8 | Naff : Set Them Free

36 4 4
                                    

Sejujurnya berat untuk meninggalkan Neysa tanpa berpamitan dulu padanya hari itu. Rasanya ada separuh hatiku yang tertinggal saat terbang tanpa lambaian juga senyumannya.

Aku sempat berpamitan pada guru-guru disekolah, lalu pada ibu kantin penjual mie langganan aku dan Neysa sembari menitipkan Neysa padanya.

"Mbok Tri, ini buat mbok Tri."

"Ini uangnya banyak banget, Kamu mau pesan mie yang banyak kayak waktu itu lagi, Yo?"

"Bukan, itu buat Mbok Tri, oh ya aku titip temanku yang sering duduk bareng aku dikursi itu, ya." Aku menunjuk kursi bersejarah, tempat awal pertemuanku dengan Neysa.

"Oh nggih, si cantik, Neysa ya?"

"Iya Mbok Tri."

"Semoga sekolahmu di Swiss nanti lancar Yo, Nak."

"Nama saya Naff mbok Tri bukan Nak. Hehe,"

"Ah, kamu masih bisa bercanda aja," ucap Mbok Tri tersenyum sambil mengusap pelan matanya yang berkaca-kaca.

"Hehe, aku pamit ya Mbok Tri."

"Iya hati-hati."

Saat aku hendak pergi aku melihat seorang yang aku tahu pasti bisa kujadikan alat perekam segala aktivitas Neysa saat aku tak ada lagi disini.

"Lala, ya?"

"Eh kakak ganteng. Iya bener." Jawab perempuan yang aku tahu sekali begitu dekat dengan Neysa karena ia adalah adik kelas andalan Neysa dalam hal pemberkasan OSIS.

"Gue boleh duduk?"

"Boleh banget atuh, kakak ganteng." Lala menggeser sedikit mangkuk bakso dihadapannya.

"Gue mau ngomong boleh." Aku memang se-kaku itu kalau bicara dengan perempuan baru. Rasanya kalau tidak penting-penting banget, aku lebih memilih diam. Tapi kali ini penting.

"Mau ngomong apa, kak?" Lala mengusap leher belakangnya, "Kok jadi seram begini ya?"

"Santai aja, gue cuma mau minta tolong."

"Minta tolong apa?"

"Neysa!"

"Kakak Komandan Neysa?"

Aku mengangguk.

"Cie ... Kakak mau nembak kak Komandan Neysa?"

"Bukan."

"Terus?"

"Gue mau pergi ke Swiss. Tolong bantu gue dengan kabarin gue apapun yang dia lakuin disekolah."

"Jadi mata-mata begitu?"

"Ya."

"Dengan senang hati!"

"Ini nomor Skype dan e-mail gue. Lo boleh kabarin apapun, tapi cuma tentang Neysa."

"Siap!"

"Lo mau hadiah apa?"

"Jam tangan Swiss." Jawabnya sambil memasang wajah mupeng.

"Gue beliin lima kalau setahun kedepan Lo kerjanya bagus."

"Asyik!!!"

"Yaudah, gue cabut dulu ya. Itu pacar Lo udah dateng. Tapi ingat, ini rahasia ya."

Lala menggeleng, "Itu bukan pacar kak. Kumel gitu."

"Sekali lagi, ini rahasia ya."

"Siap kak!"

Setelah itu aku melewati kelas Neysa tapi ia tidak ada, bundapun sudah berkali-kali meneleponku. Mengatakan bahwa pesawat tidak  akan pernah mau menunggu penumpangnya. Bunda adalah manusia anti telat sedunia. Kalau ada ajang anti terlambat. Kuyakin ia pantas menyabet juara pertamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UTUH (Denganmu, Ada Kalimat Yang Tak Kunjung Kuberi Titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang