|2.9| fakta baru

1.4K 199 5
                                    

Jayendra muak, Ibu baru, ah bukan, maksud Jayendra, wanita yang dinikahi Ayahnya selalu berbuat baik kepadanya.

Padahal Jayendra tahu, wanita itu tak sebaik kelihatannya. Memang Jayendra belum mendapat perlakuan buruk, tapi bukankah semua ibu tiri begitu? bersikap semena-mena, berfoya-foya, dan menyiksa anak tirinya.

"Nana? makan dulu nak, Mama sudah masak" Jayendra terdiam, lalu melirik wanita itu. Jayendra memang tak suka kepadanya, tapi tetap saja, wanita itu, ibunya sekarang.

"Makan yang banyak ya? nanti habis makan taro aja piring nya di wastafel, gak perlu di cuci biar Mama yang cucikan" Jayendra masih tetap diam, saat wanita itu mengambilkan sepiring nasi lengkap dengan lauk pauknya.

Jayendra menghela napas, seminggu setelah pernikahan itu, Ayahnya belum kembali, ia hanya tinggal dengan Mama tirinya. Jayendra tak tahu, bagaimana harus bersikap kepada Mama tirinya, Jayendra tak suka dengan wanita itu.

"Ya udah, Nana makan ya, Mama ke kamar dulu" bahkan Mama tirinya peka, Jayendra tak mau makan berdua dengannya, sampai-sampai ia akan selalu menunggu di kamarnya sampai Jayendra selesai makan.

Jayendra bimbang.

~*~

"Ck, tak usah mendekat, aku bisa mengurus diri ku sendiri" Jayendra menghela napas, ia kira, ia tak akan mendengar ucapan amarah dari Ayahnya lagi, bukankah wanita itu sudah menjadi istrinya sekarang?

"Mas! Aku ini istri kamu! Wajar dong kalau aku mau nyiapin seluruh keperluan kamu" Jayendra menatap dari ujung tangga, ia benar-benar muak dengan suara pertengkaran, ia hanya memperhatikan, bagaimana Ayahnya dengan mudah mengeluarkan suara dengan nada tinggi.

"Aih, kalau tidak karna Ayah mu! Aku tak akan pernah mau menikahimu, kau tau? Kau itu hanya jalang!"

Plak

"Jaga ucapan mu mas! Kalau seandainya kau tak mabuk hari itu! Dan aku bisa melarikan diri, kita tak akan melakukan hal itu, yang salah disini dirimu! Kau lah yang bajingan" Jayendra lagi-lagi terdiam, ternyata mereka menikah karna keterpaksaan? Jayendra paham sekarang, apakah ia akan memiliki adik kecil?

PLAK

Jayendra terkejut, saat mendengar suara tamparan yang begitu keras, Mama tirinya sudah tersungkur ke lantai dengan tangan yang memegang pipinya.

Jayendra spontan turun ke lantai bawah.

"Ayah! Jayendra tak tahu, apa yang telah terjadi, hingga Ayah bisa menikahi dia, dan kalian menjadi suami istri, Jayendra tak tahu apa yang kalian alami, Jayendra memang tak menyukai dirinya, tapi bisakah Ayah bersikap lebih lembut? Walaupun, seandainya ia bukan istri Ayah, ia tetap seorang wanita, Ayah tak bisa bersikap semena-mena" Jayendra membantu Mama tirinya untuk bangkit.

"Kalau memang Ayah bisa melakukan semuanya sendiri, ya sudah, silahkan lakukan semuanya sendiri, kami tak akan peduli tentang apa yang akan kau lakukan" Jayendra menuntun Mama tirinya untuk duduk di kursi, lalu ia mengambil kompresan untuk menghilangkan bekas merah di pipi Mama tirinya. Tak lupa Jayendra juga membawakan minum.

Saat kembali ke ruang tengah, Jayendra tak lagi melihat Ayahnya, mungkin Ayahnya sudah pergi? entah lah.

"Jadi kalian menikah karna terpaksa?" Jayendra yang memang penasaran akhirnya membuka suara, ini kali pertama Jayendra berbicara kepada Mama tirinya. Terlihat Mama tiri Jayendra mengangguk samar.

"Aih, ku kira kalian menikah karna memang ingin, seharusnya kau tak perlu menyetujui hal itu, karna sama saja kau menyiksa diri mu sendiri, lelaki itu, cerai dengan Bunda ku juga karna hal ini" Jayendra memberikan minum kepada Mama tirinya.

"Maaf jika selama kau disini aku terkesan tidak sopan, sebenarnya aku hanya merasa aneh, tiba-tiba kau datang sebagai ibu tiri bagi ku, simple saja, aku merasa tidak nyaman karna itu" Mama tiri Jayendra tertawa pelan, lalu mengangguk. Ia mengusap kepala Jayendra.

"Yah, aku tahu, kau tak nyaman, karna aku yang tiba-tiba datang ke sini, dan berperan sebagai seorang Mama tiri, belum lagi, kau pasti merasa waspada karna sifat ayahmu kan? sekarang, karna kau sudah tahu faktanya, bisa kah aku meminta sesuatu?" Jayendra terdiam, tak lama ia mengangguk pelan.

"Bisakah kita menjadi teman? Aku merasa sendirian di rumah sebesar ini"

Dear Abang {Na Jaemin}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang