Jayendra membuka sepatunya, lalu menaruhnya di rak, ia menata sepatu hitam tersebut dengan rapi. Bunda Jayendra selalu mengajarkan agar Jayendra dan Abangnya hidup rapi dan bersih.
"Nana pulang" ujarnya, kaki Jayendra memasuki rumah perlahan.
Prang....
"KENAPA KAU SELALU MERASA KURANG? AKU SELALU DISINI, BERSAMA MU, KENAPA KAU LEBIH MEMILIH MENGHABISKAN WAKTU DENGAN PARA JALANG ITU"
PLAKKKK
"JAGA UCAPANMU! MEREKA BAHKAN JAUH LEBIH BAIK DARI PADAMU"
Air mata Jayendra turun tanpa dapat dicegah, ia berlari ke arah kamarnya, mengunci ruangan tersebut lalu menangis dalam diam.
Sebulan terakhir, Bunda dan Ayahnya selalu terlibat pertengkaran hebat, Ayah Jayendra, seringkali membawa wanita lain kerumah, dan bersenang-senang dengannya.
Itu terjadi setelah perusahaan Ayah Jayendra meningkat pesat, dan Ayah Jayendra ketahuan berselingkuh dengan sekretaris pribadinya.
Bukannya jera, Ayah Jayendra bahkan menjadi lebih berani membawa wanita-wanita itu datang kerumah.
"Kau keterlaluan! Kau tau? Aku ini istrimu! AKU MASIH ISTRIMU! tak seharusnya kau membawa wanita sialan itu kerumah ini" Jayendra menutup telinganya kuat-kuat, ia tak suka mendengar kedua orang tuanya saling memaki satu sama lain. Jayendra takut karna otaknya selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Bagaimana jika orang tua nya bercerai?
Bagaimana Jayendra akan hidup dengan figur orang tua yang tak utuh?
Bagaimana caranya Jayendra hidup hanya dengan satu orang tua?Semua nya berputar seperti kaset dikepala Jayendra. Terbiasa dengan keluarga yang harmonis menyebabkan Jayendra benar-benar terguncang dengan pertengkaran kedua orang tuanya.
Ia takut, bahkan tangannya ikut bergetar, dadanya bergemuruh, napas Jayendra terasa sesak.
~*~
"Nana?" Jeffry, abang Jayendra, mendobrak pintu kamar Jayendra, ia menemukan Jayendra sudah meringkuk ketakutan dengan air mata yang mengalir.
"Abang, mereka marah-marah lagi, Nana takut, Nana takut, Nana takut" Jeffry menggeleng, memeluk Jayendra erat, berusaha memberikan efek tenang kepada Jayendra.
Napas Jayendra sudah tak teratur, tak hanya Jayendra, Jeffry pun takut, takut jika asma Jayendra kembali kambuh.
"Nana gak perlu takut, ada abang disini, Nana jangan nangis lagi, Nana tarik napas, buang pelan-pelan" Jayendra tak mengindahkan ucapan Jeffry ia masih menangis, membuat baju bagian dada Jeffry terasa basah.
"Abang sesek" Jayendra memukul dadanya berkali-kali, berusaha menghilangkan rasa sesak di dadanya, ia bahkan sudah kesulitan untuk bernapas.
"Jangan dipukul dadanya, inhaler Nana mana? Jangan dipukul dek, nanti makin sakit!" Jeffry membongkar isi tas Jayendra panik, tetapi ia tak menemukan inhaler milik Jayendra disana.
"D-di lemari belajar b-bang" Jeffry membuka pintu lemari belajar Jayendra, ia menemukan sederet inhaler milik Jayendra disana.
"Ini napas pelan-pelan, jangan dipukul dadanya" Jayendra menurut, beberapa menit kemudian, napas nya menjadi lebih baik, membuat Jeffry dapat bernapas lega.
Ia menghapus sisa-sisa air mata yang terdapat di wajah Jayendra.
"Jangan nangis lagi, kasian dadanya, Nana juga jadi susah napas kan?" Jayendra mengangguk, menyembunyikan kepalanya di dada Jeffry.
"Tapi Nana takut, tadi mereka berantem lagi, mereka teriak-teriak lagi" Jeffry mengusap rambut Jaeyandra lalu mengecup pipi Jayendra gemas.
Jauh didalam lubuk hati Jeffry, Jeffry sedih, karna adiknya yang masih kecil harus merasakan pertengkaran hebat kedua orang tuanya, Jeffry hanya takut dengan keadaan mental Jayendra, remaja seperti Jayendra masih labil, Jeffry hanya takut, Jayendra terjerumus ke hal yang tidak baik karna merasa tidak memiliki tempat pulang.
"Gak perlu takut, abang disini, bakal selalu meluk Nana apapun yang terjadi"
Setidaknya, hari itu, Jayendra percaya dengan ucapan Jeffry.
~*~
![](https://img.wattpad.com/cover/198234118-288-k549363.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Abang {Na Jaemin}
Teen Fiction"Bang, Nana mau pulang" -Jayendra Naresh Mahesa Na Jaemin Lokal FanFiction _____________________________________________ Start: 5 Agustus 2021 Finish: 29 Januari 2025 Cover: Search in:pinterest Edit:amelia kholidia Story by: Amelia Kholidia Bukan ma...