"Kiki," panggil Derri dari balik pintu kamar Kiara.Semenjak memberi nama panggilan spesial, Derri terdengar sangat sering memanggil nama gadis belia itu di setiap kesempatan. Sengaja memang, karena Derri sangat senang melihat wajah cemberut itu kala nama pemberiannya disebut. Tapi sepertinya sekarang tidak lagi, wajah gadis itu justru menjadi bersemu merah setiap Derri memanggilnya. Sakitkah dia? Entahlah, mungkin perasaan Derri saja.
"Apakah kau sudah siap?" Derri membuka pintu kamar Kiara. Dilihatnya Kiara tengah berkutat dengan lipstik di depan meja rias.
"Selesai." Akhirnya Kiara berujar sambil membalikkan badannya menghadap Derri. "Bagaimana menurutmu?"
Tunik kuning berbahan kaos dengan detil aplikasi bunga warna-warni di dada, dipadu legging putih polos yang membalut hingga mata kaki membuat pemakainya tampak segar dan manis dalam waktu bersamaan. Rambut sepunggungnya dibiarkan tergerai, berhias bandana putih bermotif polkadot kuning di kepala dengan poni tipis sebatas alis membuat gadis itu tampak semakin menggemaskan.
"Hei, kenapa malah bengong?" seruan Kiara mengembalikan kesadaran Derri.
"Mmm...lipstiknya," sahut Derri sambil menyentuh bibirnya sendiri dengan telunjuk kiri.
Tanpa sadar Kiara pun melakukan hal yang sama. "Apa?" tanyanya dengan wajah bingung.
Derri melangkahkan kakinya perlahan menghampiri Kiara. Diulurkannya tangan kirinya.
"Ada sedikit kurang rapi di bagian ini." Derri mengusap bibir bawah Kiara yang berwarna soft pink dengan telunjuk kirinya.
Benarkah yang dikatakan Derri? Ohoho... Jangan tertipu, itu hanya akal bulus laki-laki itu saja supaya bisa menyentuh bibir indah Kiara.
"Sudah," ucap Derri sambil menarik kembali tangannya perlahan. "Ayo," lanjut Derri kemudian menggamit tangan kiri Kiara dan segera menariknya keluar kamar.
Hati Kiara menghangat mendapat perlakuan yang tidak terpikirkan sama sekali olehnya itu. Dilangkahkan kakinya beriringan dengan tangan masih dalam genggaman hangat laki-laki yang telah membuat jantungnya berdebar kencang tiap kali berdekatan dengaannya itu.
"Akhirnya Eyang bisa bertemu dengan cucu tersayang lagi," seru Eyang Kakung begitu melihat Kiara masuk ke dalam ruang keluarga. "Kemarilah, nak," lanjut Eyang Kakung sambil bergeser mengosongkan tempat duduk di sebelahnya.
Kiara pun mendekat, kemudian mencium punggung tangan laki-laki tua itu sambil melemparkan senyuman hangat.
"Apakah Eyang Kung merindukanku?"
"Tentu saja," jawab Eyang Kakung cepat sambil memeluk cucu kesayangannya itu semakin erat. "Dasar cucu kuranga ajar, kau biarkan Eyangmu ini menanggung rindu sendiri disini," sungut Eyang Kakung pura-pura marah.
"Bukan sendiri. Tapi Eyang Uti juga kangen, nduk." Eyang Putri meralat ucapan suaminya sambil berjalan mendekat kemudian duduk di samping Kiara.
Kiara segera memeluk Eyang Putri setelah mencium punggung tangan beliau.
"Dasar anak nakal, apa saja yang kau lakukan disana, hingga melupakan kami yang sudah tua ini?"
"Maaf, Uti. Bukan maksud Kiara seperti itu. Kemarin Kiara sibuk menghadapi ujian akhir sekolah."
"Hallah, kau ini banyak alasan," tukas Eyang Putri sambil mencubit gemas pipi Kiara. "Bilang saja kau sibuk pacaran," tambah Eyang Putri.
"Tidak," tukas Kiara.
"Masih saja menyangkal? Lantas siapa laki-laki di belakangmu ini? Heh?" Eyang Putri menunjuk ke arah Derri. Mendadak wajah Kiara bersemu merah. Ia hanya diam, tidak tahu bagaimana lagi harus menyangkal tuduhan kedua eyangnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU OM
Подростковая литература"Hei, apa kau marah karena aku tidak meyentuhmu?!" teriak Derri tepat saat tangan gadis itu memegang handel pintu hendak membukanya. Tiba-tiba gadis itu berjongkok, mengambil sebelah sepatu kemudian dilemparkannya ke arah Derri yang masih duduk di k...