Membuka lembar baru ternyata tidak semudah mengangkat kedua bahu sambil berkata, 'aku sudah tidak mau tahu!'. Yang rapuh, jatuh dan luluh pasti pernah begitu tersemu dimasa yang lalu. Pernah begitu percaya tapi selalu diperdaya. Ah, kadang memang kenyataan suka se-bercanda itu. Sulit ditebak, sekaligus sulit diterima.
Tapi mau seperti apapun kondisinya, kenyataan selalu mengharuskan kita tetap bertahan. Ya, meski kita sendiri tidak tahu kedepannya nanti akan bahagia atau bukan. Tapi menerima ketidakpastian tentu akan lebih menyebalkan jika tidak dikuatkan oleh perasaan juga keyakinan. Entahlah, sudah seperti apa perasaanku saat ini padanya, pada dia yang berjanji tidak akan membuatku kesepian. Sedang apa dia, sekarang? Bahagiakah dia menjadi seorang penerbang?
"Hai, Ney, nanti pulang sekolah jadi, kan?" Naff datang tiba-tiba saat aku sedang sibuk mengaduk-aduk kwetiaw dikantin.
"Eh, iya, jadi!"
"Kenapa? Kwetiawnya nggak enak, ya?" Naff memandangi tangaku yang tidak berhenti mengaduk sembarang kwetiaw didepanku.
"Enak kok, cuma masih panas aja!"
Sebenarnya, bukan karena itu, tapi karena pikiranku sendiri sudah berhasil merenggut selera makanku."Oh gitu, bentar, ya, aku mesan makanan dulu!"
"Hmm..."
Tak lama Naff membawa nampan sendiri, berisi semangkuk mie ayam, semangkuk Indomie goreng, semangkuk Indomie rebus campur telor, dan sepiring omlet mie dan telor. Tak lupa juga minumannya, ia membawa empat gelas tinggi jus mangga.
"Naff! Ini banyak banget!"
"Nggak banyak, Ney!"
"Ya, tapi buat apa semua menu mie ini?"
"Loh kamu nggak ingat?"
"Apa?"
Aku tidak ingat apa-apa. Hari ini juga bukan ulang tahun Naff maupun ulangtahun ku."Hari ini kan hari mie se-planet Naffis Anugerah Raya. Haahaha!"
"Hah? Kita ini sedang dibumi, bukan sedang diplanet-mu! Hey! Fokus, Naff!"
"Hahaha... Anggap aja kita lagi makan istirahat diplanet keren itu."
"Keren karena pakai nama kamu?"
"Bukanlah.
"Keren karena yang boleh kesana cuma aku sama kamu!"
"Andiva gimana? Boleh ikut nggak dia?"
"Terlalu cerewet!" Bisik Naff.
"Hahaha..."
"Hehe, iya kan?"
"Terus, kalau Tesa?"
"Oh iya Tesa, tahu nggak, tadi, dikelas, dia pinjam semua jam tangan temen-temen sekelas!"
"Hah? Buat apa?"
"Dia pakai, dideretin ditangannya!"
"Semuanya dipakai?"
"Iya, sampe siku kanan dan siku kiri! Gila, kan, dia?"
"Hahaha! Terus pada marah nggak yang punya jam tangannya?"
"Enggak, malah pada ketawa pas Tesa bilang, 'PENGUMUMAN-PENGUMUMAN! HARI INI, SAYA, ATAS NAMA TESA! MERESMIKAN DIRI SAYA SENDIRI, SEBAGAI MANUSIA JAM SE-REPUBLIK GEBLEK RAYA!' Hahaha... Geblek emang itu cewek!"
"Hehe,, Tesa-Tesa!"
"Ada lagi, kemarin, dia bawa kucing garong kedalam kelas pas pelajaran kosong, Terus, dia taro didalam tasnya sendiri. Dia pura-pura buka tasnya, kucingnya langsung lompat dong, eh dia langsung teriak, 'DASAR KUCING GARONG GEBLEK!' Eh habis itu dia malah naik keatas kursi, nyanyi sambil joget, 'Kelakuan si kucing garong! Ora kena ndeleng sing mlesnong! Mainan sikat main embat! Apa sing liwat!' Bahagia gitu ekspresi dia kalau satu kelas ngetawain dia, Ney, hahaha!"
![](https://img.wattpad.com/cover/194081885-288-k219018.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UTUH (Denganmu, Ada Kalimat Yang Tak Kunjung Kuberi Titik)
Novela JuvenilSetiap kisah selalu bermula untuk berakhir, selalu bertemu untuk berpisah, selalu suka untuk luka, ibarat dua mata pisau yang bisa membuai dan juga membunuh. Pencarian makna utuh seorang Neysa. Mari kita mulai dari bab pertama.