17 - Neysa : Kejutan dari Semesta

26 8 8
                                    

Setengah jam kemudian, kami sampai disebuah angkringan kecil ditepi jalan, yang ada lesehannya. Kecil tapi ramai, mungkin ini gambaran nyata kesederhanaan hidup. Biar saja jadi rakyat kecil asal tidak kesepian. Daripada jadi pejabat negara yang besar tapi berjuang sendirian, karena yang dikira kawan sekalipun bisa saja melawan.

Naff seolah busa membaca isi kepalaku, ia lekas berkata, "Ney, tenang saja, Jihan itu nggak gigit, kok!"

"Iya!"

"Yaudah ayo turun!"

Aku mengikat jaketku yang masih lembab dipinggang dan menyandang kembali tas selempangku. Turun dari mobil antik Naff.
"HEI, JIHAN!" Sapa Naff berteriak.

"HOLA, NAFFIS ANUGERAH!"

Mataku terperangah melihat sosok didepanku. Rasanya mataku membulat sepuluhkali lipat. Kata Naff Jihan itu banci, dan kemayu. Tapi yang sedang berdiri didepanku ini adalah orang paling seram yang pernah kulihat dan jelas sekali, kalau ia adalah laki-laki. Brewoknya penuh mulai dari kumis dan jenggot, rambutnya pun panjang menjulur sampai kebawah pinggang, dan warna rambut, kumis, juga jenggotnya itu adalah warna putih, pigmen rambut khas orang Eropa.

Melihat ekspresiku yang begitu shock dan speechless, Naff tertawa terbahak-bahak. Dia puas sekali melihatku bingung.
"Kenapa, Ney?"

"Enggak!" Aku menelan ludah dengan susah payah, Naff niat banget membuatku terlihat bodoh.

"Hei, kenalin dong sama Eike, siapa tuh cewek yang disampingmu, Naff..!"
Mataku hampir keluar saat Jihan bicara seperti itu, Naff benar-benar membuatku tidak tahu harus berbuat dan berkata apa.

"Duh gemess banget sih, ini, cewek, kenapa? Terpukau, ya, lihat ketampanan Eike! Oh atau kecantikan, Eike?"

Aku merinding geli, seumur hidupku baru kali ini aku melihat laki-laki seperti Jihan. Naff makin keras tertawanya, aku dan Naff pun duduk bergabung dimeja tempat Jihan tadi minum kopi.

"Ini yang namanya Neysa!" Kata Naff sesaat kemudian, ia coba meredam sedikit tawanya.

"Oalah ini, toh gadis yang sering diceritain sama Naffis yang ganteng ini!"

"Hahahah... Masih kaget dia, lihat kau, Jihan!"

"Hei, janganlah kaget!" Jihan mendekat, hendak menyentuh pundakku, tapi aku menjauh, menghindar dari sentuhannya.

"Bahhh... Galak rupanya yang namanya Neysa ini, ya! Nggak bohong kau rupanya, Naff!"

"Hahahah..." Naff cuma tertawa.

"Tenang saja, Ney, Eike ini nggak menggigit!"

"Sudah aku bilang begitu, Jihan, tapi dia nggak percaya! Hahaha..."

"Ekhemm... Ekhemmm!" Jihan berdeham.

Duh, mau ngapain lagi, sih, ini manusia! Sok-sok batuk-batuk segala? Pikirku dalam hati.

"Maaf Ney, tadi gue cuma pura-pura, disuruh Naffis!"

Tawa Naffis lagi-lagi pecah, dia terlihat puas!
"Gokil acting lu, bro! Parah!" Naff menepuk-nepuk pundak Jihan.

Aku menginjak kaki kanan Naff, lalu mencubit lengannya dengan sekuat tenaga, namun tawanya malah semakin menggelegar. Aku makin jengkel, tapi ujungnya senyum-senyum.

"Gue cowok tulen, kok!" Tambah Jihan sebelum ia naik keatas panggung angkringan itu.

Aku hampir percaya tidak percaya saat ia menyanyikan salah satu lagu Melly Goeslaw diatas sana dengan pesannya yang sangat sampai. Setelah Jihan selesai bernyanyi, kami pun kembali berbincang.

UTUH (Denganmu, Ada Kalimat Yang Tak Kunjung Kuberi Titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang