Part 5. PERCAYA SEPENUHNYA

5.1K 177 0
                                    

"Hah, hari ini sungguh sangat memelahkan." Derri meregangkan ototnya, masih dalam posisi duduk di kursi kerja. Disesapnya secangkir kopi yang diantarkan oleh seorang OB beberapa menit yang lalu. "Proyek kali ini benar-benar menyita waktu dan tenagaku."

"Tinggal 10% lagi, dan semuanya beres," timpal Andre yang sedang duduk di sofa dengan laptop di hadapannya.

"Tok tok tok." Terdengar suara pintu diketuk dari luar.

"Masuk," sahut Derri tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

"Maaf Pak, ini ada beberapa berkas yang harus Bapak tandatangani," ucap wanita itu begitu sampai di depan meja kerja Derri.

"Taruh saja di meja," perintah Derri. "Brenda, hari ini nanti adakah jadwal rapat penting yang harus kuhadiri?"

"Ada Pak. Rapat dengan Bapak Aldo dari Gemilang Group pukul dua siang, kemudian dilanjutkan pertemuan dengan Ibu Angeline dari Aurora Cosmetic pukul empat sore."

"Apa lagi yang akan dibahas dengan Angeline? Bukankah di pertemuan terakhir kemarin kita sudah mencapai kesepakatan?"

"Mereka mengganti pilihan temanya, Pak. Makanya ada banyak hal yang masih harus dibahas lagi dalam pertemuan nanti."

"Mengganti tema? Sama saja mengganti seluruh konsep yang telah dibuat. Hah, harus mulai dari awal lagi."

"Apakah aku harus turun tangan?" tanya Andre.

"Tidak perlu." Derri menjawab acuh. "Ya sudah, kau boleh kembali ke mejamu, Brenda. Jangan lupa nanti kau ikut rapat bersamaku."

"Baik, Pak." Brenda mengangguk hormat, kemudian segera pergi meninggalkan ruang kerja atasannya.

"Tentang perjodohan itu," sela Andre yang masih duduk di sofa sambil menatap fokus pada layar laptop. "Bagaimana pendapatmu?"

"Entahlah," sahut Derri dengan tatapan tidak beralih sedikitpun dari layar laptop di hadapannya. "Gadis itu memang cantik. Tapi dia bukan tipeku. Kau tahu bukan?"

Pandangan mata Derri teralihkan ketika tiba-tiba terdengar suara ponselnya berbunyi.

"Nomor baru? Siapa?" gumamnya sambil meraih benda tipis itu kemudian segera menggeser ikon gagang telpon warna hijau yang bergerak-gerak seiring denga nada getarnya.

"Hallo, Derri's speaking," sapa Derri sambil menjepit ponselnya diantara bahu dan telinga kanan. Sedangkan kedua tangannya masih asyik menari di atas keyboard.

"Halo, sayang. Ini tante Mike."

"Oh, halo Tante. Apa kabar?"

"Baik, sayang."

"Ada apa tante? Ada yang bisa saya bantu?"

"Begini sayang, Kiara tadi ke sekolah tidak membawa mobil. Sedangkan supir yang biasanya menjemput baru saja meminta ijin untuk menemani istrinya yang sedang melahirkan di rumah sakit. Tante minta tolong Derri untuk menjemput Kiara, bisa kan ya?"

"Tentu saja, Tante. Pukul berapa?"

"Kiara keluar kelas pukul dua, sayang."

"Ok, tante. Nanti biar saya yang jemput."

"Benarkah? Terimakasih ya, sayang."

"Iya, sama-sama Tante."

Derri mengakhiri panggilan telpon, kemudian dipandangnya ponsel itu sambil menggeleng pelan.

"Kenapa?" tanya Andre heran.

"Tante Mike. Sepertinya dia berniat sekali menjodohkanku dengan putrinya."

I LOVE YOU OMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang