kecilnya. Senyum lebar tampak tergambar jelas di wajah kala ia berhasil menangkap seekor dari mereka yang bersayap kuning cerah.

Tiba-tiba terdengar suara deru motor dari halaman depan. Axel segera berlari menyambut kedatangan seorang remaja dengan seragam putih abu-abu masih membalut tubuh rampingnya yang tegap.

"Kak Irgi!" teriak Axel sambil berlari penuh semangat ke arah remaja yang ternyata bernama Irgi itu.

"Hei, jagoan kecil," sapa Irgi sambil melepas helm full face-nya kemudian segera berjongkok menyongsong kedatangan Axel yang langsung menghambur ke dalam dekapannya.

Diangkatnya bocah empat tahun itu dalam gendongan tubuh tegapnya.

"Kenakalan apa yang kau buat hari ini, boy?" tanya Irgi sambil melangkah ke dalam rumah masih dengan membawa Axel dalam gendongannya.

"Hari ini aku tidak nakal, kak," sahut Axel cepat. "Lihatlah, aku memiliki dua kupu-kupu," lanjutnya sambil menyodorkan toples bening di tangan kirinya tepat ke depan wajah Irgi. "Kau tahu? Aku yang menangkapnya sendiri." Senyum bangga tercetak jelas di wajah bocah lucu itu.

"Benarkah? Bolehkah aku memilikinya satu?" goda Irgi.

"Tentu saja, Kakak. Semuanya untukmu." Axel mencium pipi kakak yang disayanginya itu.

Irgi menurunkan adik kecilnya di atas tempat tidur di dalam kamar pribadinya.

"Apakah kau sudah makan?" tanyanya sambil melepas sepatu.

"Sudah."

"Banyak?"

"Banyak dong."

"Sudah minum susu?"

"Sudah."

"Anak pintar," puji Irgi sambil mengacak lembut puncak kepala Axel.

"Apakah hari ini kau menjadi anak yang penurut sepanjang hari?" Irgi mengambil ponselnya dari dalam saku celana.

"Iya," jawab Axel lirih. Medadak semangatnya redup.

"Hei, kenapa kau murung?" Irgi meletakkan ponselnya di atas nakas. "Ada apa, jagoan? Ceritakan padaku!"

"Aku sudah menuruti apa kata kakak. Aku tidak nakal. Aku makan dan minum susu tepat waktu. Aku rapikan selimutku setiap bangun tidur. Aku sudah menjadi anak yang baik."

"Lantas?"

"Tapi kenapa Kak Dalton masih saja benci padaku?"

"Oh, itu." Irgi menarik nafas jengah. "Tidak, kau salah. Kak Dalton tidak pernah membencimu," dilemparkannya senyum hangat pada adik tirinya itu.

"Tapi dia terus membentakku. Dia menghindariku. Dia selalu menyuruhku pergi setiap kali aku mendekatinya," tukas anak kecil itu lesu.

"Kak Dalton menyayangimu, sama seperti aku menyayangimu," ucap Irgi. "Asalkan kau selalu menjadi anak baik seperti yang pernah kukatakan," lanjut Irgi sambil menjentik ujung hidung mancung bocah itu. "Mungkin dia sedang banyak masalah. Sudahlah, jangan pikirkan itu," lanjutnya lagi sambil menangkup kedua pipi tembam Axel.

I LOVE YOU OMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang