Part 25. BERTEMU MANTAN

2.3K 97 8
                                    


Jam enam tepat Derri melangkahkan kaki memasuki rumah bernuansa modern itu dengan siulan pelan.

Dilihatnya Iyem yang tengah asyik ngepel sambil megal-megol mengikuti irama musik yang diputarnya dengan volume sedang.

"Karena ku selow, sungguh selow, sangat selow, tetap selow. Santai, santai, Tuhan pasti kan berikan gacoan..." Suara sember Iyem merajai hingga ke seluruh sudut ruangan.

"Pagi, Mbak Iyem," sapa Derri sambil lalu.

"Eh, pagi juga, Mas ganteng," jawab Iyem sambil mengelus dada, kaget. "Tumben pagi-pagi sudah kesini, Mas?"

"Iya, janjian sama Kiki mau jalan-jalan di Solo CFD."

Iyem kembali memperhatikan penampilan calon suami majikannya itu dari belakang. Jamper hoodie, celana selutut dan sepatu sport dengan warna serba putih. Memang terlihat pas sekali dengan kulit bersih dan badannya yang tegap itu.

"Cewek cantik mah sah-sah aja ya dapet cowok ganteng kayak gitu," gumam Iyem dalam hati, kemudian segera dilanjutkan tugas dinasnya hari ini sambil kembali berdendang "Aku mah apa atuh, cuma selingkuhan kamu. Aku mah apa atuh, cuma pacar gelapmu..."

Derri menghentikan langkahnya tepat di ujung anak tangga paling bawah. Ditolehnya si Iyem yang sudah kembali megal-megol asoi.

"Sudah pada bangun semua, Mbak Iyem?"

"Bapak sama Ibu jogging muter komplek, Mas," lapor Iyem singkat. "Kalau non Kiara, masih di kamar," lanjutnya. "Dari jam empat tadi ketawa-ketawa, trus nangis-nangis sendiri gitu, Mas," tambahnya lagi.

"Menangis?" Derri membeo.

"Iya, Mas."

Derri mengernyitkan keningnya sesaat. "Ada apa dengan anak ini?" gumamnya penasaran. Segera dilangkahkan kakinya menaiki tangga menuju lantai dua.

"Ki," panggilnya pelan begitu tiba di depan pintu kamar Kiara.

Hening, tak ada jawaban. Ditempelkan telinga kirinya pada daun pintu. Sayup-sayup terdengar suara sesenggukan dari dalam kamar. Tanpa menunggu lama Derri langsung membuka pintu yang kebetulan tidak terkunci itu.

"Ada apa, Ki?" tanya Derri begitu pintu terbuka. Tampak raut khawatir dan cemas tercetak jelas di wajahnya.

Hening, tidak ada sahutan. Diedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Dilihatnya gadis yang tengah dikhawatirkannya itu terduduk layu di sudut tempat tidur.

Bantal, guling dan selimut berantakan. Di sekelilingnya pun bertebaran tisu bekas dipakai.

Derri masih berdiri tegak di ambang pintu. Ditatapanya wajah Kiara lekat-lekat. Tampak sembab, seperti habis menangis. Matanya sayu, rambutnya dijepit ke atas dengan asal-asalan. Namun herannya, gadis itu tetap saja tampak menarik di mata Derri meskipun sedang berantakan.

Derri melangkahkan kakinya perlahan. Menghampiri Kiara yang bergeming.

"Ki, are you oke?" tanya Derri pelan.

Kiara diam, kedua bibirnya tertekuk ke bawah. Mata sayunya menatap lekat layar laptop di pangkuannya. Kedua kelopak matanya bengkak dan sembab tanda habis menangis. Bahkan kini kedua matanya pun tampak berkaca-kaca, siap menumpahkan bulir-bulir kesedihan kembali.

Derri yang dipenuhi kebingungan dan rasa cemas pun akhirnya memutuskan untuk turut naik ke atas tempat tidur.

"Ki, what happen with you?" tanya Derri lagi setelah berhasil duduk di sebelah Kiara. Sementara gadis itu tetap diam, pandangannya tidak teralihkan sama sekali.

Tiba-tiba, "Huwaaa... Huwaaa...!" Kiara menagis sejadi-jadinya.

"Ki, Kiki." Derri menepuk pelan pipi Kiara. "Hei, ada apa denganmu, sayang?" lanjutnya. Digesernya layar laptop hingga menghadap ke arahnya.

I LOVE YOU OMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang