~Tangerang, 22 Juli 2013
Suasana sekolahku begitu meriah. Tahun ini angkatan kami mengajukan acara perpisahan sekolah, berkali-kali ditolak, tapi aku tetap mengirim proposal yang sudah kami susun seindah dan sekhidmat mungkin lagi, lagi dan lagi.
Mulai dari pensi, dresscode, makanan, desain panggung, susunan acara, bintang tamu, sampai segala detail-detail kecil, seperti hiasan tenda dan warna kursi pun sudah kami susun, dan akhirnya, proposal kami yang ke-sepuluh pun di ACC oleh kepala sekolah.
Yang tidak kusangka-sangka adalah datangnya Andiva diakhir acara, ia datang mengendap-endap, lalu mencubit pipiku dari belakang, "Cantik banget, sih, sahabatku ini kalau dandan!"
"Masyaallah, Divaaaaa!"
"Taraaa! I'm Here!"
Aku langsung berhambur memeluknya erat sekali, "Kangen banget sama kamu!"
"Sama, kangen juga sama kamu!"
"Aku mau minta maaf, Div, soal waktu itu!"
"Its okay, udah lama banget kali! By the way, boneka dari kak Deva masih disimpan, nggak?"
"Masih, kok, dikamar!"
"Oh begitu, aku dengar kamu dapat beasiswa di Belanda, ya?"
"Iya, kamu gimana?"
Seperti biasa, kalau perempuan sudah bertemu teman lama, akan menjadi begitu cerewet. Aku tidak bisa berhenti bertanya."Aku lanjut ke Paris! Sama bang Deva bareng. Kapan-kapan main ke Paris, ya!"
"Iya... Nanti pasti main!"
"Naff gimana?"
"Hah? Kok nanya dia?" Aku menggusap tengkuk belakangku yang sebenarnya tidak gatal.
"Benarkan perkataanku, kalau cara melupakan seseorang dimasa lalu itu adalah menemukan seseorang yang baru!"
"Maybe!"
"Ney, dulu, yang aku maksud 'seseorang yang baru' itu Kak Deva. Tapi kenyataannya kamu malah pilih Naff."
"Div, tapi, kan kamu suka sama Naff!"
"Aku? Suka sama Naff?"
"Iya. Bukannya dulu kamu sempat kirim surat sama Naff?"
"Tapi setelah aku baca novel yang Naff tulis 'Kisah Diatas Menara' lalu aku jadi paham jalan ceritanya seperti apa dan siapa yang Naff pilih."
"Hubungannya apa?"
"Kamu sudah baca itu, kan, Ney?"
"Iya sudah!"
Tapi masalahnya disini aku tidak paham apa hubungannya antara cerita itu dengan seseorang yang Naff pilih. Kisah Putri Azura itu ceritanya ia disukai oleh seorang putra raja dan seorang panglima perang kerajaan. Dua orang itu menjanjikan mahar yang berbeda. Sang Putra raja yang bernama Keanu, menjanjikan banyak kekayaan, pesta pernikahan, upacara kerajaan, yang sangat meriah serta istana yang megah. Sedangkan si panglima perang kerajaan, bernama Anam cuma menjadikan menara sebagai maharnya. Lalu sang putri diberi waktu untuk melakukan pendekatan, sehari bersama Keanu dan sehari bersama si Anam. Ternyata sang putri memilih hidup sederhana dengan Anam, si panglima perang kerajaan. Begitu cerita singkatnya.
"Kamu sudah paham maksud ceritanya belum?" Tanya Andiva lagi.
"Belum, Div!"
"Biar penulisnya sendiri, deh, yang jelaskan kekamu!" Andiva menunjuk kearah belakangku, "Itu..."
"Yaudah, aku pamit, ya, Ney! Nggak mau ganggu!" Ucap Andiva berjalan menjauh.
Saat aku menoleh kebelakang, sudah ada Naff berdiri dengan sekuntum mawar merah. Bagaimana mungkin Naff tiba-tiba ada disini. Aku sedang tidak bermimpi, kan? Berkali aku mengigit bibirku sendiri, dan rasanya sakit. Aku tidak bermimpi, Naff benar-benar ada didepanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
UTUH (Denganmu, Ada Kalimat Yang Tak Kunjung Kuberi Titik)
TeenfikceSetiap kisah selalu bermula untuk berakhir, selalu bertemu untuk berpisah, selalu suka untuk luka, ibarat dua mata pisau yang bisa membuai dan juga membunuh. Pencarian makna utuh seorang Neysa. Mari kita mulai dari bab pertama.