Part 28. KEMUNCULAN FREYA

2.1K 78 0
                                    


"Selesai," gumam Kiara sambil mengembalikan lipcream ke meja rias.

"Sayang, kau sungguh tampak begitu cantik." Tiba-tiba saja Mike sudah berdiri di belakang Kiara.

"Mama, bikin kaget saja," sahut Kiara sambil mengelus dadanya pelan.

"Wajahmu tampak cerah bersinar. Cantik sekali," puji Mike lagi sambil mengusap pipi anak bungsunya itu. "Mama senang, akhirnya kalian resmi bertunangan. Tinggal menunggu hari pernikahan saja."

"Iya, Ma. Banyak yang harus dipersiapkan. Untung ada Om Ega yang membantu. Bahkan khusus untuk pernikahan kami ini Om Ega sendiri yang akan handle langsung."

"Semoga semuanya berjalan lacar ya sayang," ucap Mike. "Mulai sekarang Mama harus membiasakan diri tanpamu."

"Ah, Mama. Jangan bicara seperti itu. Aku jadi sedih nih." Kiara memeluk erat mamanya.

"Dasar anak manja. Mulai sekarang buang jauh-jauh sifat manja dan galakmu itu. Jangan sampai membuat Derri kecewa."

"Iya Mamaku, sayang."

"Kenapa masih di rumah? Apa tidak ke kampus?"

"Ke kampus, Ma. Hari ini tidak ada kuliah, hanya mengumpulkan tugas saja."

"Bawa mobil?"

"Tidak, Ma. Biar diantar Mang Jaja saja. Nanti pulangnya dijemput Om Derri. Katanya mau mengajakku ke kantor."

"Untuk apa?"

"Hanya menemaninya, begitu katanya."

"Hah, ada-ada saja. Aku yakin hari ini nanti dia tidak akan bisa bekerja."

"Kenapa begitu?"

"Karena ada pengganggu konsentrasi di sisinya."

"Ih, Mama. Justru aku datang untuk menjadi boosternya, Ma."

"Oh ya?" tanya Mike mendelik sangsi.

"Tentu saja."

"Terserah kalian saja," jawab Mike mengalah.

"Ya sudah, berangkat dulu ya, Ma," pamit Kiara sambil mencium punggung tangan Mike.

"Iya, hati-hati di jalan, ya."

Kiara memyembar tas di atas kasur, lalu melesat keluar kamar. Sementara Mike segera beranjak, menutup pintu kamar Kiara, kemudian berjalan pelan turun menuju dapur.
___

"Aku melihatnya."

"Siapa?"

"Freya."

Derri tercekat, terdiam untuk beberapa saat. Dilangkahkan kakinya menuju jendela kaca di sudut ruangan. Pandangannya lurus ke depan, jauh ke luar.

"Kapan?" tanyanya datar.

"Tadi pagi." Andre berjalan mendekat. Bersandar pada bingkai jendela.

"Dimana?"

"Di seberang jalan kantor kita." Andre menatap lekat manik mata Derri. Berusaha mencari tahu apa yang dirasakan bosnya itu sekarang. "Aku melihatnya masuk ke dalam taksi online."

Derri tetap diam, masih dengan wajah datar.

"Sepertinya sekarang dia tinggal di kota ini," ucap Andre tanpa mengalihkan pandangan matanya.

Sedangkan Derri masih diam, menerawang jauh ke luar jendela.

"Aku akan menyuruh Jefry untuk menyelidikinya."

"Tidak perlu," ucap Derri akhirnya setelah lama terdiam. "Aku tidak ingin lagi terikat dengan masa laluku," lanjutnya sambil memandang nanar ke arah Andre. "Aku ingin melupakan dan lepas dari semuanya."

I LOVE YOU OMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang