4

3.9K 385 76
                                    

Jeonghan melempar tasnya secara serampangan ke salah satu kursi baca di sudut perpustakaan rumahnya. Ia menyibakkan rambut panjangnya ke belakang, semakin menegaskan lingkar hitam dan kantung mata yang menghiasi parasnya sejak beberapa hari yang lalu. Tulang pipinya semakin menonjol, dan raut wajahnya tak bersemangat. Wanita Yoon itu tampaknya melalui hari-harinya dengan tidak baik.

Tangannya menelusuri satu persatu jejeran buku yang sedikit berdebu. Perpustakaan ini tak terurus semenjak kepergian ayahnya, yang semasa hidupnya sering menghabiskan waktu untuk menjelajah dunia dengan setiap buku yang ia punya. Langkahnya berhenti pada salah satu sudut ruangan, dimana terdapat dua rak buku kecil yang dibuat khusus untuk dirinya dan Jisoo.

"Ah masa kecilku." Desisnya. Rak buku miliknya diisi oleh bacaan semasa ia kanak-kanak, berbeda jauh dengan milik Jisoo yang justru diisi dengan mainan untuk mengasah kecerdasan.

Dulu, ia dan Jisoo sering menghabiskan masa kecil di tempat ini. Jeonghan duduk manis di kursi dengan bacaannya, dan Jisoo sibuk berceloteh dengan mainannya.

Setiap benda di rak tersebut menyimpan kenangan, termasuk salah satu buku yang ia letakkan di tempat teratas.

Jeonghan mengambilnya, sebuah album kenangan semasa SMA yang tak pernah Jeonghan jamah sama sekali. Bersampul merah hati dengan ukiran logo SMA nya berwarna emas yang mewah, membuat Jeonghan penasaran dengan isinya.

Ia lantas mengambil duduk di kursi sebelah jendela, membiarkan dirinya diterpa sinar keemasan yang berasal dari matahari senja. Kemudian membuka setiap lembar dari buku itu sembari memutar memorinya.

Sejenak Jeonghan merasa tak ada yang spesial, buku itu hanya berisi biodata dari para siswa lengkap dengan kesan pesan yang seperti dibuat-buat. Serta beberapa momen penting yang diabadikan seperti acara ulang tahun sekolah atau pesta kelulusan.

Namun nafasnya tercekat ketika ia melihat halaman akhir, dimana sebuah foto yang mungkin akan mengejutkan banyak orang, terpampang di sana. Itu foto dirinya dan Seungcheol, tengah berdiri bersebelahan dan saling menautkan tangan.

Jeonghan mungkin lupa, atau memang sengaja melupakan bahwa ia dan Seungcheol pernah menjalin hubungan saat tahun pertama di masa SMA nya. Sebuah fakta yang mungkin hanya diketahui oleh Tuhan, dirinya, Seungcheol dan Jisoo.

~~~


"Jadi mereka pernah menjalin hubungan?!"

"Sudah kuduga reaksimu akan begitu, Seokmin-ah!"

Seruan Jisoo dan Seokmin saling beradu memenuhi ruangan kamar bernuansa eksotis dengan pencahayaan minim. Televisi besar di tengah ruangan menyala terang, dengan Jisoo yang duduk bersila di pinggir ranjang sembari menekan remote control untuk mencari siaran yang menyenangkan. Sementara Seokmin masih melongo dengan matanya yang terfokus pada punggung istrinya.

"Kenapa aku baru tahu?"

"Karena aku baru memberi tahu padamu."

Seokmin mungkin akan melempar wanita di depannya itu dengan bantal, jika tidak mengingat bahwa ia kini sedang berada di rumah pihak wanita, bersama kedua mertua serta kakak iparnya. Hingga ia merasa perlu sedikit menerapkan sopan santun dan tidak bersikap sembarangan.

"Lalu mengapa mereka menjadi seperti ini?" Seokmin menggaruk kepalanya. Pertanyaannya itu sukses membuat Jisoo menoleh ke belakang dan menatapnya.

"Mau aku ceritakan?" Jisoo merangkak untuk duduk bersandar di sebelah sang suami. Menaikturunkan alisnya seraya tersenyum menggoda.

"Tidak usah jika nantinya kau meminta imbalan dibelikan keju dari Islandia."

Jisoo terbahak-bahak. Mengerjai suaminya dengan permintaan-permintaan konyol atau membuat pria itu penasaran hingga merengek adalah hobi barunya sejak menikah. Terlebih Seokmin tengah menunjukkan ekspresi kesal sekaligus keingintahuan yang terlihat lucu di mata Jisoo.

RIVAL | JeongCheol GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang