6 - Neysa : Pembelaan Naff

52 12 6
                                    

Mau dilupakan atau tidak dilupakan, hal yang sudah terjadi dimasa lalu itu akan tetap jadi bayangan kita, kan. Ia akan tetap akan jadi bayangan. Yang terkadang bisa menyenangkan sekaligus menyedihkan.

Pada bab ini, rasanya kita tidak perlu banyak membahas seseorang yang sedang aku simpan dalam saku masa lalu, ya. Aku sedang ingin menyimpannya rapat-rapat. Menyembunyikannya ditempat yang sama sekali tidak bisa dijamah oleh siapapun. Mengunci hatiku rapat-rapat, sampai tidak ada satu orang pun yang bisa membukanya, aku akan mencoba nya, mungkin saja aku bisa.

Setelah sampai dirumah, memeriksa file dari kak Andeva, aku tidak sengaja menjatuhkan gulungan sapu tangan yang diberi Naff, aku hampir melupakannya. Aku membentangkan sapi tangan itu dikedua telapak tanganku, membacanya sambil senyum-senyum, sambil memutar kembali ingatan obrolan kami tentang Jihan tadi.
Kalian tahu, tidak, isi dari sapu tangan itu apa?
Aku mengkerut kan dahi saat tahu isinya adalah sebait puisi, aku baru tahu kalau Naff juga pandai menulis puisi. Yang membuatku tertawa, ia menulisnya dengan pena diatas sapu tangan. Entah apa tujuannya.
Bunyi puisinya seperti ini, jangan bilang aneh, ya. Naff kan memang begitu orangnya :

Neysa, musuhku.
Neysa, si tukang marah.
Neysa, temanku.
Neysa, si pembenci jarak.
Neysa, dapat salam dari Jihan.
Jangan nangis lagi, katanya.
Jihan pengen ketemu.
Tapi tanpa cupika-cupiki.
Karena katanya dia belum mandi lima hari.
Jihan pengen nyanyi.
Menghiburmu, katanya.
Biar Neysa senyum saat ini juga.
Jihan lega sekarang.
Salam kenal dari Jihan.
Nanti ia datang membawakanmu jus mangga.

Jihan : Jangan Ingkari Hatimu Atau Nadirmu.

Tertanda,
Agent Naffis Anugerah
Misi utama turun ke bumi : membuat agent Ney senang.

🌍👩‍🚀

"Gimana, Ney?"
Naff cengar-cengir saat aku naik keatas metromini dan duduk disampingnya.

"Gimana apanya?" Aku pura-pura tidak tahu.

"Ah, Yaudah, tidak jadi, deh!"
Naff jadi membeku, kaku, bingung harus bicara apa lagi.

"Haha, saputangan itu, kan? Bilang sama Jihan, makasih ya!"

"Jihan bilang sama-sama! Jihan itu nama ceweknya Ney, kalo pas jadi cowok namanya itu Jihoon!"

"Hahah. Bilang sama Jihan, namanya dia itu lucu!"

"Jihan bilang makasih!"

"Kenapa kamu tulis di saputangan? Kenapa bukan dikertas!"

"Kalau kertas, terus tidak sengaja kamu cuci, nanti rusak. Kalau saputangan, walaupun kamu cuci Beratus kali, insyaallah, nggak bakal rusak." Naff tersenyum jahil, "Kecuali kamu cucunya sambil pake emosi! Hahaha..."

"Ya enggak lah. Oh iya, mobil yang waktu itu dipakai ke Bogor, itu punyamu?"

Naff mengangguk, "Hasil menabung!"

"Hebat!"

"Kata Jihan juga, aku ini hebat!"

"Aku nggak mau kamu sama-samain sama Jihan, ya, Naff!"

"Haha...!"

"Oh iya, mobilmu itu boleh aku pinjam?"

"Pinjam kemana?"

"Bukan aku sih, yang pinjam, tapi Kak Andeva. Buat angkut barang-barang keperluan panitia acara camping besok!"

"Kamu jadi ikut?"

"Yaa... Aku kan anak PMR, harus ikut, Naff!"

"Emang campingnya dimana?"

"Deket, kok, didaerah Tangerang sini doang!"

UTUH (Denganmu, Ada Kalimat Yang Tak Kunjung Kuberi Titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang